Logo
>

Perang Dagang Memanas bikin Rupiah Loyo: Ketegangan Baru di APEC

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Perang Dagang Memanas bikin Rupiah Loyo: Ketegangan Baru di APEC
Ilustrasi Mata Uang Garuda. Foto: Dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Presiden Amerika Donald Trump kembali menyalakan bara ketegangan. Ia menolak melanjutkan rencana pertemuan dengan Presiden China, Xi Jinping, yang sedianya digelar di sela KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Korea Selatan akhir bulan ini. 

    “Tak ada alasan untuk bertemu,” ujarnya tegas-menandai babak baru rivalitas dua ekonomi terbesar dunia.

    Beijing membalas dengan langkah tajam. Pada Kamis 9 Oktober 2025, pemerintah China resmi memberlakukan pembatasan ekspor unsur tanah jarang, komponen vital yang menjadi jantung industri teknologi tinggi global. Aturan itu memperluas larangan atas teknologi pemrosesan dan manufaktur, serta menutup pintu kerja sama dengan perusahaan asing tanpa izin negara.

    Kementerian Perdagangan China menegaskan, kebijakan tersebut lahir demi menjaga keamanan nasional dan melindungi kepentingan strategis negeri itu. Pengawasan diperketat menyeluruh—mulai dari penambangan, peleburan, dan pemisahan logam, hingga produksi material magnetik serta daur ulang sumber daya sekunder.

    Transfer teknologi dan data yang menyangkut kegiatan industri logam atau material magnetik pun kini diawasi ketat. Tanpa izin resmi pemerintah, seluruh bentuk ekspor, perakitan, pemeliharaan, bahkan peningkatan lini produksi, dilarang keras. Beijing tampak ingin memastikan kendali penuh atas rantai pasok yang selama ini menjadi tumpuan industri global.

    Menurut analis keuangan Lukman, eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China akan menimbulkan tekanan lanjutan terhadap dolar AS. Imbasnya, mata uang di kawasan Asia—termasuk rupiah—berisiko tertekan, mengingat kuatnya keterkaitan ekonomi regional dengan aktivitas industri China.

    “Trump mungkin meyakini kebijakan tarifnya sejalan dengan semangat Make America Great Again (MAGA),” ujar Lukman. “Namun, langkah itu justru tampak sebagai kemunduran strategis.”

    Dampaknya mulai terasa di pasar domestik. Rupiah melemah di awal pekan, turun 20 poin atau 0,12 persen pada pembukaan perdagangan Senin di Jakarta. Nilainya merosot ke level Rp16.590 per dolar AS, dari posisi sebelumnya Rp16.570 per dolar AS.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.