Logo
>

Produsen Mamin Butuh Impor Garam 500.000 ton

Ditulis oleh KabarBursa.com
Produsen Mamin Butuh Impor Garam 500.000 ton

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM-Dekatnya bulan puasa, dunia usaha makanan-minuman membutuhkan impor garam sebanyak 500.000 ton.

    Menurut Ketua Umum Gapmmi, Adhi S. Lukman, stok garam untuk industri makanan dan minuman (mamin) menjelang Ramadan masih terhambat. Gapmmi mengungkapkan bahwa industri mamin memerlukan sekitar 600.000 ton garam impor.

    "Kebutuhan garam industri sekitar 500.000 ton dari impor, sisanya dari dalam negeri, untuk kebutuhan industri mamin sekitar 400.000 ton," ujar Adhi dikutip Jumat 23 Februari 2024.

    Dia menekankan bahwa impor garam untuk industri mamin masih diperlukan karena produksi lokal belum mencukupi. Produksi dalam negeri saat ini hanya mencapai 450 ribu ton.

    Gapmmi sedang mengadakan pembicaraan dengan Kementerian Perdagangan untuk menyetujui impor garam agar bisa segera terealisasi. Pasalnya, permintaan garam jelang Ramadan diprediksi akan meningkat.

    Adhi menjelaskan bahwa persetujuan impor (PI) sedang dalam proses dan sebagian izinnya sudah diterbitkan.

    "Tahapannya sedang berjalan, sebagian sudah keluar," tambahnya.

    Selain itu, dia menyoroti pertumbuhan industri mamin pada tahun 2023 yang mencapai 4,6 persen, di bawah target 5 persen.

    "Penurunan ini disebabkan oleh lonjakan harga bahan baku dan penundaan pesanan akibat ketidakpastian global," tandasnya.

    Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berusaha meningkatkan produksi dan konsumsi garam lokal karena produksi saat ini belum mencukupi kebutuhan industri.

    Ignatius Warsito, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (Dirjen IKFT) Kemenperin, menyatakan bahwa produksi garam lokal belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan industri.

    Oleh karena itu, negara perlu mengimpor garam untuk memastikan ketersediaannya.

    "Pada 2023, kebutuhan garam nasional mencapai sekitar 4,9 juta ton, dengan sebagian besar digunakan di sektor industri manufaktur sebanyak 90,9 persen," ungkap Ignatius.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi