Logo
>

Rupiah Ditutup Melemah Enam Poin, tak Tersulut Bessent Effect

Ditulis oleh Yunila Wati
Rupiah Ditutup Melemah Enam Poin, tak Tersulut Bessent Effect

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rupiah ditutup melemah 6 poin pada penutupan perdagangan Senin, 25 November 2024. Rupanya, penunjukkan Scott Bessent sebagai calon Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) tidak mampu menguatkan rupiah, seperti yang terjadi pada mata uang global lainnya.

    Hingga pukul 15.00 WIB hari ini, kurs rupiah ditutup di level Rp15.881 per dolar AS, melemah 6 poin atau 0,04 persen dibandingkan penutupan akhir pekan kemarin, 22 November 2024, yang berada di level Rp15.875.

    Neraca Pembayara Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan kuartal II 2024, yang tercatat mengalami defisit sebesar USD0,6 miliar menjadi USD4,3 miliar.

    Inilah yang kemudian menjadi sentimen positif pelemahan kurs rupiah hari ini.

    "Surplus tersebut dipicu oleh perbaikan sejumlah indikator, salah satunya penurunan defisit transaksi berjalan menjadi USD2,2 miliar atau 0,6 persen dai PDB, lebih baik dibandingkan defisit USD3,2 miliar pada kuartal II 2024," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya hari ini.

    Mata Uang Asia Bervariasi

    Sementara itu, pada perdagangan hari ini, mata uang di kawasan Asia terpantau bergerak bervariasi. Ada perbedaan sentimen pasar serta dampak dari faktor-faktor global yang menyebabkan perbedaan tersebut.

    Beberapa mata uang Asia mengalami penguatan kecil, sementara yang lainnya menunjukkan pelemahan. Di sisi lain, mata uang negara maju kompak menguat terhadap dolar AS, menunjukkan kecenderungan positif yang lebih seragam di pasar global.

    Beberapa mata uang di Asia menunjukkan penguatan terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini. Won Korea Selatan tercatat menguat 0,12 persen, yang mungkin didorong oleh optimisme terhadap ekonomi Korea Selatan yang menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

    Ringgit Malaysia juga mencatatkan kenaikan 0,13 persen, didorong oleh stabilitas ekonomi domestik serta harga komoditas yang lebih tinggi. Yen Jepang menguat 0,13 persen, meskipun dalam kondisi yang penuh tantangan bagi Jepang, yang masih berjuang dengan inflasi rendah dan kebijakan moneter yang sangat longgar.

    Dolar Hong Kong menguat tipis 0,04 persen, sementara Rupee India mencatatkan kenaikan 0,18 persen. Kenaikan Rupee mungkin sebagai respons terhadap data ekonomi yang lebih baik dari India, yang tengah melanjutkan pemulihan pasca-pandemi.

    Namun, tidak semua mata uang di Asia mengalami penguatan. Peso Filipina melemah 0,15 persen, mencerminkan ketidakpastian politik domestik serta dampak dari kebijakan moneter yang lebih ketat di kawasan tersebut.

    Baht Thailand ikut turun 0,22 persen, yang bisa jadi dipengaruhi oleh kekhawatiran terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di Asia Tenggara. Sementara, Yuan China sedikit melemah sebesar 0,02 persen. Meskipun data ekonomi China menunjukan tanda-tanda stabilisasi, namun ketegangan perdagangan global dan kebijakan moneter yang ketat masih membebani mata uang tersebut.

    Dolar Singapura juga melemah 0,06 persen, meskipun ekonomi Singapura relatif stabil, namun dampak dari kebijakan AS dan faktor eksternal lainnya bisa mempengaruhi nilai tukar mata uang ini.

    Kekuatan Mata Uang Negara Maju

    Berbeda dengan pergerakan mata uang di Asia, mata uang negara maju secara umum menguat terhadap dolar AS.

    Poundsterling Inggris menguat 0,23 persen, seiring dengan harapan pasar akan kebijakan moneter yang lebih ketat dari Bank of England, meskipun masih ada tantangan terkait inflasi yang tinggi.

    Dolar Australia naik 0,07 persen, mencerminkan optimisme pasar terhadap perekonomian Australia yang relatif tangguh, meskipun ada kekhawatiran global mengenai pelambatan ekonomi.

    Euro Eropa menguat signifikan sebesar 0,31 persen, yang dipengaruhi oleh data ekonomi yang menunjukkan ketahanan ekonomi kawasan Euro meskipun ada tekanan inflasi dan ketegangan politik di beberapa negara anggota.

    Selain itu, Dolar Kanada mengalami penguatan 0,06 persen, yang dapat dikaitkan dengan harga komoditas minyak yang relatif stabil, di mana Kanada sebagai negara penghasil energi utama di dunia, sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak.

    Franc Swiss juga menguat 0,28 persen, mencerminkan sikap konservatif pasar yang lebih memilih mata uang aman (safe haven) seiring dengan ketidakpastian yang masih ada di pasar global.

    Pergerakan mata uang pada hari ini mencerminkan ketegangan global yang masih ada, dengan mata uang negara maju cenderung lebih stabil dan menguat, sedangkan di kawasan Asia, terdapat ketidakseimbangan dengan beberapa mata uang menguat dan yang lainnya melemah.

    Sentimen pasar yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter AS, harga komoditas, serta data ekonomi domestik menjadi faktor utama dalam pergerakan ini.

    Kepada investor dan pelaku pasar, penting untuk terus memantau perkembangan kebijakan moneter di negara-negara besar, terutama kebijakan suku bunga AS dan dampaknya terhadap mata uang global. Sementara itu, mata uang di Asia mungkin akan lebih terpengaruh oleh faktor-faktor domestik seperti kebijakan ekonomi, stabilitas politik, dan pertumbuhan ekonomi regional.

    Pergerakan ini menunjukkan bagaimana kondisi ekonomi dan kebijakan moneter di masing-masing negara dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang secara signifikan, dan memberikan sinyal kepada investor untuk mempertimbangkan posisi mereka di pasar valuta asing.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79