Logo
>

Pernyataan Pejabat The Fed Tekan Rupiah: Kurs Tembus Rp16.616 per Dolar AS

Pemerintah Amerika Serikat memasuki hari keenam penutupan aktivitas setelah negosiasi pendanaan gagal mencapai mufakat

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Pernyataan Pejabat The Fed Tekan Rupiah: Kurs Tembus Rp16.616 per Dolar AS
Ilustrasi Mata Uang Garuda. Foto: Dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nada hawkish yang dilontarkan salah satu pejabat Federal Reserve semalam kembali mengguncang pasar keuangan. Sinyal kebijakan yang ketat itu menekan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam sesi perdagangan hari ini.

    Mengacu pada data Bloomberg, Rabu 8 Oktober pukul 09.15 WIB, kurs rupiah terpantau di level Rp16.616 per dolar AS — melemah 55 poin atau setara 0,33 persen dibandingkan penutupan Selasa 7 Oktober 2025 yang berada di Rp16.561 per dolar AS.

    Menurut pengamat ekonomi dan valuta asing, Ibrahim Assuaibi, tekanan terhadap rupiah kali ini tak semata dipicu faktor moneter, melainkan juga imbas dari kekacauan politik di Washington. Pemerintah Amerika Serikat memasuki hari keenam penutupan aktivitas setelah negosiasi pendanaan gagal mencapai mufakat. “Senat masih belum mampu meraih dukungan cukup untuk mengesahkan paket pendanaan jangka pendek,” ujar Ibrahim dalam pernyataan resminya.

    Dari sisi pasar berjangka, analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, memperkirakan rupiah akan terus berada di bawah bayang-bayang dolar. Penguatan mata uang Amerika itu ditopang oleh pernyataan bernada hawkish dari dua pejabat The Fed, Jeff Schmid dan Neel Kashkari. Gubernur The Fed Kansas City, Jeff Schmid, menekankan bahwa bank sentral harus tetap menekan inflasi yang enggan turun, kata Lukman kepada Ipotnews, pagi ini.

    Di sisi lain, Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, memperingatkan bahwa langkah pemangkasan suku bunga yang terlalu agresif dapat memicu gelombang inflasi baru. Ia memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini akan berfluktuasi di rentang Rp16.500 hingga Rp16.650 per dolar AS.

    Dalam forum diskusi bertema kecerdasan buatan dan perekonomian yang diselenggarakan Minnesota Star Tribune, Selasa, Kashkari menegaskan bahwa penurunan suku bunga secara ekstrem dapat menciptakan “ledakan inflasi.”

    “Ketika kita memaksa ekonomi tumbuh melebihi kapasitas produksinya, konsekuensinya jelas — harga-harga akan melonjak di seluruh sektor,” tegasnya.

    Meski tahun ini tidak memiliki hak suara dalam penetapan kebijakan moneter, Kashkari tetap aktif memberikan pandangan dalam forum Federal Open Market Committee (FOMC). Ia juga menyoroti tanda-tanda perlambatan ekonomi yang mulai muncul di tengah inflasi yang masih enggan surut.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.