KABARBURSA.COM-Nilai impor Indonesia mencatat peningkatan pada Januari 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor Indonesia pada awal tahun ini mencapai US$ 18,51 miliar, naik 0,36 persen YoY.
Peningkatan ini terutama didorong oleh impor non-migas yang meningkat sebesar 1,76 persen YoY, dengan kontribusi terbesar berasal dari impor komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) yang mencapai 2,5 persen.
Amalia Adininggar Widyasanti, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPS, menyatakan bahwa peningkatan impor mesin dan peralatan mekanis tersebut berkaitan erat dengan kebutuhan industri. Ini juga menunjukkan kenaikan impor barang modal yang tercatat sebesar US$ 3,26 miliar atau naik 10,16 persen YoY pada awal tahun ini.
"Indikasi positif dari peningkatan impor ini adalah pertanda meningkatnya aktivitas ekonomi, karena biasanya peningkatan impor berkaitan dengan meningkatnya investasi," ujarnya Sabtu 17 Februari 2024.
Ekonom Bank Danamon, Irman Faiz, menyoroti bahwa peningkatan impor pada awal tahun 2024 sejalan dengan pertumbuhan aktivitas ekonomi Indonesia. Aktivitas industri manufaktur yang mengalami ekspansi juga menjadi faktor kontributor, tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Januari 2024 yang mencapai 52,9.
Selain itu, peningkatan impor juga dipengaruhi oleh aktivitas pemilihan umum. "Pemilu mendorong impor barang konsumsi. Ada peningkatan permintaan pangan selama pemilu," jelas Faiz.
Tren ini juga tercermin dari data impor barang konsumsi pada bulan Januari 2024 yang mencapai US$ 1,77 miliar, meningkat 11,03 persen YoY.
Meskipun peningkatan impor mengindikasikan aktivitas ekonomi yang membaik, namun konsekuensinya, surplus neraca perdagangan diperkirakan akan menyempit. Ini disebabkan oleh potensi impor yang meningkat, sementara ekspor diperkirakan akan terpengaruh oleh penurunan harga komoditas dan perlambatan perekonomian global.
Hal ini akan berdampak pada pelebaran defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) menjadi sebesar 1,0 persen produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2024. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan CAD pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 0,4 persen dari PDB.