Logo
>

Prediksi IHSG di Tengah Kinerja dan Sentimen Negatif

Ditulis oleh KabarBursa.com
Prediksi IHSG di Tengah Kinerja dan Sentimen Negatif

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mengalami tekanan. Pada Selasa, 11 Juni 2024, IHSG turun sebesar 0,95 persen dan ditutup di level 6.855. Berdasarkan data dari RTI, IHSG telah mengalami penurunan 3,43 persen dalam satu minggu terakhir dan 3,29 persen dalam satu bulan terakhir. Secara year to date (ytd), IHSG sudah tergerus 5,74 persen. Pada hari yang sama, dana asing yang keluar dari pasar reguler mencapai Rp1,23 triliun.

    Pasar saham Indonesia juga mendapat kabar buruk dengan penurunan peringkat menjadi "underweight" oleh Morgan Stanley.

    Mengutip Bloomberg, penurunan ini disebabkan oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah, yang meningkatkan risiko berinvestasi di pasar saham Indonesia.

    Ketidakpastian terkait kebijakan fiskal selama masa transisi pemerintahan juga menambah volatilitas pasar.

    Program makan siang gratis yang diusulkan oleh presiden terpilih Prabowo Subianto dinilai Morgan Stanley berpotensi membebani kondisi fiskal Indonesia.

    Budi Frensidy, pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia, menyatakan bahwa penurunan rating tersebut memang dikhawatirkan oleh banyak pihak.

    "Saat ini, lebih banyak harga saham yang turun dibandingkan yang naik. Volatilitas meningkat dan nilai transaksi menurun selama empat hari terakhir," ujarnya, Selasa, 11 Juni 2024.

    Budi menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan IHSG hari ini, termasuk aliran dana asing yang keluar, pelemahan rupiah, defisit transaksi berjalan, dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang negatif, serta penerapan mekanisme full call auction (FCA).

    "Dana asing diperkirakan mengalir ke Malaysia, Taiwan, dan bursa regional lainnya, sementara sebagian lainnya kemungkinan berpindah ke surat berharga negara (SBN)," katanya.

    Selain itu, penurunan IHSG juga disebabkan oleh sentimen negatif dari saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang masih berada di papan pemantauan khusus (PPK). Beberapa saham lainnya seperti BBNI, BBRI, ASII, TLKM, BMRI, PTRO, SMGR, dan GOTO juga ikut melemah sejak pekan lalu.

    Budi memperkirakan IHSG bisa turun hingga ke level 6.500 pada akhir Juni 2024, bahkan lebih rendah jika mekanisme FCA tidak dibatalkan atau direvisi.

    "Banyak investor yang malas bertransaksi di pasar saham akibat mekanisme FCA," jelasnya.

    Reza Priyambada, Investment Consultant dari Reliance Sekuritas Indonesia, melihat masih banyaknya sentimen negatif yang membuat pelaku pasar cenderung beralih ke instrumen lain seperti obligasi. "Para investor mungkin masih wait and see dengan kondisi yang ada," katanya.

    Menurut Reza, salah satu kriteria FCA memberikan kesan adanya pembatasan jika terjadi kenaikan harga saham tertentu.

    "Ini mungkin yang membuat pelaku pasar tidak banyak bertransaksi. Mereka khawatir saham tersebut bisa disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan masuk ke FCA," jelasnya.

    Reza juga mencatat bahwa sentimen global seperti ketidakpastian hasil rapat FOMC dan pelemahan nilai tukar rupiah turut mempengaruhi kinerja IHSG.

    "Pergerakan IHSG saat ini berhubungan dengan persepsi dan asumsi pelaku pasar," terangnya.

    Sementara, Daniel Agustinus, Certified Elliott Wave Analyst Master dari Kanaka Hita Solvera, mengamati bahwa aliran dana asing keluar berpengaruh signifikan terhadap melemahnya IHSG. Para investor cenderung beralih ke instrumen safe haven seperti emas dan dolar AS.

    "Asing juga tercatat menjual saham-saham perbankan seperti BBRI, BBCA, BBNI, dan BMRI," tuturnya.

    IHSG Ditutup Melemah

    IHSG melanjutkan pelemahannya pada penutupan perdagangan Selasa 11 Juni 2024, atau ditutup di level 6.855,691 dengan penurunan sebesar 0.951 persen.

    Secara teknikal, indikator MACD bergerak sideways, begitu pula dengan Stochastic RSI, yang mengindikasikan bahwa IHSG berpotensi untuk uji support pada level 6,800.

    Selain itu, pasar kemungkinan masih wait and see terhadap rilis data FOMC yang akan datang, sehingga mempengaruhi sentimen investor dan pelaku pasar.

    Data penjualan ritel domestik bulan April 2024 menunjukkan penurunan signifikan ke level 2.70 persen dari bulan sebelumnya yang berada di 9.30 persen, hal ini mengindikasikan normalisasi daya beli setelah lonjakan konsumsi selama periode Lebaran yang biasanya diikuti dengan lonjakan konsumsi.

    Sementara itu, data penjualan mobil mengalami perbaikan secara terbatas dari 17.50 persen di bulan April menjadi 13.30 persen di bulan Mei 2024.

    Dari global, pasar wait and see terhadap rilis data suku bunga The Fed yang diperkirakan tetap di level 5.50 persen . Selain itu, pidato The Fed diharapkan memberikan gambaran mengenai peluang pemangkasan suku bunga di tahun ini. Di sisi lain, data inflasi Amerika yang akan dirilis di hari yang sama diperkirakan stabil di 3.40 persen. Inflasi yang terkendali dapat memperbesar peluang pemangkasan suku bunga di tahun ini.

    Selain itu, dari kawasan Eropa yakni Inggris dan Jerman akan merilis data penting. Inggris menantikan rilis data GDP untuk April 2024 dengan proyeksi tumbuh 0.70 persen dari level sebelumnya 0.60 persen pada bulan sebelumnya, menunjukkan perbaikan ekonomi yang dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga Bank of England. Sementara itu, Jerman akan merilis data inflasi yang diperkirakan tumbuh ke 2.40 persen dari 2.20 persen.

    Saham LQ45 Jadi Top Pemberat Penutupan IHSG

    Adapun saham yang termasuk dalam LQ45 pada penutupan IHSG juga menjadi pemberat.

    Tercatat saham GOTO masuk top gainers melemah hingga 5,36 persen ke level 53. Disusul saham TLKM yang melorot ke level 2880 atau menurun 4,32 persen. Adapun saham SMGR juga menurun 5,37 persen ke level 3880.

    Tidak hanya itu saham LQ45 lainnya yang masuk top ganiers adalah saham ASII yang menurun 3,55 persen ke level 160 dan saham BMRI menurun 2,39 persen ke level 6125.Disusul BBCA yang menurun 2,36 persen ke level 9.300. Sah UNTR juga menurun 2,13 ke level 21850.

    Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), dari sebelas indeks sektoral tercatat hanya dua indeks yang mengalami penguatan yaitu infrastruktur dan energi. Masing-masing menguat 0,87 persen dan 0,14 persen.

    Sedangkan sektor yang memimpin pelemahan adalah sektor industri yaitu minus 2,45 persen. Kemudian disusul sektor keuangan yaitu minus 1,08 persen.

    Pelemahan pasar sore ini tidak terjadi hanya pada IHSG. Terpantau sebagian bursa Asia juga mengalami kontraksi, seperti Hang Seng melemah 1,04 persen, Shanghai Composite Index melemah 0,76 persen, dan Straits Times Index melemah 0,39 persen. (*)

     

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi