Logo
>

Pendapatan DOID Turun 17 Persen di Q1-2025, Terkendala Cuaca Buruk

Buma Internasional (DOID) rugi USD70 juta di Q1 2025 akibat cuaca ekstrem, insiden keselamatan, dan penurunan produksi; EBITDA turun 82 persen, pendapatan susut 17 persen.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Pendapatan DOID Turun 17 Persen di Q1-2025, Terkendala Cuaca Buruk
PT Buma International Grup Tbk (DOID). (Foto: Buma Group)

KABARBURSA.COM - PT Buma International Grup Tbk (DOID) mencatat performa kurang baik pada kuartal I 2025. Capaian ini tidak lepas dari cuaca buruk yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. 

Manajemen Buma International menyampaikan, kondisi cuaca yang tidak terduga menganggu operasional di lokasi-lokasi tambang utama kuartal ini. Disampaikan, terjadi curah hujan ekstrem di lokasi-lokasi tambang utama di Indonesia dan Australia. 

"Di Australia, jumlah hari hujan (rain days) melonjak 47 persen year-on-year (YoY), sementara di salah satu lokasi tambang utama Indonesia, durasi hujan meningkat 59 persen, menyebabkan banjir di area tambang (pit flooding) dan gangguan akses yang signifikan," tulis manajemen dalam keterangannya, Kamis, 26 Juni 2025.

Selain itu, perusahaan juga terkendala insiden keselamatan dari pihak lain yang menyebabkan penghentian operasional selama 27 hari di dua lokasi pertambangan utama. 

Di saat yang sama, penurunan aktivitas operasional (ramp-down) oleh klien di Indonesia dan Australia juga berkontribusi terhadap penurunan volume produksi Buma Internasional secara keseluruhan.

Gangguan operasional sepanjang kuartal tersebut berdampak signifikan terhadap kinerja produksi. Volume overburden removal turun 26 persenYoY menjadi 101 juta BCM, dan produksi batu bara turun 17 persen menjadi 18 juta ton.

"Penurunan volume ini menyebabkan penurunan pendapatan sebesar 17 persen menjadi USD352 juta," tulis manajemen. 

Profitabilitas DOID Tertekan

Selain penurunan produksi, biaya ramp-up yang sebagian besar bersifat tetap di lokasi-lokasi pertumbuhan grup, juga menekan profitabilitas dan berkontribusi pada penurunan EBITDA sebesar 82 persen menjadi USD14 juta.

Akibatnya, grup mencatatkan rugi bersih sebesar USD70 juta pada kuartal ini, dibandingkan kerugian sebesar USD19 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Direktur Buma International Group Iwan Fuad Salim, menyampaikan kinerja grup pada kuartal I 2025 dipengaruhi oleh tantangan operasional besar yang belum pernah terjadi dan berada di luar kendali perusahaan. 

"Kami menghadapi tantangan ini dengan respons yang cepat dan tegas di Indonesia, Australia, dan Amerika Serikat, melalui penerapan kebijakan alokasi modal yang lebih disiplin, implementasi program efisiensi di seluruh grup, serta percepatan peningkatan produktivitas di area-area kunci," ujar dia dalam keterangannya, Kamis, 26 Juni 2025.

Berkat langkah-langkah tersebut, Iwan mengatakan Buma Internasional mencatatkan perbaikan kinerja di kuartal kedua, menempatkan perusahaan kembali ke jalur yang tepat. 

"Kami tetap yakin akan kemampuan kami untuk memulihkan momentum dan menciptakan nilai jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan," pungkasnya. 

Di samping kinerja yang kurang memuaskan, Buma Internasional menutup kuartal I tahun ini dengan kas sebesar USD231 juta, naik 9 persen dibandingkan akhir 2024. 

Grup juga berhasil menyelesaikan penerbitan Sukuk senilai Rp2 triliun, sukuk ijarah korporasi terbesar dengan peringkat Syariah A+ dalam penerbitan tunggal di Indonesia yang merefleksikan kepercayaan investor yang berkelanjutan. 

Pada Februari, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) bergabung dalam sindikasi fasilitas perbankan senilai USD250 juta yang didukung oleh Bank BNI dan Bank Mandiri.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.