KABARBURSA.COM - Reli saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) berlanjut. Pada perdagangan Selasa, 17 September 2024, sahamnya ngebut hingga diperjualbelikan seharga Rp65 di penutupan pasar Bursa Efek Indonesia (BEI).
GOTO benar-benar membebaskan diri dari sebutuhan 'saham gocap'. Hal ini dibuktikan, hingga pukul 15.40 WIB terjadi lompatan luar biasa 8,20 persen atau setara dengan 5 poin. Perdagangannya pun luar biasa, menyentuh 6,43 miliar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp413,20 miliar. Adapun frekuensi jual beli sahamnya terjadi sebanyak 28.310 kali.
Menurut data terbaru, volume perdagangan saham GOTO mencatat rekor tertinggi dengan volume transaksi empat kali lipat lebih besar dari rata-rata 20 hari perdagangan yang hanya mencapai 936 juta saham. Harga saham Rp65 per lembar saham merupakan harga tertinggi dalam lebih dari 15 minggu. Sebagai perbandingan, harga saham pada 31 Mei berada di angka Rp61.
Menariknya, pada sesi siang, volume perdagangan GOTO mengungguli saham-saham berkapitalisasi besar (Big Caps) lainnya seperti BRIS, BBRI, ANTM, ADRO, dan BMRI. Masing-masing saham tersebut mencatat volume transaksi sebesar 188 juta, 160 juta, 146 juta, 128 juta, dan 77 juta saham, jauh di bawah capaian GOTO.
Target Harga dan Rekomendasi Saham
Dari konsensus 25 analis, mereka memberikan rekomendasi "Beli" untuk saham GOTO, sementara hanya 10 analis yang menyarankan untuk "Tahan". Tidak ada analis yang merekomendasikan untuk "Jual" saham ini.
Konsensus tersebut memperkirakan bahwa harga saham GOTO berpotensi mencapai Rp82 per saham dalam 12 bulan mendatang. Beberapa analis terkemuka juga telah mengemukakan target harga yang optimis.
Analis dari Maybank Investment Banking Group Etta Rusdiana Putra, juga merekomendasikan "Beli" saham GOTO dengan target harga Rp95 per saham. Rekomendasi serupa juga diberikan oleh analis dari Yuanta Investment Consulting Laras Nadira, yang menetapkan target harga sebesar Rp95 per saham.
Dalam riset terbaru yang diterbitkan setelah pertemuan dengan manajemen GOTO pada 5 Agustus, Etta Rusdiana Putra menyebutkan bahwa perusahaan optimis dalam mencapai target pertumbuhan Gross Transaction Value (GTV) sebesar 15 persen untuk layanan On-Demand Services (ODS) sepanjang 2024. Selain itu, lini bisnis Financial Technology (Fintech) juga diharapkan tumbuh sebesar 20 persen QoQ pada kuartal III-2024.
GOTO juga memproyeksikan layanan Buy Now, Pay Later (BNPL) akan tumbuh 20 persen QoQ, mencapai nilai transaksi Rp4,2 triliun, dengan kemungkinan meningkat hingga Rp5 triliun pada 2024.
“Target ini realistis, mengingat layanan BNPL GOTO masih relatif kecil dibandingkan dengan total pinjaman kartu kredit di Indonesia, yang mencapai Rp96,5 triliun pada Mei 2024, atau hanya sekitar 4,3 persen dari total transaksi kartu kredit," ujar Etta dalam risetnya.
Potensi Pertumbuhan dan Penguatan Bisnis
Sementara itu, analis dari Deutsche Bank Peter Milliken, dalam risetnya juga memandang positif potensi GOTO. Menurutnya, GOTO memiliki pijakan yang kuat di sektor mobilitas dan e-commerce, yang dapat dioptimalkan untuk memperkuat layanan keuangan mereka.
Selain itu, GOTO juga fokus pada perbaikan kondisi keuangan, dengan target mencapai break-even untuk EBITDA yang disesuaikan tahun ini. Neraca keuangan yang solid dinilai mampu mendukung pertumbuhan atau pengembalian modal di masa depan, didukung oleh reputasi perusahaan sebagai pemain lokal terkemuka.
Dalam segmen layanan On-Demand Services, GOTO terus memperluas cakupan dan sinergi antara berbagai layanan, seperti ride-hailing, pengantaran makanan, serta layanan keuangan. Analis Deutsche Bank memperkirakan bahwa GTV layanan ODS akan tumbuh dengan CAGR sebesar 13 persen sepanjang periode 2023 hingga 2028.
Dengan dukungan dari sejumlah sentimen positif tersebut, saham GOTO dipandang memiliki prospek yang solid dan menarik bagi investor.
Proyeksi Warren Buffett
Sayangnya, meskipun harga jual saham GOTO bukan lagi sebagai saham gorengan, namun Warrenn Buffett tidak merekomendasikan saham ini untuk dikoleksi. Ada beberapa alasan yang melandasinya.
Buffett tidak hanya fokus pada EPS jangka pendek, tetapi juga pada proyeksi pertumbuhan EPS di masa mendatang. Karena GOTO memiliki EPS negatif dan belum mencapai profitabilitas, hal ini menjadi perhatian utama dalam analisis ini.
Meskipun EPS saat ini negatif, penting untuk memperhatikan potensi GOTO dalam meningkatkan profitabilitas. Namun, dengan penurunan target harga oleh beberapa analis seperti BRI Danareksa Sekuritas dan NH Korindo Sekuritas, pertumbuhan EPS mungkin lebih lambat dari yang diharapkan.
Metodologi Buffett juga melibatkan valuasi berdasarkan DCF untuk mengestimasi nilai intrinsik perusahaan. Dengan asumsi cash flow negatif yang besar dan kerugian yang terus berlanjut, valuasi ini akan menunjukkan bahwa GOTO saat ini tidak memiliki nilai intrinsik yang positif.
Berdasarkan pendekatan Warren Buffett, saham GOTO mungkin tidak sesuai dengan kriteria investasi Buffett karena beberapa alasan:
- EPS negatif menunjukkan perusahaan belum mencapai profitabilitas.
- Rasio profitabilitas seperti ROE dan ROA juga sangat negatif.
- Free cash flow negatif dan margin keuntungan yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan masih dalam tahap pertumbuhan awal yang berisiko tinggi.
Buffett cenderung menghindari perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah dan volatilitas tinggi, terutama yang belum menunjukkan pertumbuhan laba dan arus kas positif yang konsisten. Dengan demikian, menurut metodologi Buffett, GOTO saat ini lebih berisiko dibandingkan dengan peluang investasi yang lebih stabil dan mapan.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.