KABARBURSA.COM - Program pembangunan 3 juta rumah bergulir deras beberapa hari terakhir. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BBTN menjadi salah satu emiten yang akan tersengat sentimen positif dari rencana tersebut.
Apalagi, fundamental perusahaan BBTN terbilang cukup kuat. Jadi, tidak diragukan lagi bahwa program pembangunan 3 juta rumah ini membawa angin segar bagi portofolio BBTN.
Pengamat Pasar Modal Wahyu Tri Laksono, mengatakan bahwa pada semester I-2024 BBTN berhasil mengumpulkan laba bersih sebesar Rp1,5 triliun. Jumlah tersebut naik 1,9 persen secara year on year (yoy). Beberapa pendorongnya adalah dari sisi kredit dan pembiayaan.
Tidak hanya itu, BTN juga memiliki kinerja saham yang apik. Bahkan bisa dikatakan, BBTN sedang mengalami rebound sejak awal semester 2-2024, meski belakangan ini saham beberapa kali mengalami koreksi.
"Rebound terjadi dari bulan Juni (2024), di mana saham BBTN kala itu sempat berada di level Rp1.175, lalu sampai level Rp1.500-an dan sekarang sedang konsolidasi di antara harga Rp1.300 sampai Rp1.500," kata Wahyu.
Pada dasarnya, lanjut Wahyu, BBTN masih sangat terbuka untuk mencapai target Rp1.500 bahkan hingga awal tahun 2025. Hal ini tidak lepas dari sentimen positif yang menyertai, seperti kebijakan insentif perbankan, stimulus moneter dari Bank Indonesia, dan insentif pajak atau fiskal terkait perumahan atau properti.
"Akhir tahun (2024) dan awal tahun (2025) untuk bisa lari di atas Rp1.500 di 2025 masih terbuka untuk BBTN," pungkas Wahyu.
Kinerja Saham BBTN
Pada perdagangan Rabu, 30 Oktober 2024, saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BBTN mengalami penurunan signifikan sebesar 1,75 persen, atau turun 25 poin dari harga penutupan sebelumnya. Saham BBTN yang sebelumnya dibuka pada level Rp1.425, ditutup pada level Rp1.400 pada sesi perdagangan ini. Penurunan ini menjadi sorotan karena terjadi di tengah tren volatilitas yang semakin meningkat di pasar modal.
Meskipun demikian, harga rata-rata perdagangan tercatat berada di level Rp 1.401, mengindikasikan bahwa pergerakan harga masih relatif stabil meski berada di bawah tekanan.
Untuk volume perdagangan, saham BBTN cukup signifikan diperjualbelikan. Tercatat ada 99.000 lot saham yang diperdagangkan dengan total nilai transaksi tercatat mencapai Rp 13,9 miliar. Volume perdagangan yang cukup besar ini mengindikasikan minat yang tinggi dari investor, baik yang melakukan aksi beli maupun jual. Namun, tekanan jual yang lebih besar pada sesi ini membuat saham BBTN harus ditutup melemah.
Dalam perdagangan kali ini, saham BBTN memiliki batas atas auto reject atas (ARA) di level Rp 1.780 dan batas bawah auto reject bawah (ARB) di Rp 1.070. Batas ARA dan ARB ini mengatur fluktuasi maksimal harga saham dalam satu sesi perdagangan, untuk mencegah pergerakan yang terlalu ekstrem. Meskipun saham BBTN turun, harga masih jauh dari batas ARB yang menunjukkan bahwa tekanan jual belum mencapai level yang mengkhawatirkan.
Penurunan 1,75 persen yang dialami oleh saham BBTN hari ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor eksternal dan internal. Sentimen negatif di pasar keuangan, seperti ketidakpastian ekonomi global dan kondisi makroekonomi domestik, dapat memberikan tekanan pada harga saham sektor perbankan, termasuk BBTN.
Di sisi lain, investor juga mungkin tengah mengantisipasi perkembangan terbaru dari kinerja keuangan BBTN atau kebijakan pemerintah yang berdampak pada sektor perbankan.
Namun, dengan harga rata-rata yang stabil di Rp1.401 dan volume perdagangan yang cukup besar, masih ada potensi bagi saham BBTN untuk kembali pulih dalam beberapa sesi perdagangan mendatang. Investor yang memegang saham ini akan cermat memperhatikan kondisi pasar secara keseluruhan dan laporan keuangan BBTN ke depan.
Bertemu Menteri PKP
Sementara itu, dalam sebuah kesempatan, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait, yang bertemu dengan Wakil Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) Oni Febriarto Rahardjo, menekankan pentingnya dukungan anggaran bagi program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Dia kemudian menanyakan tentang kapasitas BTN dalam menyalurkan FLPP setiap tahunnya.
“Kita tertinggi 300.000. Tahun kemarin hanya 200.000-an,” aku Oni.
Ketika ditanyakan penyebabnya, Oni menjelaskan bahwa pencapaian tersebut dipengaruhi oleh besarnya anggaran yang diberikan pemerintah, khususnya dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Lebih lanjut, Maruarar juga menanyakan soal bunga dan harga unit FLPP. Oni menjawab, bunga yang dikenakan sebesar 5 persen, dengan harga per unitnya bervariasi sesuai daerah, dimulai dari angka sekitar Rp170 jutaan.
“Bunganya 5 persen. Kalau harga tergantung daerahnya, mulai Rp170 jutaan,” ungkap Oni.
Kemudian Maruarar menyinggung soal pentingnya dukungan anggaran negara untuk memastikan program FLPP dapat berjalan dengan optimal. Apalagi, FLPP dinilai sebagai program yang diminati oleh masyarakat.
Bagaimana dengan Non-Performing Loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah?
Jawab Oni, NPL FLPP hanya sekitar 1,9 persen. Artinya, angka yang cukup rendah dan menunjukkan bahwa risiko kredit untuk program ini cukup terkendali.
Setelah mendengar pemaparan itu, Maruarar menekankan pentingnya dukungan anggaran yang lebih besar untuk FLPP. Ia pun mengusulkan rencana kerja sama antara bank-bank BUMN, seperti BTN, BRI, Bank Mandiri, dan BNI, agar dapat mendorong pembangunan hingga satu juta unit rumah bagi masyarakat.
Politisi Partai Gerindra ini meyakini dengan kolaborasi antar bank BUMN dapat menutupi kebutuhan perumahan rakyat secara lebih masif, dan akan mendapat respon positif dari pengembang dan asosiasi di daerah.
“Kalau saja BRI, Mandiri, BNI dan BTN berkolaborasi, bisa menyediakan 1 juta rumah untuk rakyat,” ujarnya.
Lalu Maruarar menyarankan agar biaya perumahan bisa ditekan asalkan ketersediaan tanah dan material bangunan terjamin. Dengan begitu, harga jual rumah akan menurun.
“Kalau komponen tanahnya sebagiannya bisa kita bagikan secara gratis, maka harga rumah akan murah. ,” jelas Maruarar.
Namun dia heran, dengan alasan apa program tersebut belum dilaksanakan. Dia mencurigai adanya ketidakberesan. Baginya, hal itu bukan hal yang menyulitkan, hanya memerlukan keberanian dan kemauan untuk bertindak.an kemampuan,” pungkas Maruarar.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.