KABARBURSA.COM - Program Kartu Prakerja tidak hanya bermanfaat bagi peningkatan keterampilan tenaga kerja di Indonesia, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Direktur Eksekutif Project Manager Officer (PMO) Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari mengungkapkan selama periode 2020-2023, program ini menghasilkan penerimaan senilai Rp263 miliar atau 35 persen dari total belanja operasional.
"Selain efisien dalam belanja, Prakerja masih memberikan penerimaan negara bukan pajak. Totalnya selama 4 tahun senilai Rp263 miliar atau 35 persen dari belanja operasional selama 2020-2023," ungkap Denni Puspa dalam acara Rilis Laporan Pelaksanaan Program Kartu Prakerja Tahun 2023 di Jakarta, Rabu, 15 Mei 2024.
Denni menyatakan secara presentase dalam struktur anggaran pada periode 2020-2023 hanya 0,92 persen dari total anggaran dialokasikan untuk biaya operisional. Sementara, sisa anggaran program Kartu Prakerja sebesar 99,08 persen untuk dana program. Adapun jumlah presentasi tersebut sudah termasuk anggaran program prakerja pada tahun 2023 sebesar Rp4,3 triliun.
Dari biaya operasional tersebut, 48 persen dialokasikan untuk belanja IT dan staf IT. Lalu, ada biaya teknologi sebesar 39,58 persen, remunerasi pegawai teknologi 8,71 persen, remunerasi nonteknologi 18,67 persen, honor pemantau 1,97 persen, honor asesor 2,89 persen, sewa sarana dan prasarana 7,98 persen.
Kemudian, perjalanan dinas dalam negeri 6,39 persen, perjalanan dinas luar negeri 1,28 persen, marketing komunikasi (termasuk billboard, TV, koran, radio, KOL, digital ads) 6,66 persen, event seperti temu alumni, kuliah umum, FGD, rapat, dan diskusi publik 4,3 persen, honor tim, pokja, PPK, PPSPM, bendahara 1,09 persen, dan ATK serta cetak 0,48 persen.
Adapun belanja teknologi yang terbesar digunakan untuk contact center sebesar 41,46 persen, OTP 32,62 persen, cloud termasuk liveness 25,19 persen, serta internet dan VPN 0,53 persen.
"Contact center penting karena kami menyediakan hotline gratis dari pukul 8 pagi hingga 8 malam. Kami juga memiliki WhatsApp, live chat, dan form keluhan untuk membantu peserta Prakerja yang memiliki latar belakang dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda," jelas Denni.
Alasan lain pentingnya contact center adalah skala Prakerja yang besar, yang membutuhkan teknologi untuk membantu masyarakat. "Kami membangun sistem dan proses sendiri oleh tim internal, tidak menggunakan vendor. Ini memungkinkan respon cepat dan perbaikan yang tepat," tambahnya.
Denni juga menekankan bahwa inovasi program Prakerja telah diakui secara internasional. Dia mengatakan program ini telah mendapatkan penghargaan Wenhui Award dari UNESCO tahun 2022-2023 sebagai inovasi pendidikan yang terpuji se-Asia Pasifik
"Ini penghargaan pertama bagi Indonesia sejak kompetisi tersebut diadakan pada tahun 2020," katanya.
Dia melanjutkan, inovasi program Kartu Prakerja juga telah diadaptasi oleh Kamboja dan diluncurkan oleh Perdana Menteri mereka pada bulan November tahun lalu. Selain itu, pemerintah Thailand juga mempelajari program ini untuk diterapkan di negara mereka.
"Prakerja telah diadaptasi oleh rekan kita dari Kamboja sudah dirilis oleh prime minister pada bulan November tahun lalu dan juga dipelajari oleh pemerintah Thailand," kata dia.
Sementara, di Indonesia, dia mengatakan program Prakerja telah diikuti oleh peserta dari seluruh kabupaten dan kota di Indonesia. Namun, yang belum banyak diketahui adalah bahwa tim PMO Prakerja telah mengunjungi berbagai daerah di tanah air untuk melakukan sosialisasi dan pendampingan langsung. Dia mengatakan, hal tersebut pihaknya lakukan mendapatkan gambaran yang lengkap tentang Indonesia.
"Kami memang ada di awan, menggunakan cloud, tapi kami juga hadir di berbagai titik di Indonesia seperti yang tampak dalam presentasi dari Sabang, Nias, Mentawai, Pariaman, hingga Biak, Soviory, Merauke, dan Sorong di utara, serta Melauke di selatan dan Rote," jelas Denni.