KABARBURSA.COM – Profesi agen asuransi jiwa dianggap sebagai peluang menjanjikan bagi Gen Z dan milenial. Kendati demikian, ada tantangan yang harus dihadapi, terutama ketika menghadapi tekanan dari pihak nasabah dan perusahaan asuransi.
Banyak pengalaman diceritakan agen asuransi dengan pengalaman segudang.
Tekanan yang kerap dihadapi agen asuransi datang ketika ada kenaikan biaya premi dan ketika nasabah ditolak atau kesulitan mengajukan klaim. Keluhan-keluhan nasabah tersebut banyak disampaikan di media sosial sehingga memperburuk citra agen asuransi.
Di sisi lain, perusahaan asuransi terus menuntut agen asuransi agar segera dapat nasabah dan membebankan target yang terlalu tinggi. Bahkan, tidak jarang agen asuransi mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari nasabah dan perusahaan.
“Kenapa agen diperlakukan tidak bagus? Itu karena agen tidak punya knowledge. Makanya bisa dizalimi. Sedangkan kalau di luar negeri, agen asuransi tidak bisa dizalimi perusahaan dan nasabah. Agen asuransi itu seperti sandwich, ditekan dari atas dan dari bawah,” kata Yuliana Sungkono dikutip dari Channel YouTube Cuan Gen dalam talkshow bertajuk Asuransi Si Penolong Kebebasan Finansial, Senin 22 Juli 2024.
Yuliana meminta perusahaan asuransi untuk lebih menghargai agennya dan mengupayakan agar para agen tidak trauma menjalani profesinya. Ketika ada agen trauma, kata dia, perusahaan akan dirugikan karena agen merupakan ujung tombak perusahaan asuransi. Kesuksesan perusahaan asuransi bergantung kepada kinerja para agennya.
Menurutnya, kesuksesan di bisnis asuransi adalah ketika ketiga pihak, perusahaan, nasabah dan perusahaan saling menghargai dan mengerti posisi masing-masing.
Karena, dari ketiga pihak tersebut, agen asuransi adalah yang paling banyak terkena dampak dari ketidakpuasan nasabah dan keputusan perusahaan yang terkadang merusak nama baik agen di hadapan nasabah. Padahal seharusnya, agar agen asuransi betah, pihak perusahaan diminta menjadi pelindung yang mengayomi agen.
“Kalau sekarang kita merasa tidak ada dukungan. Setiap hari kena gampar nasabah. kalau setiap hari, depresi juga. Meski sebetulnya bisnis dan profesi ini peluangnya sangat besar,” keluhnya.
Agen Asuransi yang Berkualitas
Yuliana menuturkan, salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan asuransi memiminalisasi tekanan nasabah kepada agen adalah mendidik para agennya dengan baik. Sebagai ujung tombak perusahaan, para agen harus terdidik dengan baik dan dipersiapkan dengan matang.
“Kalau di Singapura dan Malaysia, agen itu harus belajar dulu tentang hukum. Kalau tidak lulu, ya, tidak boleh,” ungkapnya.
Ia menyangkan agen asuransi di Indonesia kurang terdidik terkait bidang dan hak serta kewajibannya sebagai agen asuransi. Menurutnya, menjadi agen asuransi di Indonesia terlalu mudah. Klien-klien pembeli asuransi yang sebenarnya tidak siap kerja malah direkrut jadi agen dengan iming-iming cashback.
“Kalau dia tidak cocok jadi agen asuransi kenapa harus dipaksa. Inilah yang harus di-review ulang, mengingat potensi dan peluang jadi agen asuransi itu bagus sehingga. Mungkin pemerintah bisa melihat bahwa nasib agen asuransi itu kasihan maka harus ditolong karena para agen asuransi dapat menolong Indonesia untuk bisa lebih maju,” ujarnya.
Berlindung Balik Asosiasi
Selain memiliki bekal dan kemauan kuat menjalani profesi sebagai agen asuransi, ia mendorong para agen untuk menggabungkan diri di bawah wadah asosiasi. Karena, menurut dia, agar suara para agen didengar pemerintah maka diperlukan wadah untuk membuat keluhan para agen lebih terdengar.
Ia mencontohkan, di Malaysia dan Singapura, asosiasi agen asuransi menjalin kerja sama dengan pemerintah dalam hal pendidikan dan perlindungan.
“Kalau kita mau sukses dan negara ini mau maju kita harus punya wadah dan ditampung di sana. Apa kendala agent? Kenapa tidak diperlakukan dengan baik oleh perusahaan? Nanti pemerintah juga harus koreksi perusahaan asuransi yang memperlakukan agen dengan kurang baik,” ujarnya.
Ia juga berharap agar para agen asuransi peduli dengan nasibnya sendiri. Karena, menurutnya agen asuransi butuh mendapat advokasi setiap terlibat masalah dengan nasabah atau dengan perusahaan. Selain itu, menurutnya profesi agen asuransi itu baik karena menolong orang lain dan punya masa depan cerah.
Karena, menurut dia, saat ini masyarakat yang memiliki asuransi hanya 5 persen dan 95 persen lainnya belum punya asuransi. Sehingga banyak peluang yang bisa didapatkan agen asuransi selama mau bekerja dengan baik dan menjalaninya dengan profesional.
“Ingat, ya. Semua orang butuh asuransi,” pungkasnya.