Logo
>

RI Siap Genjot Ekspor Tembaga hingga Bahan Kimia ke Cile

Ditulis oleh Syahrianto
RI Siap Genjot Ekspor Tembaga hingga Bahan Kimia ke Cile

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengatakan Indonesia meningkatkan potensi kerja sama perdagangan dengan Cile. Hal ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan melalui Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA).

    Dalam acara penandatangan Joint Statement on the Launch of Investment Negotiation of the IC-CEPA, Jerry menyampaikan, Indonesia dan Cile memasuki perluasan perjanjian baru. Namun ratifikasi diharapkan akan berlangsung sebelum Oktober 2024.

    Jerry menekankan terdapat banyak potensi kerja sama antara kedua negara yang dapat digali lebih jauh. Adapun, kata dia, komoditas dalam negeri yang dapat dijajakan di Cile meliputi mineral tembaga, produk kimia, suku cadang otomotif, elektronik hingga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan produk turunannya.

    "Pertama, ini merupakan peluang bagus bagi kita untuk memasuki pasar baru. Kedua, dalam hal angka, saya dapat memberikan perinciannya nanti, bahwa perdagangan kita dengan Cile telah meningkat, dan investasi kita, kedua belah pihak telah meningkat dari 160 persen menjadi 280 persen," jelas Jerry.

    Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Hubungan Ekonomi Internasional Cile Claudia Sanhueza menyatakan banyak kerja sama yang dapat diteken antara Indonesia dengan Cile. Terlebih, Cile merupakan negara yang cukup banyak memiliki sumber daya alam.

    "Kita sedang menghadapi tantangan, misalnya ketahanan pangan dan krisis iklim, dan hubungan ekonomi ini dapat membantu kita menghadapi tantangan tersebut. Cile adalah separuh negara pertambangan, tetapi separuhnya juga merupakan negara agraris," kata Claudia.

    "Jadi, di satu sisi, kita membuka dunia mineral penting yang penting bagi transformasi energi dan hal-hal produktif. Kami memiliki litium, tembaga, dan mineral aneh lainnya, dan kami ingin menawarkan kepada dunia kemungkinan untuk berpartisipasi dalam industri litium ini. Jadi, di satu sisi, kami memiliki ruang bagi investor internasional untuk pergi ke Cile," tegasnya.

    Perdagangan Indonesia Cile

    Cile merupakan hub bagi perdagangan di Kawasan Amerika Latin dengan potensi market size sebesar 659,3 juta jiwa yang juga telah memiliki 34 FTA di 64 negara. Melalui penyelenggaraan misi dagang yang memperkenalkan pengusaha Indonesia dengan pihak-pihak terkait di Cile ini, Pemerintah Indonesia mengupayakan adanya peningkatan ekspor dari Indonesia ke Cile. Para pengusaha di kedua negara diharapkan dapat memanfaatkan framework IC-CEPA.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kemendag, total perdagangan Indonesia-Cile mengalami pertumbuhan 21,73 persen serentang 2019-2023. Sepanjang tahun lalu, total perdagangan keduanya mencapai USD485,9 juta, naik 3,87 persen secara tahunan (yoy).

    Pada periode Januari-April 2024, total perdagangan Indonesia-Cile mencapai USD146,2 juta, di mana ekspor Indonesia ke negara tersebut mencapai USD99,8 juta, sedangkan impornya USD46,5 juta. Dengan demikian, sepanang 4 bulan pertama tahun berjalan atau year to date (ytd), perdagangan Indonesia terhadap Cile surplus USD53,3 juta.

    Penambahan Pakta Dagang

    Sementara itu, Jerry mengatakan Indonesia sedang menjajaki tambahan 12-15 potensi pakta dagang, yang saat ini masih dalam tahap studi maupun negosiasi. “Kita punya banyak sekali, ada 37 perjanjian perdagangan internasional yang sudah selesai, baik dalam tahap signing, ratifikasi, maupun implementasi. Di luar itu, kita juga sedang mengeksplorasi 12 atau 14 perjanjian dagang,” ujarnya.

    Dia pun menekankan kesepakatan dagang internasional menjadi penting untuk Indonesia saat ini, dalam menunjang kinerja ekspor. Melalui pakta dagang, lanjutnya, ekspor Indonesia diuntungkan dengan pembebasan tarif bea masuk, serta efisiensi terkait dengan standar internasional.

    “Untuk itu, ini adalah bentuk pemerintah memastikan perjanjian dagang tidak hanya di satu kawasan. Bisa dicek dari perjanjian yang kita punya, ada di semua benua; Asia, Australia, Eropa, hingga Amerika,” lanjutnya.

    Lebih lanjut, Jerry mengatakan kinerja ekspor akan makin diuntungkan jika Indonesia berhasil masuk Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

    “Saya pernah mendampingi Menko [Perekonomian Airlangga Hartarto], kami meeting OECD di Paris dan kita dapat dukungan luar biasa dari semua negara di sana. Bahkan, banyak negara menyatakan dukungan baik secara politik maupun teknis. Ini yang kami harapkan menjadi modal dasar supaya Indonesia bisa punya power,” tuturnya.

    Sebagai pelengkap, kinerja perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus hingga April 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor April mencapai USD16.06 miliar, naik 4,62 persen secara tahunan. Sementara itu, ekspor bulan tersebut mencapai USD19,62 miliar.

    Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD3,56 miliar. Lebih tinggi dari perkiraan pasar yakni USD3,15 miliar.

    Neraca perdagangan telah membukukan surplus selama 48 bulan beruntun. Kali terakhir neraca perdagangan mengalami defisit adalah pada April 2020.

    Dalam 20 tahun terakhir, ini adalah rangkaian surplus terpanjang kedua. Hanya kalah dari Februari 2004-Maret 2008 atau 50 bulan beruntun.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.