KABARBURSA.COM - Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda mengatakan ketimpangan digital di Indonesia masih eksis.
Huda menilai terdapat tiga aspek yang menyebabkan adanya ketimpangan digitalisasi di Indonesia, salah satunya dari sektor infrastruktur.
"Pertama adalah infrastruktur yang masih terjadi ketimpangan akses hingga saat ini. Masih banyak desa yang belum dialiri internet dengan kualitas sinyal yang bagus terutama di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar)," jelas dia kepada Kabar Bursa, Selasa 30 April 2024.
Lalu berikutnya adalah Sumber Daya Manusia (SDM), yang menurut Huda masih timpang antara Pulau Jawa dan non Jawa. Dia melihat masih sedikit SDM di luar Pulau Jawa, khususnya daerah 3T yang paham tentang digital.
Huda bilang, kondisi tersebut menyebabkan adanya aspek ketiga yakni ketimpangan penggunaan. Menurut dia, hal ini membuat digitalisasi hanya optimal diakses di kota besar Pulau Jawa.
"Akibatnya ada ketimpangan ketiga, yaitu ketimpangan penggunaan, yang akhirnya penggunaan digitalisasi hanya optimal dilakukan di kota-kota besar di pulau Jawa," jelasnya.
Sebelumnya, Huda setuju jika digitalisasi bisa menjadi salah satu instrumen pendorong pendapatan. Hal ini bisa menjadikan Indonesia sebagai negara kelas menengah atas.
Huda menyebut, digitalisasi bisa membuat ekonomi yang lebih efisien dan mendatangkan kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan pendapatan lebih melalui kegiatan gig economy.
"Transaksi yang cepat, kesempatan mendapatkan penghasilan lebih luas, maka akan mendorong pendapatan bertambah. Pertumbuhan ekonomi diharapkan bisa melaju lebih cepat," pungkasnya.