KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih lesu. Per hari ini saja, rupiah turun 7 poin atau menjadi Rp16.244 per dolar AS.
Apakah otoritas, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) perlu menaikan suku bunga untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah?
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Etika Karyani mengatakan untuk saat ini BI belum perlu menaikkan suku bunga.
"Belum perlu (BI menaikan suku bunga). Karena inflasi per Maret 3,05 persen year on year (yoy), masih dalam target inflasi BI 2024 (1.5-3.5 persen)," ujar dia kepada Kebar Bursa, Selasa 23 April 2024.
Etika menuturkan cadangan devisa juga masih mencukupi yakni sebesar USD140,4 walaupun merosot per Februari 2024.
Jika BI menaikan suku bunga acuan pada periode ini, kata Etika, tidak akan banyak membantu hanya untuk mencegah pelemahan uang garuda.
"BI justru harus menjaga stabilitasnya dengan intervensi pasar valas," ucapnya.
Etika melanjutkan cadangan devisa bisa menjadi senjata untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Menurut dia, cadangan devisi cukup banyak dan kuat.
Sebelumnya diberitakan, ada desakan untuk menaikkan suku bunga acuan BI Rate guna memberikan dukungan lebih besar terhadap nilai tukar, mayoritas ekonom yang disurvei oleh Bloomberg masih memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga pada level 6 persen.
Dari 41 ekonom yang disurvei, hanya 12 yang memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen. Namun, sejumlah bank asing seperti Goldman Sachs, Barclays Bank, BNP Paribas, dan DBS Bank, serta beberapa ekonom dari Bloomberg LP, Bahana Sekuritas, dan Trimegah Securities memperkirakan kenaikan suku bunga.