KABARBURSA.COM - Pasar obligasi Indonesia berpotensi mengalami perubahan signifikan dengan dimulainya siklus pemangkasan suku bunga oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk The Fed dan Bank Indonesia (BI). PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) telah menyampaikan analisis terkait proyeksi pasar obligasi di tengah tren ini, yang dipandang sebagai peluang menarik bagi investor.
Pada bulan September 2024, The Fed memutuskan untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen - 5 persen, diikuti oleh BI yang menurunkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 6,00 persen. Langkah ini diperkirakan akan berlanjut hingga 2025 atau 2026, sebagai bentuk normalisasi kebijakan setelah periode kenaikan suku bunga yang tajam untuk menahan inflasi global.
Historis menunjukkan bahwa siklus pemangkasan suku bunga cenderung berdampak positif terhadap pasar obligasi. MAMI mencatat bahwa selama empat siklus pemangkasan suku bunga BI sebelumnya (2011, 2016, 2019, dan 2020), rata-rata indeks BINDO mencatat kinerja positif sebesar 18 persen.
Penurunan suku bunga biasanya meningkatkan minat investor terhadap obligasi, memungkinkan mereka untuk "mengunci" imbal hasil yang lebih tinggi.
Potensi Pasar Obligasi Indonesia
Indonesia memiliki profil ekonomi yang menarik di antara negara berkembang lainnya, ditunjang oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi rendah, dan tingkat utang negara yang relatif rendah. Stabilitas politik dan imbal hasil obligasi yang tinggi juga menjadikan Indonesia sebagai tujuan menarik bagi investor asing.
MAMI mencatat bahwa peningkatan arus dana asing ke pasar obligasi menunjukkan minat yang tinggi, dengan nilai tukar Rupiah yang cenderung menguat di kisaran Rp15.340 (per 18 September 2024).
Namun, stabilitas nilai tukar Rupiah menjadi kunci. Meskipun ada pola historis di mana pemangkasan suku bunga The Fed biasanya melemahkan USD, potensi resesi di AS dapat meningkatkan permintaan untuk USD sebagai aset safe haven.
Oleh karena itu, dinamika global dan kondisi domestik seperti inflasi dan neraca perdagangan akan menjadi faktor penting yang mempengaruhi nilai tukar Rupiah dan, pada gilirannya, pasar obligasi.
Reksadana Obligasi sebagai Opsi Investasi
Dalam konteks ini, reksadana obligasi menjadi pilihan menarik bagi investor yang ingin menangkap potensi pasar obligasi. Reksadana obligasi memungkinkan investor untuk memiliki eksposur terdiversifikasi terhadap berbagai jenis dan tenor obligasi, serta pengelolaan aktif oleh manajer investasi.
Laras Febriany, Portfolio Manager Fixed Income MAMI, menyatakan bahwa pengelolaan reksadana obligasi di MAMI dilakukan dengan fokus pada manajemen durasi dan pemilihan efek, memperhatikan likuiditas dan volatilitas untuk memastikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali.
Berikut beberapa jenis obligasi yang menarik untuk dikoleksi, tergantung pada tujuan investasi dan profil risiko Anda:
- Obligasi Negara (SUN):
- Obligasi Negara Ritel (ORI): Dikenal sebagai investasi yang aman, dengan imbal hasil tetap dan risiko default yang rendah.
- Sukuk Negara: Dikenakan prinsip syariah, cocok untuk investor yang mencari investasi halal.
- Obligasi Korporasi:
- Obligasi Perusahaan dengan Peringkat Baik: Cari perusahaan dengan rating yang baik (misalnya, dari Pefindo) untuk mengurangi risiko default.
- Obligasi Konversi: Memberikan opsi untuk mengubah obligasi menjadi saham pada harga yang telah ditentukan, menarik jika Anda ingin berinvestasi dalam ekuitas juga.
- Obligasi Daerah:
- Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk proyek pembangunan, bisa memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi negara.
- Obligasi Jangka Pendek:
- Obligasi dengan tenor kurang dari 5 tahun, biasanya memiliki risiko yang lebih rendah dan lebih likuid.
- Reksadana Obligasi:
- Jika Anda ingin diversifikasi tanpa membeli obligasi individu, reksadana obligasi memberikan akses ke portofolio obligasi yang dikelola oleh manajer investasi.
- Obligasi Hijau:
- Diterbitkan untuk mendanai proyek-proyek berkelanjutan dan ramah lingkungan, cocok untuk investor yang peduli dengan tanggung jawab sosial.
Tips Memilih Obligasi
- Peringkat Kredit: Pilih obligasi dengan peringkat kredit yang baik untuk mengurangi risiko default.
- Imbal Hasil: Pertimbangkan imbal hasil yang ditawarkan dan bandingkan dengan inflasi.
- Tenor: Sesuaikan tenor obligasi dengan tujuan investasi Anda; obligasi jangka panjang mungkin memberikan imbal hasil lebih tinggi tetapi juga risiko suku bunga lebih besar.
- Diversifikasi: Jangan hanya mengandalkan satu jenis obligasi. Diversifikasi dapat membantu mengurangi risiko.
Sebelum berinvestasi, pastikan untuk melakukan riset mendalam dan pertimbangkan berkonsultasi dengan penasihat keuangan untuk menyesuaikan pilihan investasi dengan profil risiko dan tujuan keuangan Anda.
Dengan siklus pemangkasan suku bunga yang sedang berlangsung, pasar obligasi Indonesia memiliki potensi untuk memberikan imbal hasil yang menarik. Meskipun ada tantangan dari faktor eksternal dan kondisi domestik, proyeksi pasar obligasi tetap optimis, dan reksadana obligasi dapat menjadi opsi yang menarik bagi investor. Dalam kondisi ekonomi yang dinamis, tetap penting bagi investor untuk melakukan analisis menyeluruh dan mempertimbangkan strategi investasi yang tepat.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.