JPMorgan Chase melaporkan laba per saham (earnings per share/EPS) yang disesuaikan sebesar 4,26 dolar AS dan pendapatan sebesar 50,99 miliar dolar AS pada kuartal pertama tahun ini, lebih tinggi dari perkiraan para analis yang masing-masing sebesar 4,19 dolar AS per saham dan 49,87 miliar dolar AS.
Namun, jika pendapatan satu kali (one-time income) terkait saham Visa dikecualikan, JPMorgan Chase akan mengalami penurunan pendapatan bersih pada kuartal tersebut.
Pada Q2, JPMorgan Chase mencatatkan keuntungan bersih sebesar 7,9 miliar dolar AS dari konversi saham Visa yang dimilikinya, serta 1 miliar dolar AS dari donasi saham Visa untuk mendanai kontribusi awal ke yayasan JPMorgan.
Pendapatan bunga bersih bank tersebut naik 4,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 22,9 miliar dolar AS, seiring dengan langkah Federal Reserve yang terus menahan diri untuk tidak menurunkan suku bunga acuan guna mengendalikan inflasi.
Biaya perbankan investasi JPMorgan Chase juga meningkat sebesar 50 persen (yoy) menjadi 2,3 miliar dolar AS pada Q2.
Chairman sekaligus CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, menyatakan bahwa meskipun valuasi pasar dan selisih kredit tampak mencerminkan prospek ekonomi yang relatif baik, pihaknya tetap waspada terhadap potensi risiko yang mungkin terjadi.
Dimon menyoroti situasi geopolitik yang kompleks dan berbahaya serta berbagai kekuatan inflasi seperti defisit fiskal yang besar, kebutuhan infrastruktur, restrukturisasi perdagangan, dan remiliterisasi di dunia.
Dimon juga memperingatkan bahwa inflasi dan suku bunga mungkin akan tetap lebih tinggi dari yang diperkirakan pasar, dan dampak penuh dari pengetatan kuantitatif dalam skala sebesar ini masih belum diketahui.
Manajemen Aset
JPMorgan Chase & Co dalam manajemen asetnya berhasil mengumpulkan dana lebih dari USD500 juta (sekitar Rp8 triliun) untuk dana modal ventura di bidang bioteknologi. Dana ini difokuskan pada pengembangan obat penurun berat badan, yang merupakan tren naik di dunia kesehatan.
Menutup penggalangan dana bulan ini, Steve Squinto, chief investment officer (CIO) dari unit ilmu kehidupan, menyatakan bahwa fokus utama adalah mengatasi masalah obesitas. Menurutnya, obat-obatan yang menargetkan GLP-1 atau obat penurun berat badan sangat diminati dan memiliki potensi besar di industri farmasi.
Popularitas obat penurun berat badan baru-baru ini mengalami lonjakan permintaan yang signifikan, bahkan menyebabkan kekurangan pasokan. Saat ini, Novo Nordisk A/S dan Eli Lilly & Co mendominasi pasar dengan harga jual yang tinggi, membuka peluang bagi JPMorgan untuk berinovasi.
Gaurav Gupta, managing partner dari dana tersebut, menyatakan keyakinannya bahwa masa depan pengobatan obesitas tidak akan didominasi oleh beberapa pemain besar saja. Menurutnya, ada peluang besar bagi pemenang baru yang signifikan di pasar ini.
JPMorgan, bank terbesar di AS, merekrut Squinto dan Gupta pada akhir 2022 untuk memperkuat divisi ilmu kehidupan mereka yang memiliki aset manajemen senilai USD3,6 triliun. Grup ini berfokus pada modal swasta dan telah melakukan beberapa investasi strategis, termasuk pemimpinannya dalam pembiayaan Seri A untuk startup Enlaza Therapeutics di California.
Selain obat penurun berat badan, dana ini juga akan menginvestasikan sumber daya mereka di bidang-bidang seperti onkologi dan imunologi, menandai komitmen JPMorgan untuk berada di garis depan inovasi dalam kesehatan global.
Komite Perbankan Senat
CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, memberikan pandangan kritis kepada Komite Perbankan Senat AS soal mata uang kripto, termasuk Bitcoin.
Menjawab pertanyaan dari Senator Massachusetts Elizabeth Warren, Dimon menuduh bahwa Korea Utara menggunakan “hasil kejahatan kripto” untuk mendanai sebagian besar program misilnya.
Menurut Dimon, aset digital ini melayani aktivitas ilegal seperti pencucian uang dan pendanaan untuk aktivitas teroris.
Dia menyatakan bahwa jika memiliki kekuasaan pemerintahan, ia akan memilih untuk menutup sektor kripto.
“Dalam kasus penggunaan sebenarnya, melibatkan penjahat, pengedar narkoba, pencucian uang, penghindaran pajak,” ujar Dimon kepada anggota parlemen saat sidang Komite Perbankan Senat pada hari Rabu.