KABARBURSA.COM - Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, memberi isyarat bahwa pemangkasan suku bunga mungkin jadi opsi yang akan diambil dalam waktu dekat. Namun, sinyal itu belum bisa diterjemahkan sebagai keputusan bulat.
Semua akan bergantung pada arah data ekonomi yang sedang dikumpulkan, terutama kondisi pasar tenaga kerja dan tekanan inflasi yang masih beriak di bawah permukaan.
Berbicara di forum prestisius Simposium Ekonomi tahunan The Fed di Jackson Hole, Wyoming, Powell menyebut situasi ketenagakerjaan saat ini sebagai “keseimbangan yang aneh.” pan potensi ancaman besar terhadap stabilPermintaan dan pasokan tenaga kerja melemah secara bersamaan—sebuah gejala tak lazim yang menyimitas pasar kerja.
“Risiko terhadap ketenagakerjaan bisa muncul sewaktu-waktu, terutama jika tekanan ini berkembang tanpa kontrol,” ujar Powell, dengan nada tegas namun penuh kehati-hatian. Seperti dikutip Reuters.
Sementara itu, ancaman inflasi dari sisi eksternal juga tak bisa dikesampingkan. Kebijakan tarif impor yang kembali digaungkan pemerintah dinilai bisa menciptakan tekanan harga jangka menengah. Meski dalam proyeksi dasarnya The Fed masih menganggap efeknya akan sementara, Powell menegaskan dinamika tarif bisa memperpanjang episode inflasi.
Kebijakan di Titik Kritis
Meski suku bunga acuan telah bertahan di kisaran 4,25% hingga 4,50% sejak Desember lalu, ruang untuk pelonggaran mulai terbuka. Powell menyebut kebijakan moneter saat ini masih berada dalam zona ketat, tetapi bila risiko mulai condong ke sisi pelemahan ekonomi, penyesuaian arah kebijakan menjadi semakin masuk akal.
Namun jalan menuju pemangkasan suku bunga tak bisa diambil dengan langkah terburu-buru. The Fed tengah menanti tiga penentu utama:
Laporan ketenagakerjaan bulan Agustus yang akan dirilis 5 September;
Data inflasi konsumen dan produsen yang akan muncul di minggu berikutnya;
Dan proyeksi kuartalan terbaru dari para pengambil kebijakan, yang akan menjadi penentu jangka menengah arah kebijakan moneter.
Proyeksi terakhir yang dipublikasikan pada bulan Juni masih menyisakan ruang bagi dua kali pemangkasan suku bunga sebelum akhir tahun ini. Tapi seperti biasa, peta bisa berubah jika cuaca makroekonomi bergeser tajam.
Dengan kalimat-kalimat yang sarat makna, Powell menyampaikan satu hal pasti: sinyal sudah dikirim, tetapi keputusan menunggu lampu hijau dari data. Pelonggaran mungkin di depan mata, namun jalannya masih penuh tanjakan dan tikungan tak terduga.
Pasar Saham Bereaksi Positif
Pasar bereaksi spontan. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor dua tahun tergelincir 10 basis poin ke posisi 3,69 persen. Untuk tenor sepuluh tahun, yield-nya turun hampir delapan basis poin ke level 4,26 persen.
Di pasar saham, antusiasme meledak. Dow Jones Industrial Average menembus rekor penutupan terbaru. Indeks S&P 500 melesat 1,47 persendan mendekati titik tertinggi sepanjang sejarah. Sementara itu, Russell 2000—yang sangat peka terhadap kebijakan suku bunga—melesat 3,8 persen, mencerminkan sentimen bullish dari investor kelas menengah.
Saham-saham sektor properti juga ikut mencicipi efek domino. Indeks PHLX Housing melambung 4,6 persen, menandai pemulihan signifikan dari tekanan sebelumnya di tengah suku bunga tinggi.
“Pidato Powell ibarat simfoni yang dinanti pelaku pasar,” kata Angelo Kourkafas, Senior Investment Strategist di Edward Jones, St. Louis. “Sinyal pelonggaran menambah oksigen bagi valuasi saham yang sudah berada di zona premium.” (*)