KABARBURSA.COM – Pengamat komoditas dan mata uang Ibrahim Assuaibi memprakirakan harga emas dunia bakal menembus level USD3.460 per troy ounce pada pekan ini. Menurutnya, prediksi ini didukung analisis fundamental dan teknikal yang menunjukkan tren kenaikan harga.
“Harga emas akan bergerak di kisaran support USD3,371 per troy ounce hingga resistance USD3,435 per troy ounce dalam jangka pendek. Namun, dalam semester kedua 2025, saya optimistis harga emas dunia bisa mencapai USD3.600 per troy ounce dan logam mulia di Rp.2.150.000 per gram,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Senin, 11 Agustus 2025.
Presidium Ikatan Alumni Universitas Ibnu Caldun itu mengungkapkan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi harga emas adalah pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 15 Agustus di Alaska untuk merundingkan akhir perang di Ukraina.
Trump membuat pengumuman yang sangat dinantikan tersebut di media sosial setelah ia mengatakan bahwa kedua belah pihak, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, hampir mencapai kesepakatan gencatan senjata yang dapat menyelesaikan konflik tiga setengah tahun tersebut, yang dapat mengharuskan Ukraina menyerahkan wilayah yang signifikan.
Berbicara kepada para wartawan di Gedung Putih pada hari Jumat sebelumnya, Trump mengisyaratkan kesepakatan tersebut akan melibatkan pertukaran wilayah.
Di lain pihak, Presiden Volodymyr Zelenskiy mengatakan pada hari Sabtu bahwa Ukraina tidak dapat melanggar konstitusinya terkait masalah teritorial, dan menambahkan bahwa Ukraina tidak akan menghadiahkan tanah mereka kepada penjajah, termasuk Krimea, Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhia kepada Rusia.
Namun, Putin telah berulang kali mengatakan bahwa kesepakatan apa pun harus mengharuskan Ukraina melepaskan beberapa wilayah yang telah direbut Rusia sejak 2014.
Pertemuan yang dijadwalkan ini diperkirakan tidak akan menghasilkan kesepakatan apa pun. Kondisi tersebut berpotensi memicu penerapan sanksi terhadap Rusia, di saat hubungan dagang antara Donald Trump dan para pembeli minyak Negeri Beruang Merah tengah diwarnai ketegangan yang meningkat.
Pada pekan ini, Trump mengeluarkan ancaman untuk menaikkan tarif terhadap India apabila negara tersebut tetap melanjutkan pembelian minyak dari Rusia.
Ia juga menegaskan bahwa Tiongkok—yang saat ini menjadi pembeli minyak mentah terbesar Rusia—tidak menutup kemungkinan akan dikenakan tarif yang sama seperti yang diberlakukan terhadap impor dari India.
Sementara di kawasan Timur Tengah, situasi memanas setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memastikan rencana Israel untuk mengambil alih kendali penuh atas Jalur Gaza. Meski demikian, ia menyatakan wilayah kantong Palestina itu nantinya akan diserahkan kepada pasukan Arab yang bersahabat.
Pemimpin rezim Zionis tersebut kembali mengulang tekadnya untuk “melenyapkan Hamas”, sementara Kabinet Keamanan Israel tengah membahas rencana memperluas ofensif militer yang telah berlangsung selama 22 bulan di Gaza.
Sementara itu, pada Kamis lalu, Trump menyampaikan rencananya mencalonkan Ketua Dewan Penasihat Ekonomi, Stephen Miran, guna mengisi sisa masa jabatan kursi kosong di Federal Reserve. Langkah ini menimbulkan ekspektasi terhadap kebijakan moneter yang lebih dovish ke depan. Suku bunga yang lebih rendah akan memangkas biaya pinjaman bagi konsumen, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan pada gilirannya meningkatkan permintaan minyak.(*)