Logo
>

Peluang Cuan Emiten Baja Seiring Kenaikan Nilai Ekspor

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Peluang Cuan Emiten Baja Seiring Kenaikan Nilai Ekspor

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi mengatakan kenaikan nilai ekspor besi dan baja Indonesia pada tahun 2023 diharapkan memberikan dampak positif terhadap emiten dalam sektor ini.

    Menurut Oktavianus Audi, berdasarkan data dari World Steel, produksi baja pada bulan Mei 2024 mengalami kenaikan sebesar +1,5 persen menjadi 165,1 juta metrik ton (mt), meskipun turun -0,1 persen sepanjang tahun hingga Mei menjadi 793,2 juta mt.

    “Kekhawatiran kami memang supply di pasar masih tergolong tinggi sehingga ruang kenaikan akan cenderung terbatas,” kata Audi kepada Kabar Bursa, Jumat, 12 Juli 2024.

    Audi memandang, harga baja di China terus tertekan dikarenakan permintaan pengguna akhir baja tengah lesu pada bulan lalu.

    Kata Audi, dirinya melihat meski terjadi penurunan impor baja pada kuartal I (1Q24) sebesar -10,23 persen year on year (yoy) menjadi 3,51 juta ton. Hal ini menurutnya belum berhasil membuat produsen baja dalam negeri membukukan kinerja positif.

    “Seperti KRAS, yang justru mencatatkan penjualan -64,4 persen yoy dengan penurunan terjadi dari dalam negeri maupun ekspor. Lalu ada ISSP yang pendapatannya turun -21 persen yoy, BAJA -37,6 persen yoy, HKMU -96,5 persen yoy dan BTON -28,3 persen yoy,” ungkapnya.

    Audi menyebut pihaknya belum memberikan rating rekomendasi untuk emiten baja, meski demikian, jika berdasarkan teknikal analisis emiten ISSP memiliki peluang penguatan dengan resistance di level 310 dan support 276.

    Pertumbuhan industri dan ekspor besi dan baja Indonesia berkembang sangat pesat pada lima tahun terakhir (2019-2023).

    Saat ini, Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara pengekspor besi dan baja dunia dari sebelumnya peringkat ke-17pada 2019.

    Sementara pada 2023, nilai ekspor besi dan baja Indonesia mencapai USD26,70 miliar, naik 261,49 persen dari 2019 yang tercatat sebesar USD7,39 miliar.

    Nilai impor besi baja pada 2023 sebesar USD11,38 miliar sehingga neraca perdagangan besi dan baja Indonesia pada 2023 mencatatkan surplus USD15,32 miliar.

    Baja menjadi andalan ekspor Indonesia dan menjadi komoditas pembangunan infrastruktur hingga mendorong industri manufaktur di dalam negeri.

    Di sisi lain, konsumsi baja Indonesia diperkirakan bakal mencapai 18,3 juta ton atau tumbuh sebesar 5,2 persen pada 2024. Pertumbuhan ini ditopang berbagai kondisi yang menjadi pendorong permintaan baja.

    Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyebut Indonesia gencar mengembangkan infrastruktur dan mendorong industri manufaktur, seperti pembangunan IKN, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan industri otomotif.

    “Sedikitnya, terdapat 41 proyek prioritas strategis nasional yang ditargetkan selesai tahun 2024,” kata Zulkifli, Jumat 12 Juli 2024.

    Zulkifli menyampaikan, industri besi baja Indonesia masih dihadapkan restriksi perdagangan dari negara lain. Beberapa di antaranya seperti pengenaan trade remedies dan kebijakan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM).

    Namun, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengatasi berbagai hambatan perdagangan tersebut. Salah satunya, diwujudkan dengan kegiatan pelepasan ekspor produk baja berteknologi tinggi sebanyak 160 ton senilai USD195.000 ke negara tujuan Australia, Kanada, dan Puerto Rico beberapa waktu lalu.

    “Di tengah melambatnya ekonomi dunia, kalau kita terampil, ada peluang. Di tengah polarisasi, produk Indonesia masih diterima di pasar global,” tuturnya.

    Di sisi lain, kata Zulkifli, pihaknya terus berupaya mendorong industri baja dalam negeri. Beberapa di antaranya dengan melakukan pembatasan impor untuk produk besi baja tertentu.

    “Mendorong kegiatan ekspor yang bernilai tambah melalui hilirisasi produk besi baja, dan melakukan pengawasan impor besi baja sebagai upaya untuk memastikan barang yang beredar sudah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan,” jelasnya.

    RI di Posisi ke-4 Eksportir Besi dan Baja Terbesar di Dunia

    Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan bahwa pada tahun 2023, nilai ekspor besi dan baja Indonesia mencapai USD26,70 miliar. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan sebesar 261,49 persen dibandingkan dengan nilai ekspor pada tahun 2019.

    Pertumbuhan ini mencerminkan perkembangan pesat industri besi dan baja Indonesia serta kemampuan negara dalam meningkatkan daya saing produknya di pasar global. Peningkatan ini juga menggambarkan peran penting sektor ini dalam mendukung perekonomian nasional melalui peningkatan devisa dan penciptaan lapangan kerja.

    Zulkifli Hasan (Zulhas) menyebutkan bahwa Indonesia saat ini berada di peringkat keempat dalam daftar eksportir besi dan baja terbesar di dunia. Pada tahun 2019, Indonesia berada di posisi ke-17 dalam daftar tersebut. Dan, pada tahun 2023, Indonesia berhasil naik ke posisi keempat.

    Peningkatan yang signifikan ini mencerminkan keberhasilan industri besi dan baja Indonesia dalam meningkatkan produksinya serta memperluas pasar ekspornya di kancah global. Hal ini juga menunjukkan kemampuan negara dalam bersaing dengan negara-negara besar lainnya dalam industri ini.

    Zulkifli Hasan pun mengutip data dari Trade Map, katanya, pada tahun 2023 Indonesia menguasai 5,61 persen dari total ekspor besi dan baja dunia. Posisi Indonesia berada di bawah Jepang, yang memiliki pangsa pasar sebesar 6,42 persen, dan Jerman dengan 6,95 persen.

    “China menduduki peringkat teratas dengan pangsa pasar sebesar 14,57 persen,” kata Zulkifli Hasan dalam Seminar Nasional dan Pameran Rantai Pasok Konstruksi Baja yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta, pada Rabu, 10 Juli 2024.

    Data ini, lanjut Zulkifli, menunjukkan bahwa meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan yang signifikan, masih ada ruang untuk pertumbuhan lebih lanjut dalam meningkatkan pangsa pasar globalnya di sektor besi dan baja.

    Zulkifli Hasan menjelaskan bahwa pada tahun 2023, ekspor besi dan baja Indonesia mencapai USD26,7 miliar. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 261,49 persen dibandingkan dengan tahun 2019.

    Di sisi lain, impor besi dan baja Indonesia pada tahun 2023 tercatat sebesar USD11,38 miliar. Data ini menunjukkan bahwa meskipun impor tetap signifikan, ekspor besi dan baja Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa, memperkuat posisi negara sebagai salah satu pemain utama di pasar global.

    Kemudian, neraca perdagangan besi dan baja Indonesia pada tahun 2023 mencatat surplus sebesar USD15,32 miliar. Ia menambahkan, dari total surplus perdagangan Indonesia yang sebesar USD36 miliar pada tahun 2023, sebanyak USD15 miliar berasal dari industri besi dan baja.

    “Ini kan luar biasa. Ini menunjukkan betapa besar kontribusi sektor besi dan baja terhadap surplus perdagangan negara, mempertegas pentingnya industri ini dalam perekonomian Indonesia,” ujarnya.

    Oleh karena itu, Zulhas memandang bahwa industri besi dan baja harus dilindungi, dijaga, dan didukung dengan baik.

    Kementerian Perdagangan (Kemendag) disebutnya telah melakukan pengawasan yang ketat terhadap impor baja dari luar negeri. Zulhas mengatakan bahwa dirinya memeriksa produk impor baja yang masuk ke Indonesia setiap dua pekan. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa industri besi dan baja dalam negeri tidak terganggu oleh produk-produk impor yang dapat merugikan produsen lokal, serta untuk menjaga keberlanjutan dan pertumbuhan sektor ini.

    Ia mengaku, baru-baru ini menemukan produk baja impor yang tidak memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI).

    “Setiap dua minggu saya melakukan pemeriksaan. Kemarin saya menemukan di salah satu lapangan bola di Tangerang yang penuh dengan barang-barang tersebut. Karena tidak sesuai SNI, kita melakukan penertiban untuk mendukung industri baja. Barang-barang yang tidak sesuai SNI kita tertibkan, atur, kendalikan, dan tata,” ujarnya. (yog/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.