KABARBURSA.COM - PT Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) mengumumkan rencananya untuk mengembangkan bioetanol sebagai pengganti bahan bakar Pertalite/Pertamax mulai tahun 2027, dengan memanfaatkan kolaborasi dengan Brasil.
CEO PNRE, John Anis, mengakui Brasil sebagai produsen bioetanol terbesar di dunia saat ini. Karena itu, Pertamina ingin mengambil pelajaran dari negara tersebut sebelum memulai produksi massal di Indonesia.
"Kita lihat dari bioetanol, produsen terbesar ada di Brasil. Jadi kita harus belajar, mereka sudah memproduksi sejak tahun 1970-an. Jadi, kita harus belajar dari mereka karena kita sedang mencoba menjalin kerja sama," ujar John saat diwawancarai pada Selasa 30 April 2024.
John menjelaskan bahwa kerja sama tersebut penting karena pengembangan bioetanol memiliki tantangan, terutama dalam ketersediaan bahan baku (feedstock). Oleh karena itu, kerja sama dengan Brasil diharapkan dapat membantu Indonesia belajar dan memproduksi etanol secara efisien.
Selain itu, John menyebut bahwa PNRE belum memutuskan tingkat Research Octane Number (RON) dari bioetanol Pertamax Green yang dihasilkan dari sumber daya di Merauke. Bioetanol tersebut nantinya akan menggantikan Pertalite atau Pertamax.
"Pemerintah berharap akan ada campuran dengan etanol, dan etanol akan disuplai oleh kami. Kami masih mempertimbangkan, apakah RON 95 atau 92 yang lebih baik. Namun, yang pasti, akan ada campuran, dan kami masih mempertimbangkan persentasenya, apakah 10 persen, 15 persen, atau 20 persen?," tambahnya.
Pertamina dan Konsorsium
John juga mengkonfirmasi bahwa Pertamina telah bergabung dengan Satuan Tugas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Papua Selatan, sesuai dengan Keputusan Presiden No. 15/2024.
Dia juga menyatakan bahwa Pertamina sedang mempertimbangkan untuk terlibat dalam konsorsium yang mengembangkan lahan tebu seluas 2 juta hektar di Merauke. Namun, dia menolak memberikan detail lebih lanjut karena masih dalam tahap pembahasan.
Di sisi lain, Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, mengungkapkan bahwa pemerintah berencana untuk membentuk perusahaan patungan antara Danareksa dan Perhutani untuk mengelola lahan seluas 2 juta hektar di Merauke. Proyek ini membutuhkan investasi sekitar US$8 miliar atau sekitar Rp130 triliun.
Tiko, sapaan akrabnya, juga menyatakan bahwa PT Perkebunan Nusantara III atau PTPN juga akan terlibat dalam proyek tersebut untuk mendukung ekosistem tebu dan bioetanol.
Kemandirian Energi
Inisiatif ini dilakukan untuk memperkuat kemandirian energi dan pangan Indonesia. John menegaskan bahwa skala besar proyek tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi bioetanol untuk mendukung kemandirian energi, sambil juga memperhatikan aspek ketahanan pangan dari produksi gula.
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga telah mengkonfirmasi pembentukan Satgas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Papua Selatan, dengan tujuan untuk menyediakan bahan baku biofuel pengganti Pertalite atau Pertamax yang dijadwalkan akan digunakan pada tahun 2027.
Semua langkah ini diharapkan dapat mempercepat persiapan lapangan sehingga target produksi bahan baku tebu untuk bioetanol bisa tercapai pada tahun yang ditentukan.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.