KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, data perdagangan saham selama sepekan pada periode 13—17 Oktober 2025 ditutup dengan penurunan.
Penurunan terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian BEI sebesar 2,44 persen menjadi Rp27,46 triliun dari Rp28,15 triliun pada pekan sebelumnya.
Penyusutan juga dialami oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan sebesar 4,14 persen menjadi berada pada level 7.915,656 dari 8.257,859 pada pekan lalu.
"Kemudian kapitalisasi pasar BEI mengalami perubahan sebesar 5,23 persen menjadi sebesar Rp14.746 triliun dari Rp15.560 triliun pada sepekan sebelumnya," Ujar Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad dalam keterangannya.
Kemudian, rata-rata frekuensi transaksi harian pada pekan ini mengalami penurunan sebesar 7,37 persen menjadi 2,71 juta kali transaksi dari 2,93 juta kali transaksi pada pekan lalu.
Tak hanya itu, rata-rata volume transaksi harian Bursa pekan ini mengalami perubahan sebesar 10,33 persen menjadi 32,95 miliar lembar saham dari 42,32 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya.
"Adapun investor asing hari ini (Jumat, 17 Oktober 2025) mencatatkan nilai beli bersih Rp3,03 triliun dan sepanjang tahun 2025 ini, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp51,55 triliun," pungkas Kautsar.
IHSG Tersungkur Hingga 2,57 Persen
Sebelumnya diberitakan, IHSG ditutup longsor usai melemah -2,57 persen atau menurun 209,1 poin ke level 7.915,66 pada perdagangan, Jumat, 10 Oktober 2025.
BRI Danareksa Sekuritas membeberkan terdapat tiga faktor yang menyebabkan indeks terjungkal hari ini. Pertama, mengenai ketidakpastian global yang meningkat.
Disebutkan, belum adanya kejelasan titik tengah dalam perang dagang membuat investor beralih ke aset safe haven.
"Kondisi ini menekan minat risiko di pasar saham regional, termasuk Indonesia," tulis BRI Danareksa dalam risetnya, Jumat, 17 Oktober 2025.
Kedua, sentimen negatif dari Amerika Serikat. BRI Danareksa menyebut, kekhawatiran meningkat seiring government shutdown di AS yang telah berlangsung 16 hari, menimbulkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.
Katalis terakhir yakni mengenai tekanan dari saham berkapitalisasi besar dan aksi taking profit. BRI Danareksa menyampaikan, saham-saham big cap seperti BREN, DSSA, dan DCII mengalami pelemahan signifikan.
"Diperparah oleh aksi taking profit pada saham konglomerasi yang sebelumnya sudah naik tinggi," tulisnya.
Di sisi lain, BRI Danareksa memiliki sejumlah catatan untuk investor, seperti;
- Sudah profit: amankan sebagian cuan dan siapkan cash untuk peluang berikutnya.
- Masih floating loss: jangan panik, evaluasi posisi dan perhatikan area support kuat.
- Ingin beli: boleh mulai lihat situasi terbaru beberapa saham mulai menunjukkan tanda stabil, tapi tetap tunggu konfirmasi rebound agar entry lebih aman.