Logo
>

Peringkat Utang RI Tetap 'BBB', Fitch Ratings Ingatkan Ini

Ditulis oleh KabarBursa.com
Peringkat Utang RI Tetap 'BBB', Fitch Ratings Ingatkan Ini

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dilansir Bloomberg, lembaga pemeringkat global Fitch Ratings mengganjar Indonesia dengan peringkat utang BBB dan outlook stabil, tidak berubah dari pemeringkatan pada periode sebelumnya.

    Fitch Ratings memberikan peringatan terkait beberapa hal yang perlu diperhatikan meskipun mempertahankan penilaiannya. Salah satunya adalah berakhirnya pesta harga komoditas global yang diprediksi akan berdampak cukup signifikan bagi prospek pendapatan Indonesia di masa depan.

    Meskipun pemerintah telah melakukan upaya untuk mengimbangi penurunan pendapatan melalui kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11persen sejak 2022, yang dijadwalkan akan meningkat menjadi 12persen pada 2025, Fitch menilai bahwa langkah ini tidak akan secara signifikan meningkatkan pendapatan yang terpengaruh oleh berakhirnya bonanza komoditas.

    Fitch memperkirakan bahwa rasio pendapatan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2024 akan turun menjadi 14,6persen dari 15persen pada tahun 2025. Angka tersebut merupakan yang terendah untuk negara dengan peringkat 'BBB' dan jauh di bawah median sebesar 21,3persen.

    Meskipun langkah pemerintah untuk meningkatkan tarif PPN menjadi 11persen pada tahun 2022 diharapkan dapat menghasilkan pendapatan tambahan sekitar 0,3persen-0,4persen dari PDB setiap tahunnya, kenaikan tambahan 1persen pada tahun 2025 juga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan.

    "Namun, kami perkirakan penurunan harga komoditas akan berdampak lebih besar sehingga rasio bunga/pendapatan yang kami proyeksikan sebesar 14,8persen pada 2024, jauh lebih tinggi dibanding median kategori 'BBB' sebesar 8,7persen," jelas Fitch Ratings dalam pernyataan resmi, Jumat 15 Maret 2024.

    Kinerja neraca dagang pada bulan Februari menjadi cerminan yang mengecewakan. Surplus neraca dagang Indonesia turun drastis ke level terendah dalam sembilan bulan terakhir, hanya mencapai US$867 juta, jauh di bawah prediksi para pelaku pasar yang memperkirakan surplus bisa mencapai US$2,3 miliar.

    Penurunan ini disebabkan oleh kinerja ekspor komoditas utama seperti batu bara, besi dan baja, serta minyak sawit mentah (CPO). Komoditas-komoditas ini menyumbang sekitar 30,22persen dari total ekspor non-migas Indonesia pada bulan tersebut.

    Ekspor minyak sawit mentah (CPO) turun drastis hingga 40persen, sedangkan ekspor nikel mengalami penurunan 27persen karena terpengaruh oleh penurunan harga di pasar global. Selain itu, harga batu bara yang lesu juga menyebabkan nilai ekspor turun sebanyak 18,7persen. Akibatnya, nilai ekspor keseluruhan merosot hampir 10persen menjadi hanya US$19,31 miliar.

    Risiko fiskal 'makan siang gratis' Prabowo-Gibran

    Selain penurunan pendapatan akibat berakhirnya pesta harga komoditas, Indonesia juga dinilai masih menghadapi risiko  ketidakpastian fiskal dalam jangka pendek. "Kami yakin risiko fiskal jangka menengah telah meningkat karena rencana fiskal pemerintah berikutnya masih belum pasti dengan beberapa janji kampanye tampaknya memerlukan biaya besar," kata Fitch.

    Program makan siang dan susu gratis di sekolah yang diusung oleh Prabowo Subianto, yang saat ini memimpin perolehan suara dalam perhitungan real count oleh Komisi Pemilihan Umum, diperkirakan bisa menghabiskan biaya hingga 2persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.

    Prabowo juga menyatakan bahwa Indonesia dapat mempertahankan rasio utang yang jauh lebih tinggi daripada saat ini, sambil menargetkan pertumbuhan PDB sebesar 8persen.

    Lembaga pemeringkat yang berpengaruh memperkirakan defisit fiskal APBN 2024 akan berada dalam kisaran 2,5persen. Sementara itu, pada 2025, defisit fiskal diproyeksikan berada di kisaran 2,9persen, sedikit di bawah batas maksimum yang diizinkan oleh Undang-Undang, yaitu 3persen.

    Lebih lanjut, lembaga pemeringkat ini mengungkapkan bahwa peringkat 'BBB' yang diberikan didasarkan pada penilaian atas prospek pertumbuhan jangka menengah yang baik, rasio utang pemerintah terhadap PDB yang relatif rendah dibandingkan dengan pendapatan pemerintah yang melemah, dan beberapa indikator struktural yang masih tertinggal, seperti tata kelola, jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kelompok peringkat BBB.

    Beberapa indikator lainnya, seperti transaksi berjalan, sejauh ini masih lebih kuat dibandingkan sebelum masa prapandemi. Namun, diperkirakan bahwa kondisi ini akan berubah menjadi normal beberapa tahun ke depan jika harga komoditas terus mengalami penurunan.

    Fitch memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melemah menjadi 4,9persen tahun ini, di tengah pelemahan permintaan global yang memengaruhi pendapatan dari ekspor.

    Namun, pada tahun 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi untuk bangkit menjadi 5,3persen, terutama setelah didapatkan kepastian pasca Pemilu dan Pilpres 2024, yang diyakini akan menarik investor yang sebelumnya menahan diri.

    "Kami berasumsi kebijakan ekonomi Indonesia secara luas akan berlanjut pada pemerintahan yang baru," kata Fitch.

    Arus masuk modal asing (Foreign Direct Investment) diperkirakan akan meningkat bertahap termasuk untuk sektor kendaraan listrik sejalan dengan aktivitas hilirisasi yang makin cepat, meningkatkan ekspor manufaktur, dan menambah nilai lebih pada ekspor komoditas.

    "Hal itu dinilai dapat mengurangi kerentanan neraca pembayaran dalam jangka menengah jika perkembangan ini secara struktural mengarah pada peningkatan ekspor manufaktur dan aliran masuk FDI, serta penurunan defisit transaksi berjalan. Meskipun pada 2023, persentase aliran masuk FDI terhadap PDB turun masing-masing menjadi 1,6persen dan 1,1persen secara bruto dan bersih, yang sebagian mungkin mencerminkan ketidakpastian sementara akibat pemilu," jelas Fitch.

    Afirmasi rating Indonesia pada peringkat BBB dengan outlook stabil menunjukkan keyakinan kuat pemangku kepentingan internasional atas stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga pasca pelaksanaan Pemilu 2024," komentar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menanggapi penilaian terbaru Fitch Ratings tersebut.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi