KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif dan cenderung melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu, 4 Desember 2024. Hal ini mengikuti tekanan yang dialami mata uang Garuda sehari sebelumnya, di mana rupiah spot melemah 0,25 persen ke level Rp 15.945 per dolar AS, sementara kurs Jisdor Bank Indonesia (BI) turun 0,28 persen ke Rp 15.950 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif dan cenderung melemah di perdagangan Rabu ini. “Rupiah kemungkinan berada di rentang Rp 15.930 hingga Rp 16.010 per dolar AS,” kata Ibrahim dalam analisis hariannya, kemarin.
Menurut Ibrahim, pergerakan rupiah saat ini masih terpengaruh oleh penguatan dolar AS. “Investor masih bias terhadap dolar AS, terutama menjelang pidato Ketua The Fed Jerome Powell hari ini. Pernyataan Powell menjadi fokus utama karena akan memberikan petunjuk mengenai kebijakan moneter AS ke depan,” katanya.
Fokus Investor pada Sinyal Kebijakan The Fed
Pidato Jerome Powell dianggap krusial karena disampaikan hanya beberapa minggu sebelum pertemuan terakhir The Fed tahun ini. Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Namun, prospek jangka panjang suku bunga masih menjadi tanda tanya, terutama di tengah inflasi yang tetap tinggi dan pasar tenaga kerja yang tangguh.
Selain itu, data penggajian nonpertanian (NFP) yang akan dirilis Jumat nanti juga menjadi perhatian. Data ini diperkirakan akan menjadi salah satu indikator penting bagi The Fed dalam menentukan langkah kebijakan berikutnya.
“Dalam jangka panjang, kebijakan ekspansif dan proteksionis dari pemerintahan Trump juga diperkirakan bisa memengaruhi suku bunga dan inflasi di AS,” kata Ibrahim.
Dampak Global terhadap Rupiah
Di sisi lain, kabar positif dari Tiongkok menunjukkan langkah-langkah stimulus yang dilakukan pemerintahnya mulai memberikan hasil. Meski demikian, hubungan perdagangan AS dan Tiongkok yang semakin memburuk dapat mengancam ekonomi Tiongkok, yang pada gilirannya memengaruhi pasar komoditas global.
Dari domestik, tidak ada data ekonomi signifikan yang dirilis, tetapi ketidakpastian global tetap menjadi tantangan. Bank Indonesia memperkirakan eskalasi geopolitik dan perubahan kebijakan di negara maju akan terus menjadi risiko hingga 2025. Untuk mengantisipasi ini, BI berkomitmen memperkuat sinergi kebijakan ekonomi nasional guna menjaga stabilitas dan mendorong transformasi struktural.
Makin Mendekati Rp16.000
Pada Selasa, 3 Desember 2024, rupiah berada di level Rp15.952 per dolar AS. Angka ini mencerminkan pelemahan 47 poin atau 0,30 persen dibandingkan penutupan Senin sore, 2 Desember 2024, di level Rp15.905 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong, menyebut pelemahan ini tak lepas dari tekanan yang disebabkan oleh pernyataan kontroversial Donald Trump, yang belum resmi menjabat tetapi sudah aktif menyuarakan kebijakan yang memicu gejolak di pasar.
Salah satu pernyataan yang menjadi sorotan adalah ancamannya terhadap negara-negara BRICS. Melalui akun media sosial pribadinya, Trump mengancam akan mengenakan tarif hingga 100 persen kepada blok yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, serta beberapa negara lain seperti Iran, Mesir, Ethiopia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Ancaman ini muncul sebagai respons atas wacana BRICS menciptakan mata uang baru untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.
“Gagasan bahwa negara-negara BRICS mencoba menjauh dari dolar AS sementara kita berdiri dan menonton sudah BERAKHIR,” tulis Trump melalui media sosialnya, Trust Social.
Ancaman ini, menurut Leong, bertujuan untuk memastikan komitmen negara-negara tersebut tetap menggunakan dolar AS sebagai mata uang utama perdagangan internasional. Dampak pernyataan ini meluas ke berbagai mata uang Asia, termasuk rupiah, yang langsung tertekan akibat meningkatnya ketidakpastian pasar.
“Pernyataan Trump menjadi sentimen negatif bagi mata uang Asia secara umum,” ujar Lukman.
Ia menambahkan meskipun Trump belum resmi menjabat, retorikanya sudah cukup untuk mengguncang pasar global. Selain faktor geopolitik, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan perbaikan sektor manufaktur pada November 2024. Meskipun masih berada dalam fase kontraksi, perbaikan ini mencerminkan potensi penguatan ekonomi AS yang dapat memperkokoh dolar.
Data ini dirilis menjelang laporan pekerjaan AS yang akan diumumkan pada Jumat, 6 Desember 2024, yang diperkirakan akan menjadi faktor lain yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar global. Tekanan terhadap rupiah ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap perubahan kebijakan dan retorika dari pemimpin global, terutama dari negara dengan ekonomi sebesar Amerika Serikat.
Dengan ancaman tarif dan ketidakpastian kebijakan internasional, pasar akan terus mengawasi langkah-langkah selanjutnya, baik dari Donald Trump maupun negara-negara BRICS, yang dapat memberikan dampak signifikan pada stabilitas ekonomi global.
Di sisi lain, Bank Indonesia kemungkinan besar akan terus memantau situasi ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kestabilan rupiah di tengah tekanan eksternal yang meningkat.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.