Logo
>

Pipeline 2025 WINS Solid usai Cuan USD22,5 Juta di 2024

PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) berhasil membukukan kinerja keuangan yang positif sepanjang 2024, dengan memperoleh laba bersih lebih tinggi

Ditulis oleh Syahrianto
Pipeline 2025 WINS Solid usai Cuan USD22,5 Juta di 2024
Salah satu kapal yang dimiliki dan dikelola oleh PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS). (Foto: Dok. Wintermar)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) berhasil membukukan kinerja keuangan yang positif sepanjang 2024, dengan memperoleh laba bersih lebih tinggi dibandingkan tahun 2023. Pendapatan yang melonjak akibat dorongan tarif sewa kapal milik menjadi pendorong utama net profit perseroan.

    Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir 31 Desember 2024, Wintermar mencatat total pendapatan USD82,4 juta, meningkat 13,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan USD72,6 juta pada 2023. Total laba kotor turut meningkat 75,5 persen yoy menjadi USD26,4 juta pada 2024, dari sebelumnya USD15 di tahun 2023.

    Beban langsung kapal milik yang meningkat 6,4 persen yoy menjadi USD39,7 juta adalah salah satu faktor yang berkontribusi yang menekan pendapatan. Rinciannya adalah biaya pemeliharaan yang lebih tinggi sebesar USD7,5 juta (naik 21,8 persen yoy) dan biaya awak kapal sebesar USD10,3 juta (10,5 persen yoy). 

    “Biaya penyusutan naik sebesar 5,4 persen yoy menjadi USD13,4 juta seiring dengan meningkatnya jumlah kapal yang beroperasi. Di sisi lain, biaya bunker naik sebesar 7,2 persen yoy menjadi USD3,3 juta akibat harga bahan bakar yang lebih tinggi dan lebih banyaknya kapal yang dimobilisasi masuk dan keluar dari Indonesia,” tulis Investor Relations Wintermar, Pek Swan Layanto, dalam sebuah rilis newsletter, Senin, 24 Maret 2025.

    Biaya tidak langsung naik sebesar 38,5 persen yoy menjadi USD8,6 juta, dengan gaji karyawan berkontribusi USD1 juta terhadap kenaikan tersebut. Hal ini mencerminkan fokus perusahaan dalam memperkuat tim operasi, teknis, dan IT guna mengelola armada bernilai lebih tinggi, serta pembayaran bonus karyawan sejalan dengan kinerja operasional yang kuat.

    Seiring dengan meningkatnya partisipasi perusahaan dalam tender internasional, biaya pemasaran juga melonjak 164,8 persen yoy menjadi USD0,66 juta.

    Margin operasional melonjak menjadi 21,6 persen pada 2024 dibandingkan dengan 12,2 persen pada tahun 2023, seiring dengan laba operasional yang berlipat ganda menjadi USD17,8 juta pada 2024. Peningkatan ini mencerminkan dampak dari gearing operasional terhadap profitabilitas perusahaan di tengah tren kenaikan tarif sewa kapal.

    Beban bunga dan beban keuangan turun sebesar 4,2 persen yoy menjadi USD1,2 juta, sementara pendapatan bunga meningkat signifikan sebesar 582 persen yoy menjadi USD0,46 juta. Hal ini sejalan dengan strategi perusahaan dalam mengakumulasi arus kas dan melunasi utang.

    Laba entitas asosiasi melonjak menjadi USD2,4 juta untuk 2024 dari USD0,55 juta pada 2023, didorong oleh kinerja kuat perusahaan asosiasi yang mengoperasikan kapal OSV di tengah momentum positif industri perkapalan.

    Penjualan aset tetap memberikan kontribusi keuntungan satu kali sebesar USD16,1 juta, yang sebagian besar berasal dari penjualan PSV lama pada paruh pertama 2024. Namun, penguatan USD menyebabkan perusahaan mencatat kerugian selisih kurs sebesar USD0,47 juta, terutama akibat denominasi pendapatan dalam mata uang rupiah.

    Kepentingan non-pengendali meningkat signifikan sebesar USD9,8 juta, dibandingkan dengan kerugian kecil sebesar USD0,04 juta pada 2023. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh pendapatan dari penjualan aset tetap serta peningkatan bisnis PSV yang 51 persen dikendalikan oleh Wintermar.

    Kinerja Keuangan Wintermar Offshore Marine tahun 2024 dan 2023. (Foto: DataWrapper)
    Sebagai hasilnya, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham untuk 2024 mencapai USD22,5 juta, meningkat 237 persen dibandingkan dengan USD6,7 juta pada 2023. Jika mengecualikan keuntungan dari penjualan kapal, laba inti tetap mengalami lonjakan sebesar 126,5 persen yoy menjadi USD15,1 juta dibandingkan USD6,6 juta pada 2023.

    “EBITDA 2024 turut meningkat 44,8 persen yoy menjadi USD31,5 juta, mencerminkan peningkatan efisiensi dan profitabilitas perusahaan di tengah kondisi industri yang semakin membaik,” sambung laporan perusahaan itu.

    Dua Divisi Penopang Utama

    Lebih lanjut, terdapat dua divisi yang dimiliki oleh Wintermar yang mampu menjadi penopang utama pertumbuhan pendapatan perusahaan. Yang pertama dari Divisi Kapal Milik. Divisi ini membukukan pendapatan sebesar USD62,1 juta pada 2024, meningkat 28,9 persen secara tahunan (yoy) dari periode 2023 senilai USD48,2 juta. Jumlah kapal dynamic positioning (DP) mengerek naik tarif sewa rata-rata tahun 2024 sebesar 26 persen dibandingkan tahun 2023. 

    “Faktor ini berkontribusi terhadap lonjakan 106,2 persen yoy laba kotor dari Divisi Kapal Milik, menjadi USD22,4 juta pada tahun 2024, meski dengan utilisasi kapal sedikit lebih rendah pada 2024 yakni 66 persen dari sebelumnya 68 persen tahun 2023,” sambung newsletter perseroan.

    Jika dibedah, margin bruto Divisi Kapal Milik meningkat menjadi 36,1 pada 2024, meningkat dibandingkan 22,6 persen pada 2023. Ini mencerminkan peningkatan yang besar dalam tarif sewa serta lebih baiknya eksposur armada terhadap segmen DP. 

    Kapal AHTS 5150BHP hingga 8000BHP serta kapal PSV Perusahaan mengalami peningkatan tarif sewa yang lebih tinggi dibandingkan tipe kapal lainnya dalam armada. Pendorongnya adalah peningkatan permintaan untuk proyek pengeboran air laut dalam yang memerlukan kemampuan DP. 

    Selain itu, utilisasi kapal turun pada kuartal IV 2024 menjadi 63 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun 2023, sebesar 67 persen. Kontrak spot oleh beberapa kapal saat musim hujan di Brunei Darussalam yang telah selesai turut memengaruhi utilisasi. 

    “Kapal-kapal ini menjalani pemeriharan dan akan mulai beroperasi lagi pada pertengahan kuartal I 2025. Kapal PSV tambahan yang dibeli perusahaan pada Oktober 2024 belum mulai operasi hingga Januari 2025,” sambung laporan perseroan.

    Sementara itu, pada sepanjang 2024, Divisi Chartering turut memperoleh kenaikan laba bersih 28,7 persen yoy menjadi USD1,4 juta, meskipun sedikit lebih rendah di angka USD13,7 juta, yang mencerminkan peningkatan margin. 

    Adapun, laba kotor dari layanan lainnya mencatatkan penurunan sebesar 16,7 persen yoy menjadi USD2,6 juta setelah penyelesaian sebuah kontrak.

    Salah satu kapal milik Wintermar Offshore Marine. (Foto: Dok. Wintermar)
    Prospek Industri Perkapalan

    Beberapa bulan terakhir ditandai dengan meningkatnya ketidakpastian global akibat perubahan kebijakan dramatis di Amerika Serikat (AS), prospek perang tarif, dan gencatan senjata yang rapuh di Gaza. “Pergolakan ini tidak menggagalkan momentum mendasar dalam siklus investasi hulu, yang tampaknya masih berlangsung karena perusahaan-perusahaan minyak besar mulai mengurangi proyek energi terbarukan dan kembali berinvestasi pada minyak dan gas,” jelas Wintermar.

    Harga minyak memang telah terkoreksi dari titik tertingginya, tetapi diperkirakan tetap kuat dalam beberapa tahun ke depan berkat intervensi OPEC+.

    Di Indonesia, pemerintah tetap berkomitmen pada proyek-proyek utama laut dalam yang telah memperoleh persetujuan investasi dalam 12 bulan terakhir. Sementara itu, tarif sewa kapal di Asia Tenggara sedikit terkoreksi pada akhir tahun 2024 setelah lonjakan tajam dalam setahun terakhir. Meski demikian, sejumlah proyek Engineering, Procurement, Construction, and Installation (EPCI) masih memerlukan kapal OSV untuk proyek-proyek jangka pendek, yang menyebabkan utilisasi armada OSV lebih fluktuatif.

    Prospek dan Strategi 2025-2026

    Meskipun kuartal IV 2024 menunjukkan sedikit perlambatan, Wintermar tetap optimis terhadap prospek Offshore Support Vessel (OSV) di Indonesia. Beberapa proyek pengeboran laut dalam yang telah disetujui, khususnya di Selat Makassar dan Laut Andaman, diperkirakan akan dimulai pada paruh kedua 2025 hingga 2026. 

    “Selain itu, beberapa kontrak EPCI telah diberikan, dan tender untuk proyek penyebaran laut sedang berlangsung, dengan jadwal mulai pada semester kedua 2025,” terang Pek Swan Layanto.

    Semua ini menunjukkan bahwa Wintermar berada pada tahap awal siklus pengeboran baru, dengan prospek kontrak jangka pendek yang berkelanjutan. Namun, volatilitas dalam tingkat utilisasi diperkirakan akan tetap ada, sementara tarif sewa kapal diprediksi akan stabil.

    Sebagai bagian dari strategi ekspansi, Wintermar telah membeli tiga unit Heavy Load Barges (HLB) baru antara Desember 2024 hingga Februari 2025. Kapal-kapal tersebut saat ini dalam proses konversi menjadi berbendera Indonesia dan dijadwalkan siap beroperasi pada kuartal II 2025.

    Salah satu kapal milik Wintermar Offshore Marine. (Foto: Dok. Wintermar)
    Selain itu, Perusahaan telah memesan Platform Supply Vessel (PSV) baru yang dijadwalkan tiba pada 2026. Langkah ini akan meningkatkan kemampuan dynamic positioning dari armada serta mengurangi usia rata-rata kapal. Pembelian kapal-kapal ini didanai menggunakan arus kas internal, dengan rencana pembiayaan kembali setelah penerimaan kapal.

    Pada paruh kedua 2025, satu unit PSV lain yang sebelumnya dinonaktifkan juga akan diaktifkan kembali dan mulai beroperasi, menambah kapasitas perusahaan untuk mendukung proyek-proyek yang berjalan di tahun tersebut.

    “Hingga akhir Februari 2025, Wintermar telah mengantongi kontrak yang akan dijalankan dengan nilai mencapai USD66 juta, menegaskan pipeline bisnis yang solid di tengah dinamika industri,” pungkas Investor Relations Wintermar. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.