KABARBURSA.COM - Tepat pada waktunya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi mengumumkan hasil dari Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) pada hari Rabu (20/3). Menurut rekapitulasi KPU, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka berhasil memenangkan Pilpres 2024.
Pasangan nomor urut 02 ini berhasil meraih dukungan sebanyak 96.214.691 suara, setara dengan 58,46persen dari total suara, mengungguli dua pasangan calon lainnya. Kemenangan telak Prabowo-Gibran sebelumnya telah diprediksi setelah dominasi mereka dalam hitung cepat (quick count).
Pelaku pasar sudah mengantisipasi hasil ini, namun masih terdapat beragam sentimen yang beredar, membuat pasar tidak serta merta merespons positif terhadap penerus Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Bersamaan dengan pengumuman KPU, investor juga memperhatikan agenda penting lainnya, terutama terkait kebijakan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dan FOMC Meeting bank sentral Amerika Serikat, The Fed.
Dampaknya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung bergerak di zona merah sepanjang hari Rabu 20 Maret 2024. Meskipun akhirnya berhasil mengurangi penurunan pada sesi II dan ditutup dengan penurunan tipis 0,08persen ke level 7.331,12.
Analis RHB Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi, menilai pelemahan IHSG masih merupakan koreksi wajar, terutama setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa minggu sebelumnya, ditambah dengan meredupnya euforia sentimen dividen dari bank big caps.
"Investor telah mengantisipasi bahwa suku bunga acuan akan tetap stabil dan kemenangan Prabowo-Gibran dalam rekapitulasi KPU. Namun, terkait dengan sentimen politik, pasar juga waspada terhadap potensi gejolak yang mungkin terjadi pasca pengumuman hasil Pemilu," jelasnya Kamis 21 Maret 2024.
Dengan adanya sejumlah aksi unjuk rasa, kata Wafi, serta wacana hak angket di parlemen dan potensi gugatan ke Mahkamah Konstitusi, investor perlu memperhatikan potensi gejolak dan lamanya gejolak tersebut terjadi. "Selama masih dalam batas wajar, investor akan mengantisipasi pergerakan pasar," katanya.
Pengamat Pasar Modal & Pendiri WH-Project, William Hartanto, menyatakan bahwa selama tidak ada gangguan, dinamika politik tidak akan signifikan memengaruhi IHSG. "Apabila berjalan lancar, pembentukan kabinet baru dan realisasi program presiden terpilih akan menjadi sentimen lanjutan yang dapat menggerakkan pasar," jelas dia
"Momentum ini juga dapat memberikan keuntungan bagi saham-saham emiten milik konglomerat yang mendukung Prabowo-Gibran, tergantung pada komposisi kabinet dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah selanjutnya," ungkapnya.
Dalam jangka pendek, kata William, IHSG diprediksi akan bergerak dalam kisaran 7.270-7.400 dengan kemungkinan pelemahan terbatas, yang dapat menjadi kesempatan bagi investor untuk membeli saham saat terjadi koreksi.
Sementara itu, bagi investor jangka panjang, melakukan averaging masih merupakan pilihan yang layak. Namun, William menyarankan agar lebih selektif dalam melakukan trading, memperhatikan saham-saham yang belum mengalami kenaikan signifikan atau yang telah mengalami penurunan dalam waktu cukup lama.
Strategi Investasi
Namun, investor juga harus siap dengan skenario apabila dinamika politik memanas. Menurut Associate Director Jasa Utama Capital Sekuritas, Hadrian Maynard, dalam situasi ketegangan politik, pasar saham cenderung merasakan dampaknya secara langsung, sehingga menjadi kurang menarik bagi investor yang menghindari risiko.
Hal ini biasanya memicu langkah strategis dari investor untuk melakukan switching portofolio, beralih dari aset berisiko seperti saham ke aset yang dianggap lebih aman seperti obligasi pemerintah, deposito, atau emas.
Langkah defensif ini diambil untuk menghadapi ketidakpastian, meminimalkan risiko kerugian, dan memanfaatkan peluang dari aset safe haven yang lebih stabil di tengah gejolak sosial politik.
Selain dinamika politik, pilihan instrumen investasi juga harus mempertimbangkan pemangkasan suku bunga acuan yang diperkirakan terjadi pada tahun ini. Oleh karena itu, investor dapat mempertimbangkan untuk memiliki porsi yang lebih besar di obligasi.
Apabila suku bunga turun, obligasi dapat memberikan potensi return dari harga jual obligasi tersebut. Untuk sentimen politik, obligasi juga memberikan kestabilan yang lebih baik dibandingkan saham.
Bagi yang masih tertarik di pasar saham, strategi cicil beli atau dollar cost averaging pada saham-saham undervalued dapat menjadi pilihan bagi investor jangka panjang. Sementara bagi yang lebih suka trading jangka pendek, volatilitas pasar dapat dimanfaatkan dengan trading plan yang disiplin.
Beberapa saham yang disarankan untuk dicermati adalah PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dengan target harga masing-masing di Rp 7.825 dan Rp 472.
Di sisi lain, fokus William lebih tertuju pada emiten energi dan telekomunikasi seperti PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
Reza Priyambada, Konsultan Investasi Reliance Sekuritas Indonesia, menyarankan untuk memilih saham-saham yang sebelumnya melemah namun memiliki potensi rebound, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.