KABARBURSA.COM - PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX), emiten penyedia jasa pemboran lepas pantai, kembali menguatkan struktur permodalannya melalui Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement. Aksi korporasi ini akan dilaksanakan pada 16 Juli 2024 dengan target perolehan dana mencapai Rp1,13 triliun.
Menurut Frieda Salvantina, Corporate Secretary APEX, private placement ini akan melibatkan penerbitan 612.838.095 lembar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp1.846,63 per saham. Dana yang dihimpun akan digunakan untuk konversi Obligasi Wajib Konversi (OWK) Tranche 1 senilai USD115 juta atau setara Rp1.637.255.000.000.
"Jumlah OWK Tranche 1 yang akan dikonversi tersebut setara dengan 886.616.666 lembar saham," jelas Frieda.
Lebih lanjut, dia memaparkan bahwa jadwal pelaksanaan private placement telah ditetapkan, yaitu pada 16 Juli 2024 untuk tanggal pelaksanaan dan 17 Juli 2024 untuk tanggal pencatatan. Sementara itu, pemberitahuan Hasil Pelaksanaannya dijadwalkan pada 18 Juli 2024.
Pasca-private placement ini, jumlah modal saham ditempatkan dan disetor APEX akan meningkat dari 2.933.628.566 lembar saham menjadi 3.546.466.661 lembar saham.
Langkah strategis ini diharapkan dapat memperkuat struktur permodalan APEX dan meningkatkan daya saingnya di tengah prospek industri migas yang terus bertumbuh.
Prospek APEX ke Depan
PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) melangkah strategis untuk memperkuat posisinya di tengah kondisi keuangan yang menantang. Penerbitan Obligasi Wajib Konversi (OWK) menjadi kunci utama dalam strategi ini.
Frieda, Corporate Secretary APEX, menjelaskan bahwa OWK ini merupakan bagian dari Perjanjian Perdamaian yang disepakati dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang dijalani perusahaan pada tahun 2019. Langkah strategis ini telah mendapat persetujuan pemegang saham melalui RUPSLB APEX pada Februari 2020.
"Penerbitan OWK ini diharapkan dapat memperbaiki struktur modal perusahaan dan meningkatkan rasio utang menjadi lebih sehat," ujar Frieda. Hal ini sejalan dengan komitmen APEX untuk mencapai arus kas yang lebih kuat dan beban keuangan yang lebih ringan di masa depan.
Upaya strategis ini sejalan dengan performa positif APEX di awal tahun 2024. Perseroan membukukan pendapatan USD23,78 juta dalam tiga bulan pertama tahun ini, melonjak 52,72 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Mayoritas pendapatan berasal dari segmen jasa pemboran, yang berkontribusi 92,68 persen terhadap total pendapatan kuartal I 2024.
Kinerja positif ini turut mendorong kenaikan laba bersih APEX, yang mencapai USD1,70 juta pada kuartal I 2024, meningkat 65,04 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Frieda menjelaskan bahwa peningkatan utilisasi rig menjadi faktor utama pendorong kinerja APEX di kuartal I 2024.
"Kami optimistis dapat menjaga pertumbuhan kinerja hingga akhir tahun ini dan memastikan kelancaran dan keamanan seluruh kontrak yang berjalan," tutur Frieda.
Lebih lanjut, APEX terus mencari peluang untuk memaksimalkan utilisasi rig yang belum beroperasi. Perseroan mengikuti tender di berbagai segmen, baik minyak dan gas (migas) maupun panas bumi, yang sesuai dengan spesifikasi teknis rig dan memberikan nilai ekonomis bagi APEX.
Di sisi lain, APEX menerapkan strategi pengendalian biaya dengan tetap menjaga standar operasional dan keselamatan kerja. Perseroan juga berupaya memaksimalkan tingkat utilisasi armada, khususnya rig idle.
Frieda tidak merinci total anggaran belanja modal (capex) APEX untuk tahun 2024 dan realisasi dalam tahun berjalan ini. Namun, APEX mengalokasikan capex untuk perawatan rutin rig lepas pantai sesuai ketentuan yang berlaku, serta reaktivasi rig, khususnya rig darat, jika mendapat proyek yang sesuai.
Langkah-langkah strategis yang ditempuh APEX menunjukkan komitmen perusahaan untuk memperkuat struktur modal dan meningkatkan kinerja keuangannya. Penerbitan OWK dan berbagai upaya optimalisasi diharapkan dapat membawa APEX ke posisi yang lebih stabil dan berkelanjutan di masa depan.
Penambahan Saham Perlu Dicermati
Penambahan saham ini perlu dicermati oleh para pemegang saham APEX karena dapat menyebabkan dilusi kepemilikan.
Menurut Analis Stocknow.id Muhammad Thoriq Fadilla, dilusi kepemilikan ini merupakan konsekuensi logis dari konversi OWK. Namun, di sisi lain, Thoriq memprediksikan bahwa aksi korporasi ini dapat membawa dampak positif bagi APEX dalam jangka panjang.
"Dengan konversi OWK ini, APEX akan memiliki struktur modal yang lebih optimal dan memperkuat neraca perusahaan. Hal ini akan membuat APEX memiliki posisi fundamental perusahaan dan keuangan yang lebih baik, sehingga bisa fokus pada investasi proyek baru dan peningkatan kapasitas operasional," jelas Thoriq.
Lebih lanjut, Thoriq optimis bahwa APEX berpeluang untuk menjaga capaian positif pada kuartal I 2024. Hal ini sejalan dengan prospek permintaan migas global yang terus meningkat.
"Harga migas mengalami penguatan, dan memberikan peluang bagi perusahaan jasa pemboran seperti APEX. Selain itu dari sisi domestik, Pemerintah dan perusahaan migas besar terus berinvestasi dalam eksplorasi dan produksi, yang berarti adanya permintaan berkelanjutan untuk jasa pengeboran," terang Thoriq. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.