Logo
>

Prediksi Kuat di Q2 2025, Harga Saham EXCL Target Segini

EXCL untuk saat ini belum menjadi saham yang ideal untuk investasi jangka panjang dalam waktu dekat.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Prediksi Kuat di Q2 2025, Harga Saham EXCL Target Segini
Ilustrasi PT XL Axiata Tbk atau EXCL. Foto: Dok EXCL

KABARBURSA.COM - Saham PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL) diprediksi memiliki prospek yang menarik pada kuartal II 2025 meski di tengah kekhawatiran pasca merger. 

Pengamat pasar modal Muhammad Thoriq, mengaku sempat ada kekhawatiran pasar terhadap merger yang dilakukan antara PT XL Axiata Tbk, PT Smartfren Telecom Tbk, dan PT Smart Telecom yang kini menjadi XLSmart.

Kendati begitu, ia  cukup optimis dengan pendekatan strategis yang dibawa manajemen dalam mengelola transisi guna mencatat kinerja positif. 

"Jika efisiensi bisa dijalankan dengan baik saham EXCL bisa punya prospek yang menarik dalam jangka menengah hingga panjang," ujar dia kepada KabarBursa.com, Sabtu, 17 Mei 2025.

Untuk kuartal II 2025 sendiri, Thoriq  memperkirakan harga saham EXCL akan cenderung bertahan di kisaran 2.250, dengan kecenderungan bergerak sideways hingga ada kejelasan lebih lanjut dari kinerja pasca merger. 

Akan tetapi, Thoriq mengaku jika EXCL untuk saat ini belum menjadi saham yang ideal untuk investasi jangka panjang dalam waktu dekat. Dia bilang, risiko dari proses integrasi dan ketidakpastian kontribusi dari Smartfren masih cukup tinggi. 

"Maka, untuk saat ini saya lebih menyarankan posisi trading jangka pendek, sambil memantau progres kuartalan ke depan," jelasnya. 

Adapun Thoriq merekomendasikan EXCL sebagai berikut:

  • Buy: 2.150 – 2.170 
  • Take Profit: 2.230, Stop Loss: 2.090.

Sebelumnya, XLSmart diperkirakan bakal menemukan tekanan pada kuartal II 2025 karena perusahaan dinilai masih melakukan penyesuaian usai merger. 

Thoriq menyebut, kuartal II 2025 akan menjadi titik evaluasi penting bagi kinerja XLSmart. Apalagi, laba bersih perusahaan pada kuartal I 2025 mengalami penurunan. 

Diketahui, XLSmart meraup laba bersih sebesar Rp385 miliar pada kuartal I 2025, turun 29 persen secara tahunan (year on year/yoy). Pun secara kuartalan  (quarter on quarter/qoq), laba perusahaan menyusut 23 persen. 

"Ini menunjukkan bahwa proses integrasi awal membawa tekanan pada margin dan menambah beban operasional," ujar Thoriq. 

Thoriq menyebut dampak merger antara PT XL Axiata Tbk, PT Smartfren Telecom Tbk, dan PT Smart Telecom yang kini menjadi XLSmart, belum terlihat pada kuartal I 2025.

Maka dari itu, lanjut dia, laporan kuartal II akan menjadi dasar awal yang penting untuk menilai apakah sinergi bisnis dan efisiensi mulai terealisasi atau justru menimbulkan beban baru.

"Secara pribadi, saya melihat bahwa di kuartal II ini kinerja EXCL masih cenderung menghadapi tekanan," jelasnya. 

Thoriq menilai proses penyesuaian merger memang tidak instant. Menurut pandangannya, ini menjadi tantangan utama yang harus dihadapi manajemen untuk jangka pendek.

Kendati begitu, ia melihat XLSmart tetap bisa memperkuat posisinya di tengah industri telekomunikasi yang semakin kompetitif. Thoriq bilang, langkah merger XL Axiata dan Smartfren ini bisa menjadi game changer.

"Dengan jaringan yang lebih luas, tarif yang lebih kompetitif, dan infrastruktur yang lebih merata, XLSmart berpeluang untuk memperkuat posisinya meski tentu tetap harus agresif dalam inovasi dan efisiensi agar tidak tertinggal," pungkasnya. 

Laba XL Smart di Bawah Ekspektasi Analis

Sebelumnya diberitakan, catatan laba XLSmart jauh di bawah ekspektasi analis karena hanya memenuhi 17 persen dari estimasi konsensus untuk tahun penuh 2025. Angka tersebut merupakan kinerja XL Axiata sebelum merger dengan Smartfren Telecom yang resmi rampung pada 16 April 2025.

Di sisi operasional, EXCL membukukan jumlah pelanggan mobile sebanyak 58,9 juta, tumbuh 2,3 persen yoy dan 0,2 persen qoq. Namun demikian, average revenue per user (ARPU) terus mengalami tekanan dan turun ke level Rp40.000, melemah 9 persen yoy dan 2 persen qoq. 

Dalam paparan publik pada Selasa, 6 Mei 2025, manajemen mengungkapkan bahwa tanpa mempertimbangkan kontribusi pendapatan dari First Media yang baru dikonsolidasikan sejak akhir 2024, pendapatan inti EXCL justru tercatat turun 5 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Manajemen menjelaskan bahwa pelemahan daya beli masyarakat dan strategi harga agresif dari kompetitor menjadi penyebab utama turunnya ARPU. Meski demikian, EXCL melihat indikasi bahwa tekanan kompetitif mulai mereda dan diproyeksikan memberi dampak positif pada paruh kedua 2025. 

Hal ini juga diamini oleh operator lain seperti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indosat Tbk (ISAT) dalam sesi earnings call masing-masing.

EXCL masih dalam tahap integrasi operasional pasca-merger dan belum memberikan panduan resmi untuk 2025. Namun, perusahaan menargetkan sinergi efisiensi biaya senilai USD100 juta selama tahun ini. 

Manajemen mengantisipasi adanya peningkatan beban dan belanja modal pada awal proses integrasi, yang diyakini akan turun dalam jangka panjang seiring tercapainya efisiensi.

Dengan ARPU EXCL telah menyentuh level psikologis Rp40.000, dan ARPU TLKM terus turun hingga Rp42.400 pada kuartal I 2025, pelaku industri memperkirakan bahwa persaingan tarif yang berkepanjangan akan segera mereda. 

Hal ini menjadi sinyal penting bahwa industri telekomunikasi mulai memasuki fase konsolidasi yang dapat memperbaiki profitabilitas. 

Laporan keuangan EXCL pada kuartal II 2025 akan menjadi basis baru (new base) dalam mengevaluasi performa entitas gabungan hasil merger ke depan.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.