Logo
>

Penjualan Mobil Semester II 2024 Berpotensi Terus Merosot?

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Penjualan Mobil Semester II 2024 Berpotensi Terus Merosot?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu menilai penjualan mobil pada semester II 2024 dapat tumbuh secara signifikan. Kendati demikian, ia menyebut jika penjualan mobil pada semester kedua tahun ini akan menemui peluang dan tantangan tersendiri.

    “Pemulihan ekonomi yang diharapkan terus berlanjut dapat meningkatkan daya beli masyarakat, mendorong permintaan mobil yang lebih tinggi,” kata Yannes kepada Kabar Bursa, Kamis, 18 Juli 2024.

    Menurutnya, bantuan pemerintah dalam hal relaksasi pajak dan subsidi untuk industri otomotif dapat mendorong produksi dan penjualan kendaraan di Tanah Air.

    Di sisi lain, agen pemegang merek (APM) di Indonesia berlomba untuk meluncurkan kendaraan listrik murah untuk menarik minat masyarakat. Mobil listrik dengan harga murah dapat menarik minat masyarakat, terlebih ketika terjadi pelemahan ekonomi akibat penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

    Pelemahan nilai tukar ini mengakibatkan kenaikan harga bahan baku yang berakibat kepada menurunnya daya beli masyarakat. Di sisi lain, perusahaan pembiayaan dan leasing juga mengetatkan ikat pinggang akibat nilai non-performing loan (NPL) tinggi atau banyak gagal bayar.

    “Kenaikan inflasi yang signifikan akibat kenaikan USD yang beluam ada tanda mereda juga bisa menggerus daya beli masyarakat. Sementara kenaikan suku bunga BI dapat meningkatkan biaya kredit mobil, ditambah kenaikan PPn 11 persen dan direncanakan menjadi 12 persen tahun 2025 berpotensi semakin menyulitkan konsumen middle-low income untuk melakukan pembelian mobil baru,” jelasnya.

    Menurutnya, tren mobil listrik yang terus berkembang di Indonesia membuka peluang baru bagi industri otomotif, mengingat permintaan yang diprediksi akan terus meningkat.

    Rantai Pasok Terganggu

    Akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menilai tantangan lain yang harus dihadapi industri otomotif tidak sedikit. Masalah internasional seperti terganggunya rantai pasok global akibat perang di Timteng dan Rusia-Ukraina yang berlanjut dan meluas membawa dampak tersendiri pada industri otomotif.

    “Belum lagi tren harga bahan bakar yang meningkat juga menjadi perhatian, karena hal ini dapat meningkatkan biaya operasional kendaraan dan mengurangi minat konsumen untuk membeli mobil,” imbuhnya.

    Di samping itu, kata dia, persaingan di industri otomotif semakin ketat, terutama dengan masuknya merek-merek baru dari China yang menawarkan produk dengan harga kompetitif.

    “Jadi, secara keseluruhan, kinerja industri otomotif di semester kedua 2024 sangat bergantung pada kemampuan untuk mengatasi tantangan tersebut dan memanfaatkan peluang yang ada,” ujarnya.

    Selain itu, faktor lain yang harus diperhatikan dan berkaitan dengan industri otomotif adalah deglobalisasi yang berpotensi merebak dan kebijakan kabinet baru Prabowo-Gibran terkait ekonomi makro dan hilirisasi industri, terutama kepada komponen dalam negeri serta tingkat kandungan dalam negerinya (TKDN).

    “Hanya dengan strategi yang tepat dan kondisi ekonomi yang kondusif, diharapkan industri otomotif Indonesia dapat bangkit kembali dan mencapai pertumbuhan positif di semester kedua tahun 2024. Itu baru bisa diketahui setelah kabinet baru terbentuk dan menyampaikan program-program kerjanya ke depan,” jelasnya.

    Penjualan Mobil Semester I

    Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, penjualan mobil secara wholesales (dari pabrikan ke dealer) pada semester I sebesar 408.012 unit atau turun 19,4 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2023, yakni sebanyak 506.427 unit.

    Sementara untuk penjualan retail (dari dealer ke konsumen) sebanyak 431.987 atau turun sebesar 14 persen yoy. Pada semester I tahun 2023, penjualan mobil bisa mencapai angka 502.533 unit.

    Penurunan penjualan mobil secara nasional juga berakibat pada produksi kendaraan. Produksi mobil pada bulan Juni 2024 mencapai 95.502 unit atau turun 2,6 persen jika dibanding bulan Mei 2024. Jika dibandingkan dengan periode Juni 2023 penurunan yang terjadi lebih besar, yakni 16,9 persen yoy. Penurunan yang lebih besar terjadi jika dilihat dari penjualan satu semester, yakni turun 20 persen atau sebanyak 561.772 unit.

    Begitu juga dengan total ekspor completely built up (CBU) mobil di Indonesia juga turun secara signifikan. Total ekspor kendaraan periode Juni 2024 sebesar 38.569 unit, turun 5,9 persen dibanding bulan sebelumnya. Penjualan pada Juni 2024 juga turun 8,6 persen jika dibandingkan tahun lalu. Sementara pada semester satu sebanyak 218.333 unit, turun 12 persen yoy.

    Ekspor mobil secara completely knock down (CKD) pada Juni 2024 turun 35 persen atau sebanyak 3.076 unit. Sedangkan pada semester I 2024, ekspor CKD mencapai 20.267 unit atau turun 12 persen.

    Pada gilirannya, penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kenaikan suku bunga acuan, penurunan daya beli masyarakat, dan ketidakpastian ekonomi global. Industri otomotif diprediksi masih akan menghadapi tantangan di semester II 2024, namun beberapa pelaku usaha optimistis bahwa permintaan akan kembali pulih seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi. (cit/*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.