Logo
>

Pergerakan Saham Grup Lippo Dipicu Pertemuan James Riady

Investor soroti arah saham LPKR, LPCK, MPPA hingga SILO usai pertemuan James Riady dan Menteri PKP bahas kelanjutan proyek Meikarta.

Ditulis oleh Syahrianto
Pergerakan Saham Grup Lippo Dipicu Pertemuan James Riady
Ilustrasi: Wilayah yang dikelola oleh Lippo Cikarang, salah satu perusahaan Grup Lippo. (Foto: Dok. Lippo Cikarang)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM -  James Riady, tokoh sentral di balik imperium bisnis Grup Lippo, memenuhi undangan resmi Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait, di Jakarta pada Rabu, 23 April 2025. 

    Pertemuan tersebut berlangsung di tengah polemik panjang mengenai proyek Meikarta yang telah lama menjadi sorotan publik akibat keterlambatan pembangunan dan ketidakpastian serah terima unit kepada konsumen. 

    Dalam forum yang juga dihadiri sejumlah perwakilan pembeli unit Meikarta, James Riady menyampaikan komitmennya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, termasuk upaya pembayaran ganti rugi serta langkah strategis yang akan diambil Lippo Group agar proyek tersebut dapat berjalan kembali sesuai arahan pemerintah. 

    Reaksi pasar terhadap pertemuan ini cukup beragam. Secara umum, mayoritas saham emiten Grup Lippo menunjukkan penguatan pada perdagangan Kamis, 24 April 2025. Hal ini mengindikasikan bahwa investor melihat pertemuan tersebut sebagai bentuk itikad baik dan kemungkinan perbaikan reputasi jangka panjang yang sempat tercoreng akibat polemik Meikarta. 

    Namun, optimisme tersebut tetap dibarengi sikap waspada, tercermin dari volatilitas harga yang masih cukup tinggi di beberapa saham afiliasi. Sentimen positif tersebut terutama terasa di saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), yang menjadi entitas induk dari proyek Meikarta. 

    Fundamental Emiten Grup Lippo

    Lippo Karawaci menempati posisi teratas dalam daftar emiten Grup Lippo berdasarkan kapitalisasi pasar, yaitu sekitar Rp5,88 triliun per akhir April 2025. Kinerja sahamnya tercatat menguat 2,6 persen ke level Rp79 per saham pada 24 April, disertai lonjakan volume transaksi yang mencerminkan tingginya aktivitas perdagangan pascapertemuan dengan Menteri PKP. 

    Dari sisi laporan keuangan, perusahaan mencatatkan laba bersih sebesar Rp18,75 triliun sepanjang 2024. Kenaikan signifikan ini sebagian besar bersumber dari aksi divestasi kepemilikan di Siloam Hospitals. Meski begitu, pendapatan operasional LPKR justru turun ke Rp11,35 triliun. Secara efisiensi, ROE tercatat tinggi di angka 74,09 persen, namun ROA relatif lebih rendah yakni 1,68 persen, menunjukkan bahwa laba yang dihasilkan masih belum sepenuhnya mencerminkan kinerja aset secara keseluruhan.

    Sementara itu, PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) berada dalam posisi yang cukup berbeda. Emiten pengembang kawasan industri ini memang mengalami penguatan harga saham sebesar 1 persen ke Rp505, namun secara fundamental menghadapi tekanan yang signifikan. Laporan tahunan 2024 menunjukkan kerugian sebesar Rp1,61 triliun, jauh memburuk dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan tercatat stagnan di kisaran Rp1 triliun, dan beban finansial menjadi salah satu kontributor utama terhadap penurunan laba bersih. 

    Untuk mengatasi tantangan tersebut, perusahaan tengah menyiapkan skema rights issue guna memperkuat struktur modal dan mendukung keberlangsungan proyek jangka panjang seperti Meikarta.

    PT Multipolar Tbk (MLPL) mencatatkan laba bersih sebesar Rp159 miliar pada 2024, lebih tinggi dibanding beberapa tahun terakhir. Namun, perusahaan ini memiliki Price-to-Earnings Ratio (PER) sebesar 613 kali, yang menjadikannya salah satu saham dengan valuasi tertinggi di antara sesama emiten Grup Lippo. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai saham di pasar saat ini berada jauh di atas capaian laba bersihnya, yang mengindikasikan ekspektasi besar terhadap kinerja keuangan ke depan. Sayangnya, dari sisi operasional, belum ada pertumbuhan pendapatan atau lini bisnis baru yang secara langsung mendongkrak kinerja jangka pendek.

    Berbeda dengan MLPL, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang konsisten. Perusahaan ritel ini mencatatkan laba sebesar Rp34 miliar pada tahun 2024, membalikkan kerugian yang sebelumnya membebani kinerja. Pendapatan MPPA meningkat menjadi Rp7,1 triliun atau tumbuh sekitar 2,9 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan ini didukung oleh perbaikan efisiensi operasional di sejumlah gerai serta strategi promosi yang difokuskan pada penetrasi pasar menengah. Pergerakan saham MPPA yang menguat 4 persen ke level Rp53 pada 24 April mencerminkan respons positif pasar terhadap capaian keuangan tersebut.

    PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), yang merupakan lini bisnis layanan kesehatan Grup Lippo, mencatatkan pendapatan sebesar Rp9,12 triliun hingga kuartal III 2024, tumbuh sekitar 10,6 persen secara tahunan. Namun, laba bersih yang dibukukan mengalami penurunan sebesar 26,1 persen menjadi Rp635 miliar. Penurunan ini tidak disebabkan oleh berkurangnya pendapatan, melainkan peningkatan beban operasional dan biaya ekspansi, yang umum terjadi pada perusahaan di sektor kesehatan yang sedang memperluas jaringan fasilitas. 

    Meskipun begitu, indikator fundamental seperti Return on Equity (ROE) yang tercatat 11,31 persen dan Return on Assets (ROA) sebesar 7,08 persen menunjukkan bahwa secara umum kinerja efisiensi SILO masih berada pada tingkat yang kompetitif dalam industri rumah sakit swasta.

    Pertemuan bikin Bullish atau Bearish?

    Pertemuan antara James Riady dan Menteri PKP, Maruarar Sirait, pada 23 April 2025 menjadi katalis utama bagi pergerakan saham-saham Grup Lippo. Fokus utama pertemuan tersebut adalah penyelesaian proyek Meikarta yang mangkrak, serta pemenuhan hak-hak konsumen. 

    James Riady menyampaikan komitmen Lippo Group untuk menyelesaikan seluruh kewajiban proyek ini, termasuk menyusun ulang timeline pembangunan dan menyediakan kompensasi bagi konsumen yang terdampak.

    Pasar merespons pertemuan ini secara positif. Hal ini terlihat dari kenaikan harga saham LPKR dan MPPA secara signifikan di hari berikutnya. Saham LPKR bahkan menunjukkan sinyal teknikal bullish, dengan harga mendekati resistance psikologis di Rp80 dan dukungan indikator MACD yang telah crossover positif sejak tiga hari sebelumnya. Volume perdagangan LPKR juga meningkat, memperkuat keyakinan bahwa sentimen pasar memang sedang bergerak naik.

    Namun tidak semua saham merespons secara seragam. MLPL justru melemah, mencerminkan kekhawatiran terhadap tingginya valuasi yang belum diiringi pertumbuhan kinerja. LPCK sendiri menunjukkan kecenderungan sideways dengan volatilitas tinggi, menandakan pasar masih menunggu realisasi konkret dari aksi korporasi rights issue yang direncanakan.

    Di sisi teknikal, MPPA menunjukkan akumulasi yang kuat dan kemungkinan melanjutkan tren naik, didukung oleh indikator RSI yang mulai masuk zona bullish dan MA20 yang memotong ke atas MA50. Sebaliknya, SILO cenderung stagnan, mencerminkan investor masih wait-and-see terhadap profitabilitas jangka pendek di tengah ekspansi layanan kesehatan yang membutuhkan biaya besar.

    Kesimpulannya, pertemuan antara James Riady dan pemerintah menjadi sinyal positif yang mendorong sebagian saham Grup Lippo bergerak bullish, terutama saham yang secara operasional menunjukkan perbaikan seperti LPKR dan MPPA. 

    Namun bagi saham lain yang masih bergelut dengan tekanan keuangan atau valuasi tinggi seperti LPCK dan MLPL, arah pasar tetap bergantung pada aksi nyata dan kinerja fundamental ke depan. Di titik ini, pasar tampaknya menyeimbangkan antara harapan dan kehati-hatian, menunggu apakah komitmen penyelesaian proyek Meikarta akan benar-benar diwujudkan atau sekadar pernyataan seremonial semata. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.