KABARBURSA.COM - PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) melaporkan total pendapatan konsolidasi sebesar Rp1,525 triliun untuk semester pertama tahun 2024, mengalami kenaikan sebesar 7,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Menurut pernyataan Direksi BCAP, pendapatan terbesar berasal dari bunga dan dividen, yang meningkat sebesar 4,2 persen dari Rp912,8 miliar menjadi Rp951,1 miliar pada semester I 2024. Sumber pendapatan lainnya termasuk premi bersih sebesar Rp225,1 miliar, pendapatan digital Rp176,1 miliar, pendapatan pasar modal Rp124,8 miliar, pendapatan pembiayaan syariah Rp16,5 miliar, dan pendapatan operasional lainnya sebesar Rp31,5 miliar.
Khususnya, pendapatan premi bersih BCAP mengalami lonjakan signifikan sebesar 50,6 persen, naik dari Rp149,5 miliar pada semester I 2023 menjadi Rp225,1 miliar pada semester I 2024. Laba bersih perusahaan juga meningkat tajam sebesar 63,8 persen, mencapai Rp102,9 miliar pada semester I 2024, dibandingkan dengan Rp62,8 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Direksi BCAP mengungkapkan bahwa laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp91,8 miliar per akhir Juni 2024. Kontributor utama pendapatan BCAP selama periode tersebut adalah MNC Bank, yang menyumbang 47,3 persen dari total pendapatan konsolidasi, diikuti oleh MNC Life sebesar 12,3 persen, MNC Insurance sebesar 9,3 persen, MNC Finance sebesar 8,5 persen, MNC Sekuritas sebesar 7,4 persen, MNC Leasing sebesar 5,6 persen, FM Digital Solution sebesar 1,2 persen, MNC Teknologi Nusantara sebesar 1,1 persen, MNC Asset Management sebesar 0,4 persen, dan lain-lain sebesar 7,0 persen.
Dibandingkan dengan laporan posisi keuangan pada 31 Desember 2023, BCAP mencatat pertumbuhan aset konsolidasi menjadi Rp26 triliun, sementara liabilitas konsolidasi meningkat menjadi Rp19 triliun, dan ekuitas konsolidasi mencapai Rp7 triliun per 30 Juni 2024.
Pada bulan Juli 2024, PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT), sebagai pemegang saham pengendali, aktif melakukan pembelian saham untuk meningkatkan kepemilikan di BCAP. Hingga 31 Juli 2024, BHIT telah menambah 225,4 juta saham, setara dengan 0,53 persen, sehingga total saham BCAP yang dimiliki BHIT meningkat menjadi 55,06 persen pada akhir Juli 2024.
Pembelian saham oleh BHIT didorong oleh berbagai inisiatif BCAP untuk memperkuat ekosistem layanan keuangan mereka. Baru-baru ini, MNC Bank ditunjuk sebagai Bank RDN, sebuah langkah strategis yang diharapkan dapat memperkuat sinergi antara MNC Bank dan MNC Sekuritas, serta mengubah cara pengguna mengelola keuangan mereka.
Pada 18 Juli 2024, BHIT juga membeli 11,5 juta saham BCAP, setara dengan 0,03 persen, yang meningkatkan kepemilikan saham BHIT di BCAP menjadi 54,9 persen, setara dengan 23,396 miliar saham. Pembelian ini bertujuan untuk meningkatkan kepemilikan saham BHIT di BCAP.
Pembelian saham BCAP oleh BHIT telah dilakukan secara berulang kali. Terakhir, pada periode 8 Juli hingga 12 Juli 2024, BHIT membeli 63,5 juta saham BCAP, setara dengan 0,15 persen dari total saham beredar. Pada 2 Agustus 2024, harga saham BCAP tetap stabil pada level 55.
Dalam acara lain, PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) mengadakan seremonial penandatanganan kemitraan strategis dengan PT Penjaminan Kredit Daerah Jakarta (Jamkrida) yang melibatkan empat unit bisnis, yaitu MNC Asset Management, MNC Insurance, MNC Life, dan MNC Insurance Broker.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama MNC Insurance Broker Fakhrul Razy, Direktur MNC Asset Management Dimas Aditya Ariadi, Direktur Utama MNC Life Risye Dillianti, dan Direktur Marketing MNC Insurance Rizki Lovanto Soedjoko bersama dengan 18 pimpinan Jamkrida dari seluruh Indonesia.
Acara ini juga dihadiri oleh Ketua Asosiasi Perusahaan Penjaminan Daerah (Aspenda) Agus Subrata dan Sekretariat Aspenda Suyanto, yang merupakan wadah untuk perusahaan penjaminan daerah yang bertujuan memajukan KUMKM dan perekonomian daerah.
Laba Bersih Indofood Turun 38,5 Persen
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) melaporkan laba bersih sebesar Rp3,5 triliun untuk paruh pertama tahun 2024.
Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 38,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, yang mencatatkan laba bersih sebesar Rp5,7 triliun.
Meskipun laba bersih mengalami penurunan, perusahaan berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 7,2 persen. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada penurunan dalam keuntungan bersih, perusahaan tetap berhasil meningkatkan total pendapatannya.
Peningkatan pendapatan ini bisa diartikan sebagai hasil dari upaya yang berhasil dalam memperluas pasar atau meningkatkan penjualan produk dan layanan mereka.
Pada semester pertama tahun 2024, total pendapatan perusahaan mencapai Rp36,9 triliun, meningkat dari Rp34,4 triliun yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan pendapatan ini diikuti dengan kenaikan beban pokok penjualan. Beban pokok penjualan pada semester I-2024 meningkat menjadi Rp 22,9 triliun, dibandingkan dengan Rp 21,9 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Selisih antara pendapatan dan beban pokok penjualan menghasilkan laba bruto sebesar Rp 13,9 triliun pada semester I-2024, mengalami kenaikan dari Rp 12,5 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Beban penjualan dan distribusi pada kuartal kedua tahun 2024 mengalami kenaikan menjadi Rp3,8 triliun, meningkat dari Rp3,7 triliun pada kuartal kedua tahun sebelumnya.
Beban umum dan administrasi juga meningkat menjadi Rp1,4 triliun. Dengan demikian, laba usaha pada kuartal II-2024 tercatat sebesar Rp8,8 triliun, meningkat dari Rp7 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Pada bulan Juni 2024, total aset ICBP mencapai Rp125,2 triliun, naik dari Rp119,2 triliun pada Desember 2023. Total aset terdiri dari aset lancar sebesar Rp41,7 triliun dan aset tidak lancar sebesar Rp83,4 triliun.
Liabilitas atau utang per Juni 2024 tercatat sebesar Rp61,6 triliun, meningkat dibandingkan dengan Rp57,1 triliun pada Desember 2023.
Liabilitas perusahaan terdiri dari dua komponen utama, yaitu liabilitas jangka panjang dan liabilitas jangka pendek.
Liabilitas jangka panjang mencakup utang yang harus dilunasi dalam periode lebih dari satu tahun, sementara liabilitas jangka pendek terdiri dari utang yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun. Pembagian ini mencerminkan struktur utang perusahaan yang beragam dan dapat memberikan gambaran tentang strategi pengelolaan keuangan serta likuiditas jangka pendek dan jangka panjang perusahaan. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.