KABARBURSA.COM - Apa yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, membuat banyak analis sedikit pesimis dengan pergerakan bursa.
Tim Phicantro Sekuritas memprediksi IHSG berpotensi melanjutkan pelemahannya hingga menembus level psikologis 7.700 pada awal pekan mendatang, Senin, 23 September 2024. Prediksi ini didukung oleh beberapa faktor teknikal dan sentimen global serta domestik yang diperkirakan akan memberikan tekanan tambahan pada indeks saham utama Indonesia.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 20 September 2024, IHSG mencatatkan pelemahan signifikan dengan turun 2,054 persen dan ditutup pada level 7.743,004. Indeks sempat bergerak di rentang 7.738,321 hingga 7.910,866 sepanjang hari. Pelemahan ini dipicu oleh tekanan jual yang kuat di berbagai sektor dan memicu kekhawatiran pasar bahwa tren negatif ini akan terus berlanjut.
Faktor Teknis: Death Cross & Bearish Engulfing
Dari analisis teknikal, Tim Phicantro Sekuritas menyoroti munculnya pola teknikal yang menunjukkan indikasi bearish atau pelemahan lanjutan.
"Secara teknikal, terdapat death cross pada indikator Stochastic RSI di area overbought, serta terbentuk pola Bearish Engulfing yang mengindikasikan adanya potensi pembalikan arah ke tren bearish," ungkap tim Phicantro dalam keterangan tertulis, Sabtu, 21 September 2024.
Kombinasi dari kedua indikator tersebut semakin memperkuat potensi koreksi lebih dalam pada IHSG pekan depan.
Sentimen Global: PMI AS dan Eropa
Selain faktor teknikal, sentimen global juga diperkirakan akan mempengaruhi pergerakan IHSG. Pada Senin, 23 September 2024, S&P Global Composite PMI Flash untuk September 2024 di Amerika Serikat akan dirilis. Data ini diperkirakan akan turun ke level 53, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, yang terutama disebabkan oleh penurunan sektor jasa yang diperkirakan berada di level 54, meskipun sektor manufaktur diperkirakan akan sedikit tumbuh di level 48.
Di Eropa, data Euro Area HCOB Composite PMI Flash September 2024 juga akan dirilis pada hari yang sama. Diperkirakan, PMI ini akan stagnan di level 51. Berbeda dengan AS, sektor jasa di Eropa diperkirakan akan sedikit meningkat ke level 53, namun sektor manufaktur masih berada dalam zona kontraksi di level 45,6.
Ketidakpastian di sektor jasa dan manufaktur dari dua ekonomi terbesar dunia tersebut menjadi faktor yang turut menekan pasar saham global, termasuk IHSG.
Sentimen Domestik: Pertumbuhan Uang Beredar (M2)
Dari sisi domestik, pelaku pasar akan mencermati rilis data pertumbuhan jumlah uang beredar (M2) untuk bulan Agustus 2024, yang dijadwalkan pada Senin (23/9/2024). Pada bulan Juli 2024, M2 Indonesia tercatat tumbuh sebesar 7,4 persen secara tahunan (YoY), yang didorong oleh peningkatan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat.
Harapan pasar adalah pertumbuhan M2 pada bulan Agustus tetap stabil, seiring dengan pertumbuhan kredit yang terus terjaga dengan kenaikan dua digit sebesar 11,4 persen YoY pada bulan tersebut. Jika data ini menunjukkan perlambatan, hal ini bisa menambah tekanan pada IHSG, mengingat ketidakpastian pertumbuhan ekonomi domestik.
Saham Rekomendasi
Meskipun tekanan pelemahan berpotensi berlanjut, Tim Phicantro Sekuritas tetap merekomendasikan beberapa saham yang dapat diperhatikan oleh investor untuk pekan depan. Saham-saham tersebut meliputi:
- MBMA (PT Merdeka Battery Materials Tbk.)
- PGAS (PT Perusahaan Gas Negara Tbk.)
- JSMR (PT Jasa Marga Tbk.)
- AKRA (PT AKR Corporindo Tbk.)
- MEDC (PT Medco Energi Internasional Tbk.)
- PTBA (PT Bukit Asam Tbk.)
Saham-saham ini dinilai memiliki potensi rebound meskipun IHSG sedang berada dalam tren pelemahan, terutama dengan latar belakang fundamental perusahaan yang kuat serta prospek positif dalam jangka panjang.
Tersulut Kisruh BREN
Perkiraan IHSG dalam sepekan ke depan dipengaruhi pula dengan kisruh yang terjadi pada PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang baru saja didepak oleh Indeks FTSE terkait 'penguasaan' segelintir investor. BREN dikeluarkan dari indeks FTSE Russell, menyusul temuan bahwa empat pemegang saham utama mengendalikan 97 persen dari total saham yang diterbitkan. Penghapusan ini akan berlaku efektif mulai Rabu, 25 September 2024.
Keluar dari indeks FTSE dapat berdampak signifikan terhadap BREN. Banyak investor institusi menggunakan indeks ini sebagai patokan untuk investasi mereka, dan keluarnya BREN dapat mengurangi daya tarik saham ini. Selain itu, penghapusan dari indeks juga berpotensi mempengaruhi likuiditas dan harga saham BREN di pasar.
IHSG pekan depan diperkirakan masih akan mengalami tekanan dengan potensi pelemahan menuju level psikologis 7.700. Pola teknikal yang menunjukkan tren bearish serta sentimen global yang negatif, terutama dari rilis data PMI AS dan Eropa, akan menjadi faktor kunci yang mempengaruhi pergerakan pasar.
Sementara itu, dari sisi domestik, data pertumbuhan jumlah uang beredar akan menjadi fokus pelaku pasar untuk memantau kestabilan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global.
Meskipun demikian, beberapa saham seperti MBMA, PGAS, dan JSMR tetap layak dipertimbangkan untuk posisi defensif, mengingat potensi rebound dan fundamental yang solid.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.