Logo
>

Prospek Emiten Batu Bara dan Peluang Dividen Besar AADI

Ditulis oleh Yunila Wati
Prospek Emiten Batu Bara dan Peluang Dividen Besar AADI
PT Adaro Andalan Indonesia (AADI) saat mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). Foto: PDV Digital

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Sejumlah perusahaan batu bara kakap di Bursa Efek Indonesia (BEI) diprediksi akan terus membagikan dividen besar hingga tahun 2026. PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT United Tractors Tbk (UNTR) masih yakin memiliki fundamental bisnis yang kokoh, ditopang oleh arus kas bebas (free cash flow/FCF) yang kuat serta kebijakan belanja modal (capex) yang lebih efisien.        

    Optimisme terhadap saham sektor batu bara semakin menguat setelah perubahan dinamika global, terutama keputusan sejumlah bank dan perusahaan pengelola aset besar untuk menarik diri dari komitmen Net Zero Banking Alliance. Langkah ini menyusul keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengeluarkan kembali AS dari Perjanjian Paris. Hal tersebut membuka peluang bagi manajer investasi global seperti BlackRock dan Vanguard untuk kembali mempertimbangkan investasi di sektor batu bara.        

    BNI Sekuritas mencatat, dengan berkurangnya tekanan dari pasar berbasis lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), potensi aliran dana investasi ke saham batu bara Indonesia diperkirakan mencapai USD1,7 miliar. Hal ini dihitung berdasarkan pembobotan indeks MSCI dan kemungkinan rebalancing yang akan terjadi.        

    Saham-saham batu bara juga berpeluang mengalami re-rating, mengingat valuasi sektor ini sekarang sudah berada di titik terendah. Berdasarkan data per 20 Februari 2025, rasio forward EV/EBITDA berada di angka 3 kali, jauh di bawah rata-rata historis periode 2016-2020 sebesar 4,2 kali, serta lebih rendah dibandingkan periode 2008-2015 yang mencapai 6,4 kali.        

    Meskipun harga batu bara global yang diproyeksikan mengalami normalisasi ke level USD129 per ton, hal ini tidak menghambat kinerja emiten. Return on Equity (ROE) perusahaan batu bara yang dijelaskan BNI Sekuritas diperkirakan mencapai 25 persen dalam periode 2021-2026.

    Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata ROE pada tahun 2008-2015 yang sebesar 22 persen dan periode 2016-2020 yang hanya mencapai 16 persen. Peningkatan ini didorong oleh margin laba bersih yang lebih besar, serta penurunan rasio utang dari 1,9 kali pada 2008-2015 menjadi 1,7 kali pada tahun-tahun mendatang.        

    Di sisi lain, arus kas bebas diperkirakan tumbuh sebesar 7 persen sepanjang 2023-2026 menjadi USD2,7 miliar, sementara belanja modal (capex) justru diprediksi turun sebesar 14 persen. Efisiensi ini membuka ruang lebih besar bagi perusahaan untuk membagikan dividen besar kepada pemegang saham.

    Proyeksi Dividen AADI

    Untuk tahun 2025, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa AADI akan membagikan dividen interim sebesar Rp343 per saham dan dividen final Rp525 per saham, sehingga total dividen yang diberikan mencapai Rp868 per saham dengan dividend yield sebesar 11,3 persen. PTBA diprediksi membayar dividen final Rp293 per saham dengan rasio pembayaran dividen mencapai 70 persen dan yield sebesar 11 persen. ITMG juga diperkirakan akan mengucurkan dividen final Rp293 per saham dengan rasio pembayaran 60 persen dan yield mencapai 12,5 persen.

    Dengan prospek bisnis yang masih kuat, efisiensi capex, serta meningkatnya aliran dana investasi ke sektor batu bara, para investor berpeluang menikmati keuntungan dari dividen besar yang diberikan emiten. Sektor ini diperkirakan tetap menarik bagi para pelaku pasar, terutama dengan adanya potensi re-rating yang akan semakin mendukung kenaikan harga saham di masa mendatang.

    Peluang di 2025

    Harga saham AADI berpotensi mengalami lonjakan signifikan dalam waktu dekat. Hal ini didorong oleh dua faktor utama yang menarik perhatian investor. 

    Pertama, adanya peluang bagi AADI untuk masuk dalam indeks MSCI Indonesia tahun ini, yang dapat meningkatkan minat investor institusi terhadap saham perusahaan. Kedua, sentimen positif muncul dari rencana pemerintah untuk memangkas tarif royalti batu bara, yang dapat memberikan keuntungan bagi AADI sebagai pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

    Analis Sinarmas Sekuritas Kenny Shan, mengungkapkan bahwa saham AADI memiliki peluang besar untuk dipertimbangkan dalam perhitungan MSCI Index berkat kapitalisasi pasarnya yang cukup besar, mencapai Rp59,78 triliun. Selain itu, free float yang signifikan juga menjadi salah satu faktor yang mendukung masuknya saham ini dalam indeks tersebut. Jika hal ini terwujud, minat investor global terhadap AADI dapat meningkat, yang berpotensi mengerek harga sahamnya sepanjang tahun ini.

    Di sisi lain, dari segi fundamental, AADI menghadapi tantangan terkait penurunan rata-rata harga jual batu bara yang diperkirakan turun sekitar 5 persen pada tahun ini. Akibatnya, laba bersih perseroan diproyeksikan mengalami penurunan menjadi Rp722 miliar pada 2025. 

    Meski demikian, volume penjualan diperkirakan tetap stabil di kisaran 65-66 juta ton, yang menunjukkan daya tahan bisnis AADI di tengah fluktuasi harga komoditas.

    Salah satu katalis utama yang dapat menopang kinerja keuangan AADI adalah kebijakan pemerintah terkait penurunan tarif royalti batu bara. Jika kebijakan ini terealisasi dengan pemangkasan tarif ke level 12 persen dari sebelumnya 23 persen terhadap total pendapatan, maka AADI sebagai pemegang IUPK akan memperoleh manfaat yang signifikan. Beban biaya yang lebih rendah dapat membantu perusahaan mempertahankan profitabilitasnya di tengah kondisi pasar yang menantang.

    Dalam proyeksi terbaru, Sinarmas Sekuritas memperkirakan pendapatan AADI pada tahun ini mencapai USD5,26 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan estimasi tahun 2024 yang mencapai USD5,61 miliar. Laba bersih perusahaan juga diperkirakan turun menjadi USD722 juta dari proyeksi sebelumnya sebesar USD1,09 miliar. 

    Namun, dengan mempertimbangkan potensi keuntungan dari masuknya AADI ke dalam indeks MSCI serta kebijakan royalti yang lebih ringan, saham perusahaan ini tetap menarik untuk dikoleksi.

    Rekomendasi Saham AADI

    Sinarmas Sekuritas merekomendasikan investor untuk membeli saham AADI dengan target harga Rp15.000 per lembar. Target ini mengimplikasikan perkiraan price-to-earnings ratio (PER) untuk tahun 2025 di kisaran 10 kali, yang masih cukup kompetitif di sektor batu bara. Selain itu, perusahaan dipandang mampu menjaga keuntungan dan memberikan dividen yang menarik bagi pemegang sahamnya.

    Saat ini, saham AADI ditutup pada level Rp 7.325 di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan Selasa, 25 Februari 2025. Dengan target harga yang ditetapkan, terdapat potensi kenaikan hingga 95 persen dalam 12 bulan ke depan, menjadikannya salah satu saham yang patut diperhitungkan di sektor energi tahun ini.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79