Logo
>

Proyeksi Bisnis BULL Pasca-transformasi, Menarik?

Transformasi PT Buana Lintas Lautan Tbk ke LNG, FSRU, dan FPSO diuji melalui proyeksi berbasis aset dan dikaitkan dengan kinerja keuangan hingga Kuartal III 2025,

Ditulis oleh Syahrianto
Proyeksi Bisnis BULL Pasca-transformasi, Menarik?
PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) mengumumkan transformasi strategis dengan ekspansi ke segmen-segmen strategis. (Foto: Dok. Buana Lintas Lautan)

KABARBURSA.COM – PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) mengumumkan transformasi strategis dengan ekspansi ke segmen transportasi liquefied natural gas (LNG), floating storage and regasification unit (FSRU), serta floating production, storage and offloading (FPSO).

Perubahan arah bisnis tersebut membuka ruang pembacaan baru terhadap potensi kinerja perseroan ke depan, khususnya jika dikaitkan dengan struktur aset dan model pendapatan pasca-transformasi.

Berdasarkan sejumlah data, Kabarbursa.com, melakukan analisis dan simulasi proyeksi bisnis berbasis aset (asset-based scenario modeling) yang mengacu pada parameter industri pelayaran dan infrastruktur energi, potensi kinerja BULL ke depan.

Sebelumnya, dalam dokumen keterbukaan informasi yang diterbitkan Senin, 15 Desember 2025, perseroan memaparkan konteks pasar LNG global, termasuk lonjakan kapasitas pencairan LNG baru mulai 2026 serta pergerakan tarif sewa kapal LNG yang disebut meningkat dari rata-rata Oktober menjadi jauh lebih tinggi pada Desember.

Sejalan dengan rencana transformasi, proyeksi berbasis aset dapat dibaca melalui dua skenario simulasi yang menggunakan parameter industri (tarif sewa, utilisasi, dan margin usaha) dan bukan target resmi perusahaan.

Skenario konservatif menggunakan asumsi operasional satu kapal LNG dengan tarif rata-rata USD40.000 per hari dan tingkat utilisasi 92 persen, tanpa tambahan unit FSRU maupun FPSO. 

Dengan parameter tersebut, estimasi pendapatan tahunan dari LNG carrier berada di kisaran USD13,4 juta. 

Jika ditambah asumsi pendapatan bisnis tanker minyak yang diperlakukan stabil di kisaran USD45 juta per tahun, total pendapatan tahunan skenario ini berada di sekitar USD58,4 juta, dengan estimasi EBITDA bersih sekitar USD15,2 juta setelah memperhitungkan beban korporasi.

Skenario konservatif ini diuji terhadap kondisi BULL saat ini, yang pada periode sembilan bulan tahun 2025 (9M25) menghasilkan kas dari operasi USD20,350 juta dan laba periode berjalan USD12,761 juta.

Dalam konteks tersebut, simulasi konservatif memosisikan penopang arus kas tetap bergantung pada kombinasi tanker eksisting dan kontribusi awal LNG carrier, sementara defisit historis masih menjadi catatan ekuitas.

Skenario moderat menggunakan asumsi dua kapal LNG dengan tarif rata-rata USD45.000 per hari dan utilisasi 92 persen, ditambah satu unit FSRU dengan nilai kontrak tahunan sekitar USD80 juta, serta pendapatan tanker minyak yang diasumsikan stabil di USD45 juta per tahun. 

Dengan parameter tersebut, total pendapatan tahunan diproyeksikan sekitar USD155,2 juta, dengan estimasi EBITDA bersih sekitar USD75,6 juta setelah beban korporasi.

Konteks eksternal untuk skenario moderat juga terkait agenda gasifikasi dan infrastruktur LNG. 

Dalam dokumen transformasi BULL, pemerintah disebut berencana membangun lima FSRU besar dalam kerangka RUPTL 2025–2034.

Sementara itu, ringkasan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 menyebut rencana penambahan pembangkit yang mencakup porsi pembangkit berbahan gas 10,3 GW dan kebutuhan investasi besar untuk implementasi rencana kelistrikan.

BULL juga menyoroti dinamika tarif LNG carrier di pasar internasional, dengan angka rata-rata sewa kapal setara waktu yang dicantumkan naik dari USD12.667 per hari pada Oktober menjadi USD65.167 per hari pada Desember (kenaikan 414 persen) dalam materi transformasi perseroan.

Angka ini menjadi salah satu rujukan konteks pasar, terlepas dari proyeksi dua skenario di atas yang memakai tarif konservatif–moderat di bawah level Desember.

Rencana Strategis BULL Bisa Unggul Dibanding Kompetitor?

Untuk pembanding emiten sejenis di sektor pelayaran energi dan tanker, beberapa data publik menunjukkan skala bisnis yang relevan. 

PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI) melaporkan pendapatan usaha USD96,48 juta per 30 September 2025 dalam rilis keterbukaan di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

HUMI juga mengungkap laba periode berjalan per 30 September 2025 sekitar USD7,64 juta dalam publikasi perusahaan.

Di sisi lain, PT Soechi Lines Tbk (SOCI), emiten pelayaran yang fokus pada pengangkutan kimia/produk dan galangan, mencatat pendapatan segmen shipping USD144,2 juta pada 2024 dan laba bersih USD17,1 juta pada 2024 berdasarkan materi publikasi kinerja tahunan.

Dengan pembanding tersebut, skenario konservatif BULL (estimasi pendapatan tahunan USD58,4 juta) berada di bawah skala pendapatan 9M25 HUMI dan di bawah pendapatan shipping tahunan SOCI, sedangkan skenario moderat (estimasi pendapatan tahunan USD155,2 juta) berada pada kisaran yang sebanding dengan skala pendapatan tahunan emiten pelayaran energi/produk yang telah memiliki portofolio kontrak stabil, dengan catatan bahwa realisasi sangat bergantung pada kepastian kontrak, kesiapan aset, dan struktur pendanaan yang belum dirinci dalam proyeksi ini.

Kinerja Bisnis BULL hingga Kuartal III 2025

Secara historis, BULL bertumpu pada bisnis tanker minyak dan produk minyak yang bersifat siklikal, dengan ketergantungan tinggi pada pergerakan tarif spot dan kondisi pasar global.

Hingga periode sembilan bulan 2025 (9M25), BULL mencatatkan pendapatan sewa dan pengoperasian kapal sebesar USD104,12 juta, turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Penurunan pendapatan ini mencerminkan realitas pasar tanker minyak yang masih fluktuatif, sekaligus menunjukkan keterbatasan model bisnis lama dalam menciptakan pertumbuhan pendapatan yang konsisten.

Namun demikian, di tengah penurunan pendapatan, BULL masih mampu membukukan laba periode berjalan sebesar USD12,761 juta dan kas dari aktivitas operasi sebesar USD20,350 juta. 

Dua angka ini menjadi indikator penting bahwa aktivitas inti perseroan masih menghasilkan arus kas, meskipun belum cukup kuat untuk menghapus beban struktural yang terbentuk selama bertahun-tahun.

Realitas lain yang tercermin jelas dalam laporan keuangan adalah masih besarnya defisit akumulatif sebesar USD231,979 juta per 30 September 2025. 

Defisit ini akumulasi dari model bisnis yang sebelumnya sangat sensitif terhadap siklus dan pembiayaan berbasis utang. 

Hal ini pula yang mendorong auditor mencantumkan catatan ketidakpastian material terkait kelangsungan usaha (going concern).

Dari sisi struktur keuangan, laporan keuangan menunjukkan bahwa beban pembiayaan masih menjadi faktor signifikan. Pinjaman jangka panjang tercatat USD106,58 juta, dengan USD28,09 juta di antaranya jatuh tempo dalam satu tahun. 

Dalam konteks inilah rencana transformasi ke segmen LNG, FSRU, dan FPSO menjadi relevan secara finansial, bukan sekadar strategis. 

Berbeda dengan tanker minyak yang dominan spot-based, segmen LNG dan FSRU umumnya berbasis kontrak jangka menengah hingga panjang dengan profil pendapatan yang lebih dapat diproyeksikan. 

Artinya, model bisnis baru yang dituju BULL secara langsung menyasar kelemahan utama yang tercermin dalam laporan keuangan saat ini, yakni volatilitas pendapatan dan tekanan terhadap arus kas. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.