KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Senin, 27 Mei 2024, diprediksi akan terkoreksi meski dibuka positif. Sentimen dari Federal Reserve (The Fed) yang menekankan pada risalah rapat FOMC 30 April—1 Mei menjadi faktor utama.
Risalah rapat The Fed mengindikasikan sinyal hawkish ke pasar, dengan tingkat suku bunga tinggi yang diperkirakan akan bertahan lebih lama untuk meredam inflasi, atau istilah yang dikenal dengan 'Higher for Longer'.
Pada perdagangan Rabu, 22 Mei lalu, IHSG kehilangan 94,85 poin atau anjlok 1,3 persen, menutup perdagangan di level 7.222.
Secara teknikal, IHSG masih berpotensi melemah akibat sejumlah sentimen yang menekan. Target koreksi terdekat adalah menuju 7.180, yang semakin menjauhi MA-50 dan MA-100, serta level 7.150 sebagai support terkuat.
Trendline indicator sebelumnya yang gagal ditembus kini menjadi resistance terdekat IHSG pada level 7.250, dengan resistance selanjutnya di level 7.300, tercermin pada time frame daily.
Sentimen perdagangan hari ini terutama datang dari global. Risalah pertemuan The Fed pada Mei menunjukkan bahwa kebijakan suku bunga tinggi akan dipertahankan lebih lama. Meski para peserta menilai kebijakan moneter sudah berada pada posisi yang baik, sejumlah pejabat masih siap melakukan pengetatan lebih lanjut jika diperlukan.
Beberapa pejabat The Fed mengisyaratkan perlunya melihat lebih banyak bukti bahwa inflasi berada pada jalur yang berkelanjutan sebelum mereka merasa yakin untuk mulai menurunkan suku bunga.
Sejak Juli lalu, The Fed mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 5,25 persen—5,50 persen, level tertinggi dalam dua dekade, guna mengembalikan inflasi ke target 2 persen.
Pembuat kebijakan setuju bahwa data inflasi tiga bulan pertama tahun ini mengecewakan, dan penguatan ekonomi yang berarti akan membutuhkan waktu lebih lama dari perkiraan untuk Bank Sentral.
Pasar swaps kini memperhitungkan penurunan suku bunga seperempat poin pertama oleh The Fed pada Desember, dibandingkan dengan November sehari sebelumnya.
Kekhawatiran periode 'Higher for Longer' makin kuat saat data kinerja manufaktur AS terbaru menunjukkan ekonomi masih tangguh. Indeks S&P Global US Composite PMI bulan Mei tercatat di angka 54,4, naik signifikan dari April di 51,3, jauh di atas perkiraan pasar di angka 51,2.
Angka indeks di atas 50 menunjukkan ekspansi. Dengan kata lain, ekonomi AS masih kuat, sehingga The Fed mungkin tetap restriktif agar aktivitas ekonomi tidak memicu reinflasi.
Indeks PMI Manufaktur AS juga melaju di zona ekspansi 50,9, lebih tinggi dari April di angka 50, serta di luar perkiraan pasar yang menduga akan ada kontraksi di 49,9.
Tim Research Phillip Sekuritas mencatat, investor mencerna komentar dari pejabat Federal Reserve untuk mencari petunjuk mengenai waktu pemangkasan suku bunga. Beberapa pejabat tinggi memperkuat sikap bahwa mereka harus bersikap sabar sebelum memutuskan penurunan suku bunga.
"Contohnya, Wakil Ketua Federal Reserve Chris Waller mengatakan perlu melihat penurunan lebih lanjut pada data inflasi sebelum mendukung penurunan suku bunga," kutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Sementara itu, Gubernur Federal Reserve Bank di Atlanta Raphael Bostic menyatakan bahwa Federal Reserve perlu bersikap hati-hati mengenai waktu pemangkasan suku bunga untuk memastikan tidak terjadi lonjakan inflasi akibat ledakan belanja.
Merespon risalah tersebut, CME FedWatch Tools mencatatkan kenaikan peluang dipertahankannya suku bunga acuan di 5,25—5,50 persen pada September 2024 mencapai 50,2 persen. Sementara peluang pemangkasan 25 bps tersisa 44,9 persen untuk periode yang sama.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur Mei 2024. Sesuai perkiraan, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21—22 Mei 2024 memutuskan mempertahankan BI Rate di level 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility 5,5 persen, dan suku bunga Lending Facility 7 persen.
Keputusan ini sesuai dengan perkiraan pasar. Konsensus yang dihimpun Bloomberg dengan melibatkan 36 institusi memperkirakan BI-Rate tetap bertahan di 6,25 persen.
Kebijakan moneter tersebut diambil sebagai langkah pre-emptive dan forward-looking untuk memastikan inflasi terkendali dalam sasaran 2,5 ± 1 persen pada 2024 dan 2025, serta menjaga efektivitas aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar Rupiah.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,51 persen ke 7.222 pada perdagangan Rabu sebelum tutup pekan lalu, disertai dengan munculnya volume pembelian.
“Pada label hitam, posisi IHSG masih rawan terkoreksi untuk menguji 7.175. Jika IHSG mampu bertahan di atas 7.136 sebagai support, maka IHSG berpeluang menguat untuk menguji 7.309 hingga 7.415. Namun, jika IHSG bertahan di atas 7.179, maka saat ini IHSG berada di awal wave (v),” papar Herditya dalam risetnya pada
Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini: MARK, PTBA, TLKM, dan UNTR.
Analis Phintraco Sekuritas juga memperkirakan, IHSG dan nilai tukar Rupiah kemungkinan besar melemah signifikan di awal perdagangan pekan ini. Kondisi tersebut diperkirakan bersamaan dengan proyeksi capital outflow.
“Dengan demikian, IHSG rawan pullback di awal pekan. Support terdekat saat ini berada di kisaran 7.150,” tulisnya.
Phintraco merekomendasikan saham defensif: ICBP, INDF, UNVR, JSMR, dan PGAS, dengan tetap mewaspadai saham-saham rate-sensitive.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.