KABARBURSA.COM - Menjelang libur panjang Idul Adha, pada hari Jumat 14 Juni 2024, rupiah mengalami pelemahan signifikan, menjebol dua level psikologis dalam satu sesi perdagangan.
Rupiah spot ditutup di angka Rp16.412/USD, merosot 130 poin atau 0,87 persen dari hari sebelumnya. Pada perdagangan intraday, rupiah bahkan sempat menyentuh Rp16.431/USD. Ini merupakan level terlemah sejak 1 April 2020.
Kurs tengah Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), juga melemah ke Rp16.374/USD, posisi terendah sejak 8 April 2020.
Dalam sepekan, rupiah spot sudah melemah 1,33 persen dari Rp16.195/USD pekan lalu. Kurs JISDOR turun 0,96 persen dibandingkan posisi pekan sebelumnya.
Pelemahan rupiah ini menjadi yang terdalam di antara mata uang Asia lainnya. Dolar AS yang menguat menekan won Korea sebesar 0,39 persen, dolar Singapura 0,19 persen, ringgit Malaysia 0,16 persen, dan yuan China 0,04 persen.
Indeks dolar AS kembali menguat sejak dini hari tadi, didorong oleh penurunan yield Treasury AS ke 4,2 persen. Rupiah bukan hanya terdesak oleh dolar AS, tetapi juga oleh aksi jual di pasar surat utang dan saham domestik.
IHSG jatuh hampir 2 persen, terkulai di 6.734,88. Yield surat utang negara mayoritas naik, menandakan tekanan harga obligasi. Yield 10Y kembali ke 7,165 persen, tenor 5Y naik ke 7,089 persen, dan tenor 1Y naik ke 6,793 persen. Investor asing banyak melepas posisi di pasar SBN, dengan penjualan nonresiden mencapai Rp800 miliar pada 12 Juni.
Investor hengkang dari pasar Indonesia menjelang libur panjang dipicu ketakutan akan risiko fiskal di bawah pemerintahan baru. Pemerintahan Prabowo Subianto dikabarkan berencana menaikkan rasio utang hingga 50 persen dari PDB, untuk mendanai program populis seperti makan siang gratis dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Rasio utang ini akan menjadi yang tertinggi dalam dua dekade.
Menurut sumber Bloomberg, pemerintahan Prabowo berencana menaikkan rasio utang sebesar 2 poin persentase per tahun selama 5 tahun. Peningkatan bertahap ini dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi tim ekonominya beradaptasi terhadap hambatan yang mungkin muncul.
Utang Indonesia diproyeksikan mendekati 50 persen dari PDB pada akhir masa jabatan Prabowo, dari sekitar 39 persen tahun ini. Ini berpotensi mencapai tingkat tertinggi sejak 2004. Meskipun Prabowo telah mengemukakan rencana peningkatan utang selama kampanyenya, komitmen dan detail pelaksanaannya baru sekarang terungkap.
Langkah ini menandai perubahan signifikan bagi ekonomi terbesar di Asia Tenggara, yang selama ini menerapkan kebijakan fiskal konservatif demi menjaga kepercayaan investor. (*)
{
"width": "100 persen",
"height": "480",
"symbol": "FX_IDC:USDIDR",
"interval": "D",
"timezone": "Etc/UTC",
"theme": "light",
"style": "1",
"locale": "en",
"hide_top_toolbar": true,
"allow_symbol_change": false,
"save_image": false,
"calendar": false,
"hide_volume": true,
"support_host": "https://www.tradingview.com"
}