Logo
>

Prospek IHSG di Tengah Konflik Israel - Iran

Konflik antara Israel dan Iran dinilai bisa menjadi batu sandungan untuk pasar global, tak terkecuali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Prospek IHSG di Tengah Konflik Israel - Iran
Hall Bursa Efek Indonesia. Foto: KabarBursa.com/Abbas

Poin Penting :

KABARBURSA.COM - Konflik antara Israel dan Iran dinilai bisa menjadi batu sandungan untuk pasar global, tak terkecuali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

Founder Stocknow.id, Hendra Wardana mengatakan serangan Israel ke berbagai fasilitas strategis Iran seperti pangkalan militer, gudang persenjataan, hingga lokasi pengayaan nuklir telah mendorong naiknya harga minyak dunia secara signifikan.

"Data per akhir pekan menunjukkan harga minyak global melonjak sebesar 12,7 persen ke level USD77,57 per barel," ujar dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com, Senin, 16 Juni 2025.

Hendra menilai lonjakan harga itu menimbulkan kekhawatiran baru akan terganggunya pasokan energi global, mengingat Iran merupakan produsen minyak mentah terbesar ke-9 di dunia dengan output hampir 4 juta barel per hari.

Dampaknya perang  terhadap pasar  domestik pun sudah terlihat ketika IHSG ditutup melemah sebesar 38,30 poin atau 0,53 persen ke level 7.166,06 pada perdagangan Jumat, 13 Juni 2025.

Dari sisi teknikal, Hendra menjelaskan jika IHSG kini berada di bawah moving average 5 hari (MA5) dan memperlihatkan sinyal negatif melalui pola stochastic death cross. 

"Menandakan potensi berlanjutnya pelemahan jangka pendek menuju MA20 di area 7.081 hingga level psikologis kuat di 7.000. Apabila tekanan meningkat, area dinamis MA50 di 6.909 menjadi support kritis yang perlu dicermati investor," katanya 

Secara keseluruhan, Hendra melihat IHSG masih berpotensi bergerak dalam fase konsolidatif hingga adanya kejelasan dari sisi geopolitik dan arah kebijakan suku bunga global. 

Menurutnya, katalis utama yang perlu dicermati investor pekan ini antara lain keputusan The Fed dan Bank Indonesia terkait suku bunga, perkembangan eskalasi konflik Timur Tengah, serta data ekonomi China dan AS. 

Jika ketegangan di Timur Tengah berlanjut dan harga komoditas tetap tinggi, Hendra menyatakan sektor energi dan logam akan tetap menjadi pemimpin pergerakan indeks.

"Maka dari itu, strategi investasi yang adaptif, berbasis sektor, dan disiplin manajemen risiko akan menjadi kunci utama dalam menghadapi ketidakpastian pasar saat ini," ungkapnya. 

Melihat peta risiko global dan respons pasar saat ini, Hendra menyarankan agar investor tetap berhati-hati, namun tidak sepenuhnya menghindari pasar. Justru dalam kondisi seperti ini, kata dia, sektor-sektor berbasis sumber daya alam (SDA) dan komoditas menjadi titik tumpu yang kuat. 

"Saham-saham seperti ANTM (target jangka pendek: Rp3.500), MEDC (Rp1.500), ELSA (Rp545), dan MBMA (Rp535) menarik untuk dicermati baik dari sisi teknikal maupun momentum fundamentalnya," jelasnya. 

Ia menilai saham-saham tersebut memiliki sensitivitas tinggi terhadap pergerakan harga komoditas dan saat ini berada dalam tren yang tengah menanjak. 

Sementara itu, investor juga disarankan menghindari sektor-sektor yang sensitif terhadap kenaikan harga minyak dan inflasi, seperti transportasi dan manufaktur berbasis konsumsi energi tinggi. 

"Untuk tujuan diversifikasi dan lindung nilai, saham-saham defensif seperti TLKM, ICBP, atau UNVR tetap bisa menjadi bagian dari portofolio jangka menengah, terutama jika pasar memasuki fase konsolidasi lebih dalam," pungkasnya. 

IHSG Dibuka Menguat Tipis

Sebelumnya diberitakan, IHSG dibuka menguat tipis pada perdagangan hari ini, Senin, 16 Juni 2025 usai naik 10,75 poin atau 0,15 persen ke posisi 7.176,82. Indeks sempat menyentuh level tertinggi di 7.184,74 dan terendah di 7.158,80 pada sesi pembukaan. 

Total nilai transaksi di seluruh pasar mencapai Rp526,13 miliar, dengan volume sebanyak 6,45 juta lot dan frekuensi perdagangan 55.390 kali. 

Di pasar reguler, investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net foreign buy) sebesar Rp310 miliar. Nilai total pembelian investor asing mencapai Rp4,4 triliun, lebih tinggi dibandingkan penjualan asing sebesar Rp4,09 triliun.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.