Logo
>

Rencana Risht Issue Rp380 per Saham CSIS Tersandung Respons Pasar? 

Diskon harga pelaksanaan, skema waran, dan respons orderbook menempatkan rights issue CSIS dalam sorotan pasar, di tengah kekhawatiran dilusi dan penyesuaian harga menjelang cum date.

Ditulis oleh Yunila Wati
Rencana Risht Issue Rp380 per Saham CSIS Tersandung Respons Pasar? 
PT Cahayasakti Investindo Sukses berencana menarik modal dari right issue. Foto: Dok KabarBursa.com.

KABARBURSA.COM – PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk, berkode emiten CSIS, berencana untuk melakukan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I (PM-HMETD I) atau right issue. Tapi, sepertinya rencana ini memiliki tantangan lumayan berat dari respons pasar.

CSIS berencana menghimpun dana maksimal Rp198,66 miliar melalui penerbitan hingga 522,8 juta saham baru dengan harga pelaksanaan Rp380 per saham. Jumlah ini setara 28,57 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah rights issue. 

Secara struktur, aksi ini tergolong agresif karena memperbesar basis saham beredar secara signifikan dalam satu tahap, terutama untuk emiten yang likuiditas dan kapitalisasi pasarnya relatif terbatas.

Dari sisi komitmen, pemegang saham pengendali PT Andalan Utama Bintara menyatakan akan melaksanakan seluruh haknya senilai Rp113,7 miliar, sementara PT Olympic Kapital Equity akan mengeksekusi sebagian HMETD senilai sekitar Rp19,99 miliar. 

Dengan demikian, lebih dari separuh dana rights issue sudah memiliki kepastian serapan. Ini memberi bantalan psikologis bahwa aksi korporasi tidak akan gagal secara administratif. Namun kepastian serapan tidak otomatis berarti nilai tambah bagi pemegang saham publik, karena dilusi tetap terjadi dan manfaat ekonominya baru bisa diuji setelah dana benar-benar bekerja.

Penggunaan dana menjadi titik kritis berikutnya. Hampir seluruh dana hasil rights issue, sekitar Rp193,69 miliar setelah biaya emisi, akan dialirkan sebagai setoran modal ke entitas anak, PT Bogorindo Cemerlang. Sisanya digunakan untuk operasional induk. 

Skema ini membuat publik berada pada posisi menunggu, karena nilai tambah rights issue sepenuhnya bergantung pada kinerja dan prospek entitas anak tersebut. Tanpa transparansi detail mengenai proyeksi imbal hasil, waktu pengembalian modal, dan kontribusi terhadap laba konsolidasi, rights issue ini lebih menyerupai injeksi modal internal ketimbang ekspansi yang langsung terukur dampaknya bagi pemegang saham minoritas.

Terbitkan 52,28 Juta Waran Seri I

Struktur waran yang menyertai rights issue juga perlu dibaca dengan cermat. CSIS akan menerbitkan 52,28 juta Waran Seri I dengan rasio 100 waran untuk setiap 1.000 saham baru. Harga pelaksanaan waran ditetapkan di Rp512, dengan potensi tambahan dana maksimal Rp26,76 miliar. 

Harga ini berada di bawah harga pasar CSIS saat ini, tetapi jauh di atas harga rights issue. Secara teoritis, waran memberi opsi upside jangka Panjang, namun secara praktis, kehadiran waran menciptakan lapisan suplai tambahan di masa depan yang berpotensi menahan kenaikan harga saham jika kinerja fundamental tidak tumbuh sepadan.

Respons pasar terhadap rencana ini tercermin cukup jelas di orderbook. Pada perdagangan terakhir, CSIS ditutup di level 545, turun tipis 0,91 persen dari penutupan sebelumnya. Secara intraday, saham ini bergerak sangat volatil dengan rentang lebar, sempat menyentuh 655 dan turun hingga 500. Volatilitas ini mencerminkan ketidakpastian pelaku pasar dalam memetakan nilai wajar CSIS pasca pengumuman rights issue.

Struktur orderbook memperlihatkan karakter yang tidak sehat untuk saham yang sedang bersiap melakukan rights issue besar. Antrean jual terlihat lebih tebal dan berlapis di atas harga pasar, mulai dari area 550 hingga 595. Ini menunjukkan bahwa banyak pelaku memilih memanfaatkan kenaikan harga untuk melepas saham, bukan mengakumulasi. 

Di sisi lain, antrean beli memang ada, tetapi cenderung tersebar di level bawah, dengan konsentrasi terbesar justru di harga 500. Pola ini menandakan bahwa minat beli bersifat oportunistik dan defensif, bukan agresif.

Yang paling krusial, jarak antara harga pasar saat ini dengan harga pelaksanaan rights issue mencapai sekitar 30 persen. Selisih yang terlalu lebar ini sering kali menjadi magnet tekanan harga menjelang cum date, karena pasar akan cenderung menyesuaikan harga saham ke arah nilai teoretis pasca rights issue. 

Dalam kondisi seperti ini, saham kerap bergerak melemah atau setidaknya tertahan, sampai rights issue benar-benar dieksekusi dan struktur kepemilikan kembali stabil.

Dari perspektif kritikal, rights issue CSIS memang memiliki kepastian eksekusi dari pemegang saham utama, tetapi tidak otomatis berarti menarik bagi publik. Risiko dilusi cukup besar, manfaat ekonomi bergantung pada entitas anak yang belum sepenuhnya terbuka proyeksinya, dan struktur waran berpotensi menjadi beban suplai jangka menengah. 

Sementara itu, orderbook dan volatilitas harga mencerminkan bahwa pasar masih berada pada fase penilaian ulang, bukan fase akumulasi.

Dengan kombinasi tersebut, rencana rights issue CSIS lebih tepat dibaca sebagai langkah konsolidasi internal untuk memperkuat struktur modal grup, bukan katalis jangka pendek bagi harga saham. 

Selama pasar belum memperoleh kejelasan mengenai kontribusi nyata dana rights issue terhadap kinerja keuangan konsolidasi, tekanan harga dan pergerakan yang cenderung defensif masih akan menjadi warna utama perdagangan CSIS.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79