Logo
>

Pemerintah Hanya Serap Rp21,36 Triliun dari Lelang SUN

Ditulis oleh Syahrianto
Pemerintah Hanya Serap Rp21,36 Triliun dari Lelang SUN

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan bahwa pada Selasa, 14 Mei 2024, pemerintah telah menyerap dana senilai Rp21,36 triliun dari lelang tujuh seri surat utang negara (SUN) dengan total penawaran masuk tercatat sebesar Rp49,42 triliun.

    Deni Ridwan, Direktur SUN DJPPR Kemenkeu mengatakan, pemerintah memutuskan untuk memenangkan penawaran sebesar Rp21,36 triliun pada lelang SUN, dengan mempertimbangkan yield SBN yang wajar di pasar sekunder, rencana kebutuhan pembiayaan 2024, dan kondisi kas negara terkini.

    "Di tengah kondisi wait and see, minat investor masih solid pada lelang SUN hari ini (Selasa, 14 Mei) dengan jumlah penawaran masuk sebesar Rp49,42 triliun atau 2,25 kali dari target indikatif yang telah diumumkan sebelumnya," kata Deni dalam keterangannya.

    Menurutnya, investor menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pada tengah pekan ini, Consumer Price Index (CPI) dan Producer Price Index (PPI), yang diperkirakan kembali termoderasi meskipun masih belum dapat mendorong penurunan Fed Fund Rate (FFR) dalam waktu dekat. Hal ini diperkuat komentar pejabat The Federal Reserve (The Fed) pada pekan lalu dan awal pekan ini yang cenderung hawkish.

    Ketujuh seri yang dilelang yaitu SPN03240814 (penerbitan baru), SPN12250502 (pembukaan kembali), FR0101 (pembukaan kembali), FR0100 (pembukaan kembali), FR0098 (pembukaan kembali), FR0097 (pembukaan kembali), dan FR0102 (pembukaan kembali).

    Serapan terbesar berasal dari seri FR0101 yang dimenangkan sebesar Rp8,6 triliun dari penawaran masuk Rp12,44 triliun. Imbal hasil (yield) rata-rata tertimbang yang dimenangkan seri ini yaitu 6,99994 persen.

    "Pasar SBN yang relatif membaik dua pekan terakhir mendorong penurunan Weighted Average Yield (WAY) Obligasi Negara yang dimenangkan pada lelang hari ini antara 10-22 bps dibandingkan WAY pada lelang SUN sebelumnya," kata Deni.

    Kemudian, pemerintah menyerap dana sebesar Rp6,05 triliun dari seri FR0100 yang menerima penawaran masuk Rp17,43 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan 7,02 persen.

    Dari seri FR0098, pemerintah memenangkan dana sebesar Rp2,1 triliun dari penawaran masuk Rp4,88 triliun. Adapun imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan seri ini adalah 7,01 persen.

    Berikutnya, seri FR0097 dan SPN12250502 masing-masing dimenangkan sebesar Rp2 triliun. Penawaran masuk untuk seri FR0097 tercatat sebesar Rp3,49 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan 7,05 persen. Sementara seri SPN12250502 menerima penawaran masuk Rp5,10 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan 6,82 persen.

    Pemerintah selanjutnya menyerap dana sebesar Rp600 miliar dari seri FR0102. Penawaran masuk untuk seri ini tercatat sebesar Rp3,76 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan 7,02 persen.

    Terakhir, pemerintah memenangkan dana sebesar Rp14 miliar dari seri SPN03240814, yang menerima penawaran masuk sebesar Rp2,30 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan 6,60 persen.

    "Keputusan itu dengan mempertimbangkan yield SBN yang wajar di pasar sekunder, rencana kebutuhan pembiayaan tahun 2024, dan kondisi kas negara terkini. Sesuai dengan kalender penerbitan SBN tahun 2024, lelang penerbitan SUN selanjutnya akan dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2024," tutur Deni.

    Meski secara umum yield yang dimenangkan cenderung lebih rendah dibanding lelang sebelumnya, di mana hal itu menjadi kabar baik bagi pemerintah selaku issuer obligasi, karena berarti biaya pendanaan (cost of fund) lebih murah, tingkat imbal hasil untuk tenor pendek terpantau naik.

    Seri SPN yang ditawarkan dalam lelang kali ini ada dua yaitu tenor 3 bulan dan 12 bulan. Investor meminta yield untuk dua seri itu masing-masing 6,6 persen dan 6,76 persen-6,96 persen.

    Batas bawah permintaan yield tersebut lebih tinggi lelang sebelumnya di 6,5 persen dan 6,72 persen. Sementara incoming bids yang masuk juga cukup besar masing-masing hingga Rp2,3 triliun dan Rp5,1 triliun. Permintaan masuk untuk tenor 12 tahun lebih tinggi dibanding lelang sebelumnya yang sekitar Rp4,92 triliun.

    Meski peminat banyak dan yield diminta kisarannya lebih rendah, pemerintah memenangkan di tingkat imbal hasil lebih tinggi yaitu WAY 6,82 persen dan tertinggi di 6,89 persen untuk tenor 12 bulan, sedang untuk tenor 3 bulan ditetapkan di 6,60 persen.

    Yield dimenangkan itu lebih tinggi dibanding lelang SUN sebelumnya yang di level 6,55 persen untuk 3 bulan dan tenor 12 bulan sebesar 6,82 persen.

    Kenaikan imbal hasil dimenangkan untuk SUN tenor pendek itu ditengarai sebagai buntut dari 'persaingan' perebutan likuiditas antara pemerintah dengan Bank Indonesia. Dalam lelang Sertifikat Rupiah Bank Indonesia terakhir pekan lalu, SRBI 12 bulan diganjar imbal hasil hingga 7,53 persen.

    Sebelumnya, DJPPR Kemenkeu menyatakan bahwa target indikatif adalah Rp22 triliun, dengan target maksimal mencapai Rp33 triliun. Pemerintah akan menawarkan tingkat kupon mulai dari 6,62 persen hingga 6,87 persen untuk SUN yang akan dilelang, dengan nilai nominal per unit sebesar Rp1 juta.

    Adapun DJPPR menyampaikan lelang bertujuan mencapai sebagian dari target pembiayaan yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.