KABARBURSA.COM - Pengamat Ekonomi Salamudin Daeng, mengingatkan kembali tantangan yang dihadapi oleh program hilirisasi sumber daya alam (SDA) di masa lalu, terutama soal keterbatasan pasokan listrik. Sulitnya smelterisasi akibat kurangnya pasokan listrik, kata Salamudin, menjadi tantangan utama dalam perdebatan hilirisasi sumber daya alam di masa lalu.
"Masih ingat perdebatan hilirisasi tempo dulu? Sulit dilakukan karena tidak tersedianya listrik. Akibatnya, smelterisasi sulit dilakukan," ujarnya kepada KabarBursa, Rabu, 3 Juli 2024.
Padahal, ia melanjutkan, kewajiban pengolahan hasil tambang telah diamanatkan oleh UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara.
Karena belum tersedianya infrastruktur ketenagalistrikan yang memadai, program hilirisasi ini gagal mencapai targetnya. Salamudin menjelaskan, perusahaan besar pun tidak mampu membangun smelter sesuai waktu yang ditetapkan.
Hal ini memaksa pemerintah untuk memberikan relaksasi ekspor hasil tambang. Meskipun demikian, sebagian perusahaan tetap dipaksa membangun smelter.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah merancang proyek-proyek besar ketenagalistrikan. Di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), proyek 2x10 ribu megawatt diluncurkan. Di masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), proyek 35 ribu megawatt dijalankan.
"Semua usaha tersebut dimaksudkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen, bahkan double digit," kata Salamudin.
Salamudin mengatakan investasi besar-besaran dilakukan di sektor ketenagalistrikan dengan sumber dana dari APBN dan dipermudahnya impor peralatan listrik. Sampai sekarang, kata Salamudin, belanja modal Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk meningkatkan produksi listrik masih sangat besar.
Anggaran ini bahkan akan meningkat menjadi Rp90 triliun-120 triliun per tahun hingga tahun 2027.
"Hal ini sejalan dengan ambisi pemerintah untuk memperkuat infrastruktur ketenagalistrikan sebagai bagian dari Rencana Ketenagalistrikan Nasional 2021-2030," jelas Salamudin. Pada 2023, belanja modal telah mencapai Rp64 triliun, naik dari Rp55 triliun pada 2022.
Hasil dari upaya ini terbilang fantastis karena produksi listrik jadi melimpah. Menurut Salamudin, listrik tersebut dihasilkan oleh swasta dan BUMN PLN. Listrik swasta dibeli oleh PLN sebagai distributor tunggal dengan skema take or pay (TOP). Produksi listrik bahkan telah melampaui kebutuhan nasional saat ini dengan lebih dari 64 persen listrik dihasilkan oleh pembangkit PLN.
Salamudin mengatakan produksi listrik akan terus meningkat seiring dengan usaha pemerintah melaksanakan transisi energi untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.
"Memang semua usaha mempertahankan keandalan pasokan listrik sepenuhnya akan tetap bergantung pada dukungan negara," katanya.
Menurut Salamudin, PLN diperkirakan akan tetap bergantung pada pendapatan subsidi dan kompensasi yang besar. Pada 2024, pendapatan gabungan dari subsidi dan kompensasi PLN diperkirakan mencapai sekitar Rp174 triliun, naik dari Rp143 triliun pada tahun 2023.
Salamudin mengatakan meningkatnya penjualan listrik non-subsidi di masa depan sangat ditentukan oleh keberhasilan program hilirisasi SDA. Program hilirisasi ini tidak hanya terbatas pada sektor pertambangan, tetapi juga mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan. Jika program hilirisasi ini berhasil, permintaan listrik dari sektor-sektor tersebut akan meningkat, yang pada gilirannya akan meningkatkan penjualan listrik non-subsidi.
"Hilirisasi tambang tetap menjadi prioritas utama karena telah diperkuat oleh berbagai regulasi," ujarnya.
Namun, Salamudin mengingatkan subsidi dan kompensasi listrik masih akan menjadi persoalan besar. Pada 2023, nilainya bahkan melompat 16 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun depan, subsidi dan kompensasi diperkirakan akan terus membesar.
"Jika penjualan listrik bisa mencapai 100 persen dari kapasitas terpasang saat ini, dan penjualannya kepada usaha hilirisasi komoditas SDA dengan harga non-subsidi, maka penjualan listrik dapat mencapai Rp1.600 triliun," kata Salamudin.
PLN Pasok Listrik untuk Hilirisasi
PT PLN sebelumnya menyatakan terus mendorong hilirisasi mineral dengan meningkatkan pasokan daya listrik. Terbaru, perusahaan ini menambah daya 170 Megavolt Ampere untuk smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur. PLN mempercepat tambahan pasokan listrik dapat tersedia lebih cepat pada 1 Juni 2024 dari jadwal sebelumnya yakni Desember 2024.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengatakan pasokan listrik yang stabil dan terjangkau menunjukkan komitmen PLN dalam mendukung hilirisasi industri di Indonesia.
“Pasokan listrik andal memiliki peran krusial dalam mendukung pertumbuhan perekonomian termasuk untuk segmen industri. PLN berkomitmen mendukung upaya hilirisasi yang sejalan dengan strategi pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah komoditas pertambangan,” kata Darmawan pada Rabu, 12 Juni 2024 lalu.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur, Agus Kuswardoyo, menguraikan pengoperasian tahap keempat dengan kapasitas 170 MVA ini merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya. Pada September 2023, PLN telah memasok 30 MVA pada tahap pertama, disusul dengan 60 MVA pada Februari 2024 untuk tahap kedua, dan 110 MVA pada 1 April 2024 untuk tahap ketiga.
“Kunci penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya pertumbuhan di sektor industri dalam negeri adalah kecukupan dan keandalan pasokan listrik. PLN siap mendukung penuh kebutuhan pasokan listrik PT Freeport Indonesia yang akan mulai beroperasi secara bertahap pada bulan Juni 2024 ini,” jelas Agus.
Agus menambahkan, operasional smelter ini diharapkan akan menstimulus pertumbuhan industri-industri turunan yang lebih hilir. Hal ini akan menciptakan multiplier effect bagi pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Gresik dan Jawa Timur. Terlebih, kata dia, smelter adalah proyek strategis dalam hilirisasi industri mineral di Indonesia, sehingga PLN berkomitmen menyuplai listrik untuk PT Freeport Indonesia di KEK yang dioperasikan oleh PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera.
“Kepercayaan yang diberikan kepada PLN diiringi dengan upaya meningkatkan pelayanan dan keandalan pasokan agar operasional smelter lancar sehingga produksi meningkat,” katanya.(pin/*)