Logo
>

Rupiah di Persimpangan Jalan, Lanjut Menguat atau Melemah: Ini Analisisnya!

Grafik terbaru memperlihatkan pola teknikal yang patut dicermati, yaitu pola inverse cup and handle.

Ditulis oleh Yunila Wati
Rupiah di Persimpangan Jalan, Lanjut Menguat atau Melemah: Ini Analisisnya!
Petugas money changer sedang menghitung rupiah. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah saat ini berada dalam fase krusial. Setelah menyentuh level tertinggi beberapa waktu lalu, pergerakan USD/IDR kini menunjukkan tanda-tanda melemah. 

Mengutip Trading View, Selasa, 20 Mei 2025, grafik terbaru memperlihatkan pola teknikal yang patut dicermati, yaitu pola inverse cup and handle. Pola ini menjadi sebuah sinyal klasik yang biasanya menandai potensi pembalikan arah ke bawah jika support utama ditembus.

Level yang kini menjadi sorotan adalah Rp16.370. Angka ini bukan sekadar angka psikologis, melainkan juga garis penentu apakah rupiah bisa melanjutkan penguatannya atau justru kembali melemah. 

Jika harga menembus level ini ke bawah, pasar berpeluang menyaksikan pelemahan dolar terhadap rupiah dalam beberapa tahap, dimulai dari target terdekat di Rp16.239 dan Rp16.014. 

Dalam skenario lebih dalam, pelemahan bisa berlanjut hingga kisaran Rp15.789, sebuah area yang juga bertepatan dengan level Fibonacci retracement 38,2 persen, acuan penting dalam dunia analisis teknikal.

Kemunculan pola ini tak lepas dari dinamika sebelumnya, di mana dolar sempat menguat hingga menyentuh area Rp16.968, namun gagal mempertahankan momentumnya. Penurunan yang terjadi sejak itu membuat pasar mulai berhitung ulang terhadap arah tren jangka menengah.

Tekanan jual mulai tampak dari indikator teknikal, terutama dari menurunnya momentum dan pola harga yang membentuk lengkungan menurun. 

Jika sentimen pasar tetap seperti ini dan tidak ada intervensi besar dari otoritas moneter, maka potensi penguatan rupiah dalam waktu dekat terbuka cukup lebar.

Namun perlu dicatat, analisis teknikal hanyalah salah satu komponen dari dinamika pasar yang kompleks. Faktor fundamental seperti arah kebijakan suku bunga The Fed, neraca perdagangan, dan arus modal tetap menjadi variabel penentu dalam pergerakan nilai tukar. 

Meski begitu, sinyal teknikal yang muncul saat ini memberikan indikasi bahwa rupiah berpotensi menguat jika mampu melewati fase kritis ini.

Rupiah Siang Ini Menguat Terbatas

Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan terbatas terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa siang, 20 Mei 2025, di tengah ekspektasi pelaku pasar bahwa Bank Indonesia akan mulai melonggarkan kebijakan moneternya. 

Mengutip data Bloomberg pukul 12.00 WIB, rupiah tercatat menguat 25 poin ke level Rp16.408 per dolar AS, dari posisi penutupan Senin sore, 19 Mei 2025 di Rp16.433 per dolar.

Harapan pasar mengarah pada kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan oleh BI dalam Rapat Dewan Gubernur yang berlangsung 20–21 Mei. Optimisme ini muncul seiring rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2025 yang mengecewakan. 

Produk domestik bruto (PDB) Indonesia tercatat tumbuh lebih lambat dari perkiraan dan bahkan menjadi yang terendah dalam 14 kuartal terakhir.

Chief Economist dan Head of Research di PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto, menilai bahwa BI kini berada di persimpangan sulit. Ia mengatakan bahwa secara teknis, langkah pemangkasan suku bunga idealnya sudah dilakukan sejak Maret atau April lalu. 

Bila baru diputuskan bulan ini, maka keputusan tersebut berisiko dianggap terlambat merespons perlambatan ekonomi yang sudah lebih dulu terasa.

Di luar kebijakan moneter, sentimen positif juga datang dari derasnya aliran dana asing ke pasar saham domestik. Meski pasar global sempat dibuka dalam tekanan pada awal pekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru mampu menguat 0,5 persen ke level 7.141,1 kemarin. 

Investor asing pun tercatat membukukan inflow sebesar Rp367,8 miliar di hari yang sama. Aliran masuk ini menandai pembelian bersih asing selama empat hari berturut-turut, dengan total akumulasi mencapai Rp5,4 triliun atau sekitar USD329 juta sejak pekan lalu.

Penguatan rupiah hari ini memang belum terlalu besar, namun menunjukkan adanya kepercayaan pasar terhadap stabilitas makroekonomi dalam negeri. 

Keputusan BI dalam RDG kali ini akan menjadi sorotan utama dan penentu arah pergerakan rupiah selanjutnya, terutama jika pasar mulai mengantisipasi perubahan siklus kebijakan moneter di tengah dinamika ekonomi global yang masih terus berubah.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79