KABARBURSA.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyaksikan penandatanganan dua kontrak bagi hasil untuk Wilayah Kerja (WK) Ketapang dan Bobara oleh perusahaan migas asal Malaysia, Petronas. Penandatanganan ini dilakukan dalam acara Indonesia Petroleum Association Conference and Exhibition (IPA Convex) Tahun 2024 di Tangerang, Banten.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, yang juga turut menyaksikan penandatanganan tersebut, menyampaikan bahwa Kontrak Bagi Hasil untuk WK Bobara merupakan kontrak eksplorasi dengan jangka waktu 30 tahun, sementara untuk WK Ketapang yang merupakan wilayah kerja produksi, jangka waktu kontraknya adalah 20 tahun. Seperti dikutip di Jakarta, Rabu 15 Mei 2024.
WK Ketapang terletak di lepas pantai utara Pulau Madura, Jawa Timur, dan WK Bobara berada di lepas pantai Papua Barat.
Petronas menandatangani Kontrak Bagi Hasil untuk WK Ketapang melalui PC Ketapang II Ltd dan untuk WK Bobara melalui Petronas E&P Bobara Sdn Bhd. Penandatanganan kontrak ini adalah hasil lelang Wilayah Kerja tahap III tahun 2023.
Total investasi komitmen pasti dari kedua kontrak ini mencapai 96,92 juta dolar AS (sekitar Rp1,56 triliun dengan kurs Rp16.128), dengan total bonus tanda tangan sebesar 1,05 juta dolar AS (sekitar Rp16,9 miliar).
Dadan Kusdiana menyatakan bahwa pemerintah berharap para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dapat menjaga keberlanjutan produksi dan komitmen eksplorasi mereka.
Pemerintah mengharapkan KKKS dapat lebih berperan aktif dalam meningkatkan cadangan serta mempertahankan produksi minyak dan gas bumi, guna memenuhi kebutuhan energi nasional di masa depan.
Ladang Migas Berpotensi
“Pesut Mahakam dan Panai melalui lelang reguler, sedangkan Andaman Tengah, Amanah, dan Melati melalui penawaran langsung,” kata Dadan beberapa waktu lalu.
Wilayah kerja pertama yang ditawarkan oleh Kementerian ESDM adalah Pesut Mahakam yang berlokasi di onshore Kalimantan Timur ini ditawarkan secara lelang reguler. Ini berlokasi dekat dengan beberapa wilayah kerja yang terbukti memiliki potensi hidrokarbon seperti Sanga-sanga, Wain, Mahakam, Sangata, Kalimantan Timur dan Attaka.
“Ini merupakan wilayah kerja eksplorasi dengan perkiraan sumber daya sekitar 20 juta barel minyak dan 1,1 triliun kaki kubik (TCF) gas. Minimal komitmen pasti untuk wilayah kerja Pesut Mahakam adalah studi G&G dan seismik 3D 114 kilometer persegi,” ujar Dadan.
Kementerian ESDM menawarkan wilayah kerja Panai yang ditawarkan melalui regular tender dan berlokasi di onshore dan offshore Sumatra Utara dan Riau. Lokasi wilayah kerja ini dekat dengan beberapa wilayah kerja yang terbukti memiliki potensi hidrokarbon seperti CPP, Siak dan Kisaran
“Ini merupakan wilayah kerja eksplorasi dengan perkiraan sumber daya gas sekitar 500 miliar kaki kubik (bcf) gas,” ujarnya. Minimal komitmen pasti untuk Panai adalah studi G&G dan seismik 2D 500 kilometer.
Potensi Sumber Hidrokarbon
Ketiga, Kementerian ESDM menawarkan Andaman Tengah melalui direct-offer tender. WK ini berlokasi di anjungan lepas pantau atau offshore Laut Andaman yang dekat dengan wilayah kerja yang terbukti memiliki potensi hidrokarbon seperti offshore Sumatra Utara, Lhokseumawe dan Blok B.
Andaman Tengah merupakan wilayah kerja eksplorasi dengan perkiraan sumber daya sekitar 100 juta barel minyak dan 500 BCF gas. Minimal komitmen pasti untuk Andaman Tengah adalah studi G&G, dan Seismik 3D atau pembelian data seismik 3D seluas 650 kilometer persegi dan pemrosesan ulang seismik 3D tingkat lanjut.
Keempat, Kementerian ESDM menawarkan wilayah kerja Amanah melalui direct-offer tender. Wilayah kerja ini berlokasi di onshore Sumatra Selatan dekat dengan wilayah kerja yang terbukti memiliki potensi hidrokarbon seperti Sumatra Selatan, Belida, Area Pertamina EP Sumbagsel, Raja/Pendopo dan Ogan Komering.
“Amanah merupakan wilayah kerja eksplorasi dengan perkiraan sumber daya sekitar 50 juta barel minyak dan 450 bcf gas. Komitmen pasti minimal untuk Amanah adalah studi G&G dan seismik 3D 50 kilometer persegi,” ujar Dadan.
Kelima, Kementerian ESDM menawarkan wilayah kerja Melati melalui penawaran Langsung. Lokasinya terletak di offshore dan onshore Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Melati merupakan wilayah kerja eksplorasi dengan perkiraan sumber daya sekitar 850 juta barel minyak dan 4,7 TCF gas. Melati terletak di calon cekungan yang belum diproduksi sebelumnya.
“Oleh karena itu kami menawarkan wilayah kerja ini dengan persyaratan bagi hasil yang lebih baik,” ujarnya.
Minimal komitmen pasti untuk Melati adalah Studi G&G, onshore Seismik 2D 250 kilometer, dan offshore seismik 3D 200 kilometer persegi.
 
      