KABARBURSA.COM - Direktur PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI, Hery Gunardi dikabarkan bakal dipromosikan menjadi Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI). Jika kabar itu benar, maka dia bakal menggantikan Direktur Utama BRI saat ini, Sunarso.
Bagaimana profil Hery, kenapa bisa diisukan menjadi Dirut BRI. Berikut catatan Kabarbursa.com di Jakarta, Senin 3 Februari 2025.
Hery memiliki karier yang cukup moncer di dunia perbankan. Ia lahir di Bengkulu pada tahun 1962, beliau meraih gelar Doktor dalam Manajemen Bisnis dari Universitas Padjadjaran pada tahun 2021. Sebelumnya, Hery juga menyelesaikan Pascasarjana di bidang Finance and Accounting di University of Oregon, USA pada tahun 1991, serta Sarjana Administrasi Niaga di Universitas 17 Agustus 1945 pada tahun 1987.
Hery memulai karier di dunia perbankan di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Ia menjabat dalam beberapa posisi penting, mulai dari Direktur Micro & Business Banking, Direktur Consumer Banking, hingga Direktur Bisnis & Jaringan. Selain itu, Hery juga pernah menduduki akil Direktur Utama PT Bank Mandiri pada tahun 2020. Pada tahun yang sama dia diangkat menjadi Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri hingga akhirnya pada 2021, diangkat sebagai Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI), posisi yang diembannya hingga saat ini.
Saat ini susunan komposisi pemegang saham BSI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 50,83 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 24,85persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 17,25 persen. Sisanya adalah pemegang saham yang masing-masing di bawah 5 persen.
Bank yang lebih dikenal dengan nama BSI ini didirikan pada 1 Februari 2021. Dilansir dari laman resminya banksbsi.co.id pada Senin, 3 Januari 2025. BSI merupakan bank hasil merger antara PT Bank BRI syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah. Dalam perdagangan pasar modar BSI lebih dikenal dengan kode emiten BRIS.
Catatan Karir Dunia Bank
Hery menapaki karir sebagai pucuk pimpinan bank syariah terbesar di Indonesia, Hery merupakan Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri pada 2020 - 2021. Dia berkarir lama di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai Direktur Consumer & Retail Transaction, Direktur Bisnis & Jaringan, Direktur Bisnis Kecil & Jaringan, hingga Direktur Micro & Business Banking. Dan beberapa catatan sejak memulai karirnya pada tahun 1998. Menghadapi krisis ekonomi, sekaligus transisi era politik berubah.
Hery memulai kariernya di Bapindo (Bank Pembangunan Indonesia) sebagai staf riset dan pengembangan.
Seiring waktu, ia mengalami kemajuan pesat dalam karirnya:
1998: Bergabung dengan Divisi Treasury Bapindo saat krisis ekonomi.
2001: Terlibat dalam proses merger yang membentuk Bank Mandiri, hasil penggabungan beberapa bank milik pemerintah.
2003-2005: Menjabat sebagai Direktur Axa Mandiri Financial Services.
2006-2009: Menjadi Presiden Komisaris Mandiri Axa sambil menjabat sebagai Senior Vice President Wealth Management di Bank Mandiri.
2013: Diangkat sebagai Senior Executive Vice President Consumer Finance di Bank Mandiri.
2019-2020: Menjabat sebagai Direktur Consumer dan Retail Transaction di Bank Mandiri.
2020: Diangkat sebagai Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, kemudian menjadi Plt. Direktur Utama Bank Syariah Mandiri (BSM).
2021-sekarang: Menjadi Direktur Utama Bank Syariah Indonesia setelah penggabungan BSM, BRI Syariah, dan BNI Syariah menjadi BSI.
Bawa BSI Untung
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mampu membukukan pertumbuhan laba sebesar 21,6 persen year on year (yoy) pada kuartal III-2024.
Laba bersih perusahaan dengan kode saham BRIS ini mencapai Rp5,11 triliun, naik dibandingkan periode serupa tahun lalu sebesar Rp4,20 triliun.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi, bersyukur kinerja BSI terus tumbuh solid, sehat dan sustain hingga kuartal III-2024.
“Kami tetap tumbuh dobel digit sampai triwulan ketiga di tengah makro ekonomi yang cukup menantang dengan tingginya reference rate. Namun, BI mulai menurunkan suku bunga acuannya.,’’ kata dia dalam keterangan resmi, dikutip Kamis, 31 Oktober 2024.
Menurut Hery, BSI masih terus menumbuhkan segmen-segmen bisnis yang potensial dengan kualitas terjaga sembari terus meningkatkan kualitas layanan kepada nasabah, terutama dari sisi digital.
Di sisi lain, BSI juga berhasil meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 14,92 persen menjadi Rp301,22 triliun pada kuartal III 2024.
Adapun komposisi DPK didominasi produk tabungan yang pada periode yang sama tumbuh 13,40 persen (yoy) menjadi Rp130,18 triliun. Adapun rasio dana murah (CASA) berada pada posisi 61,69 persen.
Kenaikan tabungan tersebut tidak lepas dari meningkatnya customer base yang sejak merger rata-rata bertambah 2,5 juta nasabah pertahun.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.