Logo
>

Pertamina Mau Hapus Pertalite, Pengamat Ungkap Bahayanya

Ditulis oleh Syahrianto
Pertamina Mau Hapus Pertalite, Pengamat Ungkap Bahayanya

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pengamat ekonomi energi Fahmi Radhi mengatakan rencana Pertamina mengganti pertalite menjadi Pertamax Green 92 perlu dikaji ulang.

    Masalahnya menurut Fahmi bahan bakar minyak (BBM) Pertamax yang dicampur dengan bioetanol Itu harganya masih lebih mahal dibandingkan Pertalite.

    "Taruhlah harga Rp13.000 Berarti ada selisih sekitar 3000 dibanding selisih dengan pertalite artinya kalau program ini diterapkan akan ada kenaikan harga dari Rp10.000 menjadi Rp13.000," kata Fahmi saat dihubungi KabarBursa, Kamis, 29 Februari 2024.

    Tak hanya soal harga Fahmi menilai jika usulan Pertamina terkait penggantian pertalite menjadi Pertamax Green 92 diimplementasikan sekarang akan berkontribusi negatif terhadap perekonomian Indonesia.

    "Nah kenaikan ini secara ekonomis akan berkontribusi terhadap perekonomian yang dapat memicu inflasi dan kemudian dapat menurunkan daya beli masyarakat kemudian juga akan memicu kenaikan harga-harga bahan pokok karena transportasi itu berpengaruh dalam kenaikan harga pokok," jelasnya.

    Apalagi, ujar Fahmi, harga sejumlah bahan pokok (bapok) saat ini sedang tinggi. Khususnya beras yang saat ini tengah menjadi perbincangan masyarakat akibat harga yang melambung dan stok yang terbatas.

    "Ini Saya kira tidak tepat bahkan menurut saya (kebijakan) blunder karena akan mempunyai dampak terhadap ekonomi," terang dia.

    "Itu juga bisa memicu kerusuhan sosial juga kalau misalnya kebijakan itu terjadi berkelanjutan," tegas Fahmi.

    Terkait dengan dampak terhadap perekonomian negara, Fahmi menyatakan bahwa ada sejumlah dampak yang cukup parah jika kebijakan tersebut berlaku. Dampaknya juga akan dirasakan seluruh lapisan masyarakat.

    "Itu membutuhkan etanol dalam jumlah yang besar dan itu harus impor. Impor akan memperberat neraca perdagangan. Gara-gara impor tadi juga bisa membuat defisit neraca pembayaran," ucapnya.

    "Jadi dampak ekonominya inflasi harga barang-barang naik dan juga akan menyebabkan defisit neraca pembayaran serta akan berdampak juga nanti pada kurs rupiah yang akan semakin melemah," papar Fahmi.

    Oleh karena itu akademisi Universitas Gadjah Mada itu menyampaikan bahwa sebaiknya pemerintah dan Pertamina tidak terburu-buru mengganti Pertalite menjadi Pertamax Green 92.

    "Nah ini saya kira akan semakin berat kalau dilakukan sekarang. Rencana itu baik tapi saya kira menunggu momentum yang tepat pada saatnya. Ini bisa diterapkan tapi tidak sekarang," tutupnya, menegaskan. (ari/prm)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.