Logo
>

Revenue Rp4,3 Triliun CNMA tak Cerminkan Management Effectiveness?

Penurunan rasio ROA, ROE, dan margin menjadi sinyal indikator pada fundamental pengelola bioskop XXI ini.

Ditulis oleh Syahrianto
Revenue Rp4,3 Triliun CNMA tak Cerminkan Management Effectiveness?
Angka ini naik tipis dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, namun dinilai belum diikuti perbaikan efektivitas manajemen (management effectiveness). (Foto: Dok. Cinema XXI)

KABARBURSA.COM – PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA) mencatat pendapatan Rp4,3 triliun hingga kuartal III 2025. Angka ini naik tipis dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, namun dinilai belum diikuti perbaikan efektivitas manajemen (management effectiveness).

Laporan keuangan terakhir menunjukkan laba bersih turun menjadi Rp444,9 miliar, melemah 16 persen dibandingkan Rp529,8 miliar pada periode yang sama 2024. Margin labanya juga menyempit dari 11,1 persen menjadi 10,3 persen.

Pengelola jaringan bioskop XXI ini masih bergantung pada bisnis utama tiket dan penjualan makanan-minuman yang menyumbang 96 persen total pendapatan. Dari sisi segmen, pendapatan tiket (62 persen) tercatat Rp2,66 triliun dan makanan-minuman (34 persen) Rp1,45 triliun, sementara kontribusi platform digital baru (27,9 persen) sekitar Rp104,5 miliar.

Kinerja kuartalan menunjukkan pola yang tidak stabil. Kuartal I 2025 menjadi periode terlemah dengan rugi bersih dibanding laba besar pada kuartal pertama 2024. 

Meski membaik pada kuartal II dan III, laba bersih kumulatif tetap lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.

Dari sisi efisiensi, laba usaha kuartal III 2025 CNMA turun menjadi Rp672 miliar dari Rp771 miliar, sedangkan EBITDA menurun ke Rp1,27 triliun dari Rp1,33 triliun pada 9M24. 

Adapun Return on Assets (ROA) ikut turun menjadi 6,5 persen dari 7,8 persen, dan Return on Equity (ROE) turun ke 8,7 persen dari 10,2 persen.

Angka itu menunjukkan penurunan management effectiveness atau kemampuan manajemen dalam mengubah pendapatan menjadi laba bersih. 

Dalam konteks pengelolaan emiten sektor konsumsi dan hiburan di Bursa Efek Indonesia (BEI), efektivitas manajemen umumnya diukur dari kemampuan perusahaan mengubah aset, modal, dan pendapatan menjadi laba yang berkelanjutan. 

Beberapa indikator utama menjadi tolok ukur, antara lain ROA yang idealnya berada di atas 7 persen untuk menunjukkan aset produktif digunakan secara optimal, serta ROE di atas 10 persen yang menandakan modal bekerja efisien dan memberi yield layak bagi pemegang saham. Ini merujuk pada teori DuPont Analysis dan praktik Financial Ratio Benchmarking yang digunakan di BEI dan lembaga riset sekuritas.

Lebih lanjut, biaya pegawai, sewa lokasi, serta pengeluaran pemasaran meningkat sekitar 8 persen secara tahunan. Kinerja operasional cabang baru juga belum memberikan tambahan signifikan terhadap laba usaha.

Kas dan setara kas pada akhir September 2025 sebesar Rp1,92 triliun, turun dari Rp2,02 triliun di akhir 2024. 

Penurunan disebabkan pembayaran dividen Rp333 miliar dan pembelian saham tresuri Rp228,7 miliar. 

Di sisi lain, belanja modal mencapai Rp295 miliar untuk pembangunan dua bioskop baru.

Kondisi tersebut membuat kas operasi CNMA relatif menurun, sementara margin profit belum pulih seperti tahun sebelumnya. 

Aset meningkat, namun asset turnover turun menjadi 0,72 kali dari 0,76 kali pada 2024, menunjukkan produktivitas aset bioskop belum optimal.

Secara struktural, CNMA tetap memiliki posisi neraca yang sehat dengan rasio liabilitas terhadap aset sekitar 35 persen. 

Namun efektivitas manajemen dalam mengelola modal kerja, biaya operasional, dan pengembalian investasi menurun dibandingkan tahun lalu. 

Konteks Efektivitas Manajemen

Secara teori, efektivitas manajemen tercermin dari rasio profitabilitas, efisiensi, dan produktivitas aset yang stabil atau meningkat. 

Kinerja Nusantara Sejahtera Raya pada sembilan bulan pertama 2025 justru menunjukkan arah sebaliknya. 

Data keuangan memperlihatkan ROA turun dari 7,8 persen menjadi 6,5 persen dan ROE melemah dari 10,2 persen menjadi 8,7 persen. Margin operasi menyusut dari 12,6 persen menjadi 11,2 persen, sementara margin laba bersih turun dari 11,1 persen menjadi 10,3 persen. Perputaran aset pun melambat dari 0,76 kali menjadi 0,72 kali.

Artinya, aset CNMA memang bertambah, tetapi belum menghasilkan laba yang lebih besar. 

Tren itu menggambarkan penurunan efektivitas manajemen dalam memanfaatkan kapasitas operasional dan menjaga efisiensi biaya, meski pendapatan masih meningkat tipis dibanding tahun sebelumnya.

Sebaliknya, efektivitas manajemen baru dapat terlihat apabila rasio-rasio tersebut meningkat serentak. 

Misalnya, jika ROA naik ke 8,5 persen, ROE ke 11,3 persen, margin operasi ke 13 persen, dan perputaran aset ke 0,82 kali, maka kinerja itu menunjukkan kemampuan manajemen menghasilkan laba yang tumbuh lebih cepat daripada aset. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.