KABARBURSA.COM - Rupiah kembali merosot terhadap dolar Amerika Serikat pada Selasa, memperpanjang tren penurunan hingga empat sesi beruntun. Pelemahan ini berlangsung di tengah meningkatnya kecemasan pasar atas risiko fiskal serta dampak reformasi kebijakan yang digulirkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Menurut data pasar, rupiah melemah 0,3 persen ke posisi Rp16.655 per dolar AS. Laporan Reuters dari Bengaluru menyebut, koreksi ini terjadi sesaat setelah DPR mengesahkan RAPBN 2026 yang memuat belanja negara sebesar Rp3.842,7 triliun dengan proyeksi defisit 2,68 persen terhadap produk domestik bruto.
Alan Lau, analis Maybank, menilai pelaku pasar kini menaruh perhatian besar pada arah reformasi pemerintah dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. Ia juga mengingatkan bahwa kredibilitas fiskal berisiko terkikis akibat ambisi pemerintah mempercepat laju ekonomi. Kekhawatiran pasar kian dalam setelah langkah mengejutkan Bank Indonesia pekan lalu memangkas suku bunga acuan, ditambah isu yang menyinggung independensi bank sentral.
Tekanan tak hanya menghantam rupiah. Sejumlah mata uang emerging Asia ikut terdepresiasi. Rupee India terjun 0,3 persen ke titik terlemah sepanjang sejarah, dipicu usulan kenaikan biaya visa Amerika Serikat, lemahnya arus modal asing, serta meningkatnya aktivitas lindung nilai. Sumber pasar menyebut bank sentral India kemungkinan menggelar intervensi melalui bank pelat merah guna menahan pelemahan lebih lanjut.
Baht Thailand pun terkoreksi 0,2 persen. Lau menjelaskan, meski harga emas tinggi memberi dukungan eksternal, kebijakan domestik justru menekan. Pemerintah Thailand berencana mengenakan pajak atas transaksi emas, sementara Bank of Thailand aktif mengintervensi pasar. “Koreksi baht wajar mengingat penguatan sebelumnya sudah menimbulkan kekhawatiran atas daya saing ekspor dan pariwisata,” ungkapnya. Bangkok kini bahkan membentuk tim lintas kementerian untuk mengendalikan volatilitas mata uangnya.
Di sisi lain, ringgit Malaysia mencatatkan penguatan tipis 0,1 persen. Catatan Maybank menyoroti reformasi subsidi bahan bakar RON95 sebagai faktor pendukung yang meningkatkan keyakinan investor terhadap disiplin fiskal negeri jiran.
Pasar saham Asia Tenggara justru bergerak positif. Tren ini mengikuti penguatan Wall Street yang digerakkan optimisme terhadap geliat teknologi kecerdasan buatan (AI). Indeks saham Korea Selatan menyentuh rekor baru, sementara indeks saham Taiwan melonjak 1,7 persen berkat reli saham raksasa semikonduktor TSMC yang naik 2,7 persen. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta juga menguat 0,6 persen, menorehkan level tertinggi sepanjang masa.(*)