KABARBURSA.COM - Pemerintah berencana memberi diskon harga tiket pesawat pada hari raya Idul Fitri 2025. Kebijakan stimulus ekonomi ini dinilai bisa memberi dampak positif terhadap emiten penerbangan, yakni PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA).
Pengamat Pasar Modal Wahyu Laksono, memandang secara jangka pendek dan seasonal, kebijakan diskon tersebut bisa positif bagi emiten penerbangan, khususnya Garuda Indonesia. Namun dia mengatakan sentimen positif ini hanya terasa jangka pendek.
"Khususnya GIAA, jelas ini hanya support sementara," kata dia saat dihubungi Kabarbursa.com di Jakarta, Jumat, 21 Februari 2025.
Menurut Wahyu, saat ini GIAA tengah mengalami dinamika untung rugi keuangan dalam lima tahun terakhir seiring dengan tantangan saat pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu.
Dia menjelaskan, kinerja keuangan dan harga saham emiten ini juga belum menunjukkan kebangkitan. Dilanjutkannya, harga saham GIAA terus menurun, dan mencapai level terendah di Rp48 per lembar pada tahun ini.
"Secara historis, harga GIAA ditutup di level Rp457 per 2019. Kemudian, dalam setahun per 2020 merosot dan ditutup di level Rp369. Lalu, sepanjang 2021 terjadi penurunan harga menjadi Rp204. Sementara, pada akhir 2023, GIAA ditutup di level Rp69 per lembar," jelas Wahyu.
Merujuk data perdagangan Stockbit pada Jumat, 21 Februari 2025, pukul 10:00 WIB, harga saham GIAA masih terpantau di level 45.
Potong Harga Tiket Pesawat
Seperti diketahui, Pemerintah kembali menggulirkan kebijakan stimulus ekonomi menjelang Ramadan dan Idul Fitri. Salah satu insentif yang diberikan adalah diskon harga tiket pesawat, seperti yang sebelumnya diterapkan pada masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengonfirmasi bahwa pemerintah tengah mengurus skema diskon tersebut.
"Nanti kita sedang urus,” terangnya kepada wartawan saat ditemui di Hotel Westi, Jakarta Selatan, Rabu 19 Februari 2025.
Sementara untuk besaran diskonnya, Airlangga mengaku akan melakukan pengecekan lebih lanjut terkait kepastian nominalnya. Meski begitu, ia memperkirakan skema yang diterapkan tidak jauh berbeda dari kebijakan saat Nataru lalu, di mana diskon tarif pesawat diberikan sebesar 10 persen.
“Ya (10 persen) nanti kita cek lagi. Hampir sama kayak Nataru kemarin,” ungkap dia.
Lebih lanjut, Airlangga memastikan bahwa seluruh maskapai penerbangan domestik akan terlibat dalam program ini. “Semua airline, untuk domestik, ya,” tandas dia.
Presiden Prabowo Subianto berencana memberikan sejumlah stimulus menjelang Ramadan dan Idul Fitri 2025. Salah satu kebijakan yang dijanjikan adalah potongan harga tiket pesawat untuk meringankan biaya perjalanan masyarakat.
Janji ini disampaikan Prabowo saat mengumumkan berbagai kebijakan ekonomi untuk kuartal pertama 2025 dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Jakarta, Senin 17 Februari 2025. Dalam kesempatan itu, Prabowo memaparkan sejumlah program stimulus yang akan diterapkan saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Lebaran.
“Stimulus HBKN Ramadan Lebaran: Diskon Harga Tiket Pesawat, Diskon Tarif Tol, Program Diskon Belanja seperti Harbolnas 2025, program EPIC Sales 2025, dan BINA Diskon 2025, Program Pariwisata Mudik Lebaran, Stabilisasi Harga Pangan,” ujar Prabowo.
Wacana pemberian diskon tiket pesawat bukan pertama kali disampaikan oleh Prabowo. Sebelumnya, dalam Puncak Perayaan HUT Ke-17 Partai Gerindra yang digelar secara daring pada Sabtu, 15 Februari 2025, ia juga menekankan pentingnya menurunkan harga tiket pesawat.
“Harga (tiket) pesawat terbang turun, dan harus turun lagi kalo bisa, kalo bisa,” kata Prabowo saat itu.
Rencana pemberian diskon tiket pesawat sebelumnya sudah dibahas dalam rapat terbatas antara Menteri Perhubungan dan sejumlah menteri di Istana Merdeka. Pada periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025, pemerintah telah menerapkan kebijakan serupa dengan menurunkan harga tiket penerbangan domestik sebesar 10 persen di seluruh bandara di Indonesia.
Juru Bicara Kementerian Perhubungan, Elba Damhuri, menyatakan bahwa kebijakan tersebut melibatkan berbagai pihak, termasuk maskapai penerbangan, PT Angkasa Pura Indonesia, PT Pertamina, dan AirNav.
Untuk menekan harga tiket tanpa mengurangi pajak pertambahan nilai (PPN), sejumlah penyesuaian dilakukan, seperti pengurangan fuel surcharge, biaya jasa penumpang pesawat udara (PJP2U), serta harga avtur di beberapa bandara. Sementara besaran penurunan harga avtur berkisar antara 7,5 persen hingga 10 persen.
Penyesuaian tarif selama periode Nataru berlangsung selama 16 hari, mulai 19 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025, untuk tiket yang belum terjual. PT Pertamina Persero Group juga mendukung kebijakan ini dengan menurunkan harga avtur di 19 bandara, termasuk di Denpasar, Surabaya, Medan, Lombok, Labuan Bajo, Makassar, hingga Jayapura.
Selain itu, PT Angkasa Pura Indonesia bersama Unit Pelayanan Bandar Udara (UPBU) di bawah Kementerian Perhubungan turut memberikan dukungan melalui pengurangan tarif jasa kebandarudaraan. Tarif PJP2U dan PJP4U masing-masing dikurangi sebesar 50 persen untuk mendukung kebijakan tersebut.
Dengan merujuk pada skema diskon tiket pesawat saat Nataru, besar kemungkinan kebijakan serupa akan diterapkan untuk periode Ramadan dan Lebaran 2025. Namun, pemerintah masih menggodok detail teknisnya sebelum kebijakan ini resmi diberlakukan.
Optimalkan Aset Strategis
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) telah melaporkan transaksi afiliasi penting yang melibatkan aset strategis berupa hangar pesawat dan fasilitas pendukung lainnya.
Transaksi ini bertujuan memperkuat struktur operasional dan meningkatkan efisiensi anak perusahaannya, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI).
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko GIAA Prasetio mengatakan, nilai aset yang ditransfer mencapai Rp418,29 miliar.
“Sebagai kompensasi, GIAA menerima 9.093.245.600 lembar saham Seri B GMFI dengan nilai nominal Rp25 per saham. Total nilai nominal saham ini mencapai Rp227,33 miliar,” ujar Prasetio, dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 3 Januari 2025.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, langkah strategis ini mencerminkan upaya GIAA untuk mengoptimalkan asetnya melalui konsolidasi operasional di bawah GMFI.
Transfer hangar dan fasilitas pendukung diharapkan dapat memperkuat kemampuan GMFI dalam memberikan layanan perawatan pesawat yang lebih efisien, sekaligus meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang.
“Melalui transaksi ini, Garuda Indonesia juga menegaskan komitmennya terhadap keterbukaan informasi dan tata kelola perusahaan yang baik, sebagaimana diwajibkan oleh otoritas bursa,” tambah Prasetio.
Lebih jauh, dia menuturkan, transaksi afiliasi ini menegaskan arah strategis GIAA dalam memaksimalkan aset perusahaan sekaligus mendukung pertumbuhan GMFI sebagai penyedia layanan perawatan pesawat terkemuka.
“Dengan nilai yang signifikan dan potensi dampak operasional yang besar, langkah ini diharapkan dapat membawa manfaat jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan,” jelasnya.(*)