KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS) belum lama ini. Ia menghadiri pertemuan G20 dan IMF-World Bank Spring Meetings.
Sri Mulyani menyampaikan hasil pertemuan tersebut, di mana para pembuat kebijakan fokus pada risiko global.
“Pertama, untuk pertemuan IMF-World Bank dan G20, dominasi mengenai kondisi outlook global dan risiko ekonomi global sangat besar. Para pembuat kebijakan di bidang keuangan negara dan moneter sangat terfokus pada downside risk atau risiko besar dari perekonomian global,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Jumat, 26 April 2024.
Risiko tersebut berasal dari sejumlah hal, termasuk eskalasi tensi geopolitik terutama konflik di Timur Tengah. Selain itu, kondisi ekonomi AS di mana Bank Sentral AS diproyeksikan tidak menurunkan suku bunga acuan secara cepat.
“Kondisi ekonomi Amerika di mana Fed Fund rate-nya masih bertahan ‘higher for longer’, penurunan suku bunga tidak terjadi secepat dan sebesar yang dibayangkan. Hal ini menimbulkan gejolak pasar modal, pasar uang, dan arus modal terutama nilai tukar, capital outflow terjadi di semua negara, baik emerging maupun advance di luar Amerika,” katanya.
“Ini mempengaruhi dolar indeks yang menguat, nilai tukar mata uang lain menjadi lebih lemah atau terkoreksi, hingga suku bunga lebih tinggi dan capital outflow dan nilai tukar menjadi fokus pembahasan yang sangat besar,” jelas Sri Mulyani menambahkan.
Dia juga mencatat bahwa banyak negara berkembang di G20 menghadapi situasi APBN yang tidak baik. Defisit dan rasio utang mereka tinggi akibat pandemi dan kebijakan internal.
“Sehingga situasi dengan nilai tukar yang terkoreksi, plus suku bunga tinggi di banyak negara termasuk negara-negara emerging G20 sangat memberatkan fiskal mereka, cost of borrowing mereka meningkat. Ini menjadi tema yang menyerap perhatian terbesar dari menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral," ujarnya.