Logo
>

Respons Positif BI Rate Turun, BCA Sebar Kredit ke Berbagai Sektor

Ditulis oleh Deden Muhammad Rojani
Respons Positif BI Rate Turun, BCA Sebar Kredit ke Berbagai Sektor

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) optimistis bahwa penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan permintaan kredit.

    Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F Haryn, menyatakan, BCA mengapresiasi keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen.

    “Kami berharap kebijakan ini dapat menstimulasi permintaan kredit dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujar Hera kepada Kabarbursa.com melalui telepon di Jakarta, Rabu 22 Januari 2025.

    Hera menambahkan, BCA akan terus mencermati dinamika perekonomian global dan domestik, serta mengelola potensi risiko yang mungkin muncul sebagai dampak perubahan kebijakan moneter tersebut.

    Ke depan, kata Hera, BCA berkomitmen untuk mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen dan sektor guna mendukung pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

    Per November 2024, total kredit yang disalurkan BCA secara bank only tumbuh sebesar 15,5 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp876 triliun. Pertumbuhan ini melampaui rata-rata industri perbankan nasional yang hanya mencapai 10,8 persen YoY pada periode yang sama.

    “Pada umumnya, kinerja industri perbankan akan sejalan dengan kondisi perekonomian. Kami optimistis 2025 akan menawarkan berbagai peluang baru bagi industri perbankan, mengingat prospek ekonomi Indonesia yang tetap positif,” ungkap Hera.

    Saham di Zona Hijau

    Mengutip Stockbit hari ini, saham BBCA menunjukkan performa yang menarik dengan posisi pembukaan di Rp9.650 dan mencatatkan harga tertinggi di Rp9.675, serta harga terendah di Rp9.575. Kapitalisasi pasarnya yang mencapai 1.174,66 triliun mempertegas posisinya sebagai salah satu emiten besar dengan daya tarik tinggi di pasar saham.

    Dari segi valuasi, saham ini memiliki rasio Price-to-Earnings (P/E) sebesar 22,26, yang mengindikasikan minat investor terhadap perusahaan meski valuasinya tidak tergolong murah. Rasio P/E ini mencerminkan keyakinan pasar terhadap prospek pertumbuhan yang masih menjanjikan.

    Selain itu, imbal hasil dividen sebesar 2,88 persen memberikan daya tarik tambahan bagi investor, khususnya mereka yang mencari keuntungan pasif melalui dividen.

    Secara historis, harga saham ini bergerak di antara Rp8.775 sebagai titik terendah dan Rp10.950 sebagai harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir. Rentang pergerakan tersebut mengisyaratkan adanya fluktuasi yang signifikan, memberikan peluang baik bagi trader maupun investor jangka panjang. Kombinasi antara stabilitas dividen dan prospek pertumbuhan harga saham memberikan daya tarik yang kuat untuk berinvestasi.

    Data ini mencerminkan keseimbangan antara potensi pengembalian kapital dan risiko yang perlu dikelola, menjadikan saham ini layak dipertimbangkan dalam strategi portofolio yang seimbang.

    Kado Istimewa Sektor Perbankan

    Sebelumnya diberitakan, pengamat ekonomi Paul Sutaryono, menyebut penurunan BI Rate oleh Bank Indonesia sebagai “kado istimewa” bagi sektor perbankan nasional di awal tahun 2025.

    Menurut Paul, langkah ini didorong oleh rendahnya tingkat inflasi yang mencapai 1,57 persen pada akhir Desember 2024, jauh di bawah target pemerintah sebesar 2,5±1 persen untuk tahun tersebut. Selain itu, kebijakan ini juga bertujuan untuk mengendalikan kenaikan harga kebutuhan pokok akibat peningkatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen.

    “Tentu saja ini menjadi salah satu cara untuk menahan kenaikan harga kebutuhan pokok. Tugas pemerintah adalah memastikan kecukupan barang serta kelancaran distribusi,” ujar Paul kepada Kabarbursa.com pada Kamis, 16 Januari 2025.

    Ia juga berharap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat menguat setidaknya sebesar 1 persen. Penurunan suku bunga ini diharapkan mampu mendorong penurunan suku bunga kredit, mengurangi biaya dana (cost of fund), dan memperbaiki likuiditas perbankan. Dengan begitu, penyaluran kredit dapat lebih optimal.

    Sementara itu, Pengamat Ekonomi Arianto Muditomo, menyatakan bahwa keputusan BI ini adalah langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Kebijakan tersebut diperkirakan dapat menurunkan biaya pinjaman, meningkatkan konsumsi rumah tangga, memperbesar investasi, dan mendukung penyaluran kredit perbankan. Sektor-sektor seperti properti, otomotif, serta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) diprediksi menjadi yang paling diuntungkan.

    Namun, Arianto juga mengingatkan adanya potensi risiko. Penurunan suku bunga bisa mengurangi daya tarik investasi berbasis rupiah, yang dapat menyebabkan keluarnya modal asing dan melemahkan nilai tukar rupiah. Apalagi, penguatan dolar AS, yang didukung oleh ekspektasi kebijakan fiskal ekspansif pasca-pelantikan Presiden Donald Trump, dapat memperburuk tekanan terhadap rupiah.

    “Dengan rupiah yang sudah lemah, risiko inflasi impor meningkat. Penguatan dolar AS hanya akan memperbesar tekanan terhadap mata uang kita,” jelas Arianto.

    Ia menambahkan bahwa dampak kebijakan ini terhadap daya beli masyarakat tidak akan langsung terasa. Namun, bila biaya pinjaman berkurang, produktivitas meningkat, dan suplai barang di pasar bertambah, maka harga barang akan turun, sesuai dengan hukum ekonomi klasik. Pada saat itulah daya beli masyarakat diperkirakan akan membaik.

    “Manfaat kebijakan ini pada daya beli masyarakat baru akan terlihat ketika biaya pinjaman turun, produktivitas meningkat, dan suplai barang bertambah sehingga harga terkoreksi turun,” tutup Arianto. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Deden Muhammad Rojani

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.