KABARBURSA.COM - Reksadana indeks tampak lesu di awal tahun ini. Manajer Investasi (MI) mencatat, imbal hasil atau return dari produk-produk reksadana indeks mengalami penurunan, seiring dengan kinerja indeks acuannya.
Head of Equity PT BNP Paribas AM, Amica Darmawan, mengatakan performa reksadana indeks terpengaruh oleh koreksi pada indeks acuannya. Misalnya, koreksi pada indeks Sri Kehati berdampak pada kinerja produk-produk reksadana terkait.
Sebagai contoh, BNP Paribas Sri Kehati mengalami koreksi return sekitar 3,40 persen sejak awal tahun (year to date/YtD), mengikuti koreksi indeks Sri Kehati sebesar 5,21 persen YtD per 30 April 2024. Beberapa efek terbesar produk BNP Paribas Sri Kehati adalah BBCA, BMRI, BBRI, TLKM, dan BBNI.
“Koreksi indeks ini dipengaruhi oleh bobot sektor perbankan dan telekomunikasi, karena kedua sektor ini banyak dimiliki oleh investor asing,” ungkap Amica, dikutip Senin 27 Mei 2024.
Amica menjelaskan bahwa volatilitas rupiah yang tinggi dan valuasi awal tahun yang sudah di atas rata-rata historis mendorong investor asing melakukan aksi profit taking.
Direktur Panin Asset Management (Panin AM), Rudiyanto, menjelaskan bahwa reksadana Sri Kehati mayoritas berisikan saham-saham perbankan. Sehingga, wajar jika koreksi indeks Sri Kehati terjadi akibat performa perbankan yang turun di awal tahun 2024.
Menurut dia, saham perbankan di Indonesia rawan terhadap aliran dana asing. Ketika terjadi aksi jual (net sell), saham akan berkinerja negatif, demikian pula sebaliknya.
Berdasarkan data setelmen hingga 16 Mei 2024, Bank Indonesia (BI) mencatat non-residen atau asing melakukan jual neto Rp42,27 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp2,05 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp53,18 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Selain itu, indeks mengalami koreksi di awal tahun ini seiring penurunan harga saham blue chip. Laporan keuangan kuartal I-2024 yang kurang memuaskan berdampak negatif pada pergerakan saham.
“Jika harga saham secara umum turun, semua reksadana indeks juga akan ikut turun. Sekalipun ada satu dua yang berbeda, biasanya tidak konsisten dan tidak bertahan lama,” ujar Rudiyanto.
Panin AM memiliki dua reksadana indeks unggulan, yakni Panin IDX-30 Kelas A dan Panin Sri Kehati Kelas A. Per 30 April 2024, kinerja dua produk tersebut masing-masing turun 2,90 persen dan 3,99 persen YtD.
Meskipun demikian, Rudiyanto yakin reksadana indeks akan memberikan pertumbuhan ke depan. Optimisme ini didasarkan pada potensi penurunan tingkat inflasi Amerika Serikat (AS) yang diikuti prospek penurunan suku bunga acuan.
"Ketika penurunan suku bunga AS terealisasi, ada kemungkinan investor asing kembali masuk ke pasar saham Indonesia," imbuhnya.
Dengan demikian, ketika harga saham-saham mulai naik, indeks acuan reksadana juga akan mengikuti. Sebagai contoh, IDX-30 memiliki 30 anggota saham. Jika sebagian besar harga sahamnya naik, maka indeks IDX-30 juga akan naik.
Amica menilai bahwa kondisi ekonomi domestik pada semester kedua 2024 akan lebih baik karena ekspektasi produktivitas meningkat dan minimnya hari libur. Selain itu, jika volatilitas rupiah berkurang dan lebih stabil, investor asing akan kembali melirik pasar modal Indonesia.
“Saat ini, saham-saham berkapitalisasi besar yang telah terkoreksi dalam berada di harga yang menarik untuk diakumulasi untuk jangka menengah dan panjang,” ucapnya.
Direktur Operasional BNI AM, Ade Yusriansyah, menuturkan reksadana indeks memiliki potensi pengembalian positif di masa depan. Sebab, reksadana indeks yang pengelolaannya pasif diproyeksikan akan mengungguli reksadana yang pengelolaannya aktif dalam hal dana kelolaan.
Ade menyebutkan beberapa faktor yang akan mendorong reksadana indeks melampaui kinerja reksadana yang dikelola secara aktif pada 2025-2027.
Pertama, reksadana indeks bersifat pasif dan bergantung pada kinerja indeks acuan, sehingga lebih mudah dipahami nasabah. Kedua, reksadana memiliki limitasi terkait tracking error yang membuatnya lebih efisien. Ketiga, total expense ratio reksadana pasif biasanya relatif kecil dibandingkan reksadana aktif.
Ade menambahkan bahwa kinerja reksadana indeks juga dipengaruhi oleh pergerakan indeks acuan. BNI AM selaku Manajer Investasi rutin mengevaluasi performa indeks dan mengatur porsi aset yang mendasari (underlying asset) reksadana tersebut.
“Investor bisa memilih reksadana pada indeks-indeks tertentu saat pasar volatil. Dengan demikian, reksadana indeks tetap bisa dimanfaatkan, bukan hanya bergantung pada indeks yang bergerak pada siklus tertentu,” ujar Ade di Jakarta, Senin 20 Mei 2024.
BNI AM memiliki produk unggulan di kelas indeks, yakni BNI AM Indeks IDX30. Kinerja return produk tersebut mengalami koreksi sekitar 3,03 persen YtD per 30 April 2024, mengikuti performa indeks IDX30 yang turun 4,96 persen YtD.
Meskipun koreksi return terjadi, produk reksadana kelolaan BNI AM, Panin AM, dan BNP Paribas AM tetap terdepan di kelas aset indeks dari sisi jumlah AUM.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 30 April 2024, BNP Paribas Sri Kehati mengelola AUM terbesar, Rp3,24 triliun, disusul BNI AM Indeks IDX30 sebesar Rp1,43 triliun, serta Panin IDX30 Kelas A sebesar Rp1,38 triliun.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.