Logo
>

Potensi Menarik di Pasar Obligasi Indonesia: Seperti Apa?

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Potensi Menarik di Pasar Obligasi Indonesia: Seperti Apa?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Laras Febriany, melihat peluang menarik di pasar obligasi Indonesia di tengah selisih imbal hasil (yield) obligasi pemerintah dan US Treasury (UST) yang mencapai level tertinggi dalam setahun terakhir.

    Laras menyatakan pada Kamis bahwa kondisi ini menciptakan potensi investasi menarik pada siklus akhir menjelang pemangkasan suku bunga. Per akhir Juni 2024, imbal hasil UST 10 tahun berada di kisaran 4,4 persen, sementara imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun kembali menembus 7 persen.

    "Jika dibandingkan dengan negara di kawasan Asia, selisih imbal hasil obligasi Indonesia menjadi yang tertinggi, bahkan melebihi India. Ditambah lagi, Credit Default Swap (CDS) 5 tahun yang menggambarkan persepsi risiko investor untuk berinvestasi di Indonesia sudah stabil," ujar Laras.

    Lebih lanjut, Laras melihat pasar obligasi tetap memiliki potensi, terutama jika inflasi Amerika Serikat (AS) menurun dengan stabil sehingga Fed Funds Rate (FFR) dapat diturunkan tahun ini, diiringi dengan stabilitas nilai tukar rupiah.

    "Kami melihat skenario ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Kejelasan tentang outlook fiskal, anggaran APBN, dan kabinet ekonomi pemerintahan baru dapat menciptakan tambahan katalis bagi pasar obligasi ke depannya," tambahnya.

    Dalam kondisi pasar yang bergejolak dan sensitif terhadap perubahan sentimen global maupun domestik, Laras menyarankan investor untuk menjaga tingkat risiko portofolio.

    "Menerapkan diversifikasi pada portofolio investasi dapat menjadi strategi bagi investor untuk menjaga tingkat risiko," katanya.

    Laras juga menyebutkan bahwa reksa dana obligasi dapat dipertimbangkan oleh investor untuk memanfaatkan karakteristik defensif dari kelas aset obligasi. Kondisi imbal hasil obligasi yang tinggi saat ini bisa menjadi peluang bagi investor untuk "mengunci yield" di level yang menarik dan menikmati potensi capital gain ketika suku bunga mulai turun.

    "Kami mengelola portofolio secara aktif dan fokus pada manajemen durasi serta pemilihan efek yang diharapkan dapat mendukung kinerja portofolio tahun ini. Kami juga terus memantau likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali," pungkas Laras.\

    Rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan meninggalkan zona Rp16.200-an/USD di tengah suasana pasar global yang optimistis menjelang pengumuman data inflasi Amerika Serikat nanti malam. Rupiah tampaknya tidak lagi terpengaruh oleh kabar baru mengenai prospek keberlanjutan kebijakan fiskal di bawah pemerintahan baru Presiden terpilih Prabowo Subianto.

    Pasar spot Asia sampai sore ini menunjukkan penguatan rupiah terbesar setelah won dan dolar Taiwan yang masing-masing menguat 0,36 persen dan 0,25 persen. Sementara rupiah menguat 0,28 persen ke posisi Rp16.195/USD. Ini menjadi level penutupan rupiah terkuat sejak 29 Mei lalu. Kurs JISDOR Bank Indonesia juga ditutup menguat di Rp16.200/USD, terkuat sejak akhir Mei.

    Penguatan rupiah tampaknya didorong oleh sentimen positif pasar global dan domestik. Harga obligasi naik karena aksi beli yang marak di hampir semua tenor. Begitu juga saham yang banyak diburu dengan IHSG ditutup menguat ke 7.300,40.

    Malam nanti atau Kamis pagi waktu AS, Badan Statistik negara itu akan mengumumkan data inflasi Indeks Harga Konsumen bulan Juni yang akan memberi petunjuk lebih tegas tentang peluang penurunan bunga acuan The Fed tahun ini.

    Konsensus pasar memperkirakan inflasi IHK pada Juni di ekonomi terbesar dunia itu naik ke 0,1 persen dari sebelumnya 0,0 persen secara bulanan. Secara tahunan, inflasi AS diprediksi di 3,1 persen, turun dari bulan sebelumnya 3,3 persen.

    Inflasi inti AS bulan lalu diprediksi 0,2 persen month-to-month, tidak berubah dibanding Mei. Secara tahunan, angkanya juga diperkirakan tetap 3,4 persen.

    Data inflasi ini akan melengkapi pembacaan data pasar tenaga kerja yang tak terduga menunjukkan kenaikan tingkat pengangguran menjadi 4,1 persen. Disinflasi yang meyakinkan di tengah pasar tenaga kerja yang tertekan dipercaya akan membawa The Fed selangkah lebih dekat pada keputusan penurunan bunga acuan. Sebuah langkah yang sangat dinanti oleh investor di seluruh dunia yang telah menyaksikan pengetatan paling agresif AS dalam empat dekade terakhir.

    Alasan Investor

    Ada beberapa alasan utama mengapa investor membeli obligasi:

    1. Menghasilkan Pendapatan Pasif:

    • Obligasi memberikan pembayaran bunga (kupon) secara berkala kepada investor.
    • Pembayaran ini dapat menjadi sumber pendapatan pasif yang stabil, terutama bagi investor yang ingin mencapai tujuan keuangan jangka panjang seperti pensiun.

    2. Diversifikasi Portofolio:

    • Obligasi umumnya dianggap sebagai investasi yang lebih aman daripada saham.
    • Dengan menambahkan obligasi ke portofolio, investor dapat mendiversifikasi aset mereka dan mengurangi risiko secara keseluruhan.

    3. Melindungi Nilai Kekayaan:

    • Obligasi sering kali dianggap sebagai “safe haven” atau tempat berlindung yang aman selama masa pergolakan pasar.
    • Ketika nilai saham turun, harga obligasi biasanya naik.
    • Hal ini karena investor beralih ke aset yang lebih aman untuk melindungi kekayaan mereka.
    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.